Satu hari jelang final Piala FA, Jacob Steinberg dari The Guardian menulis kalau Erik ten Hag akan dipecat; terlepas dari hasil apapun yang terjadi.

Kabar ini bisa dipercaya karena manajemen Manchester United pernah melakukannya pada Louis van Gaal pada 2016. Apalagi, musim 2023/2024 ini dianggap sebagai musim terburuk The Red Devils sepanjang gelaran Premier League.

Ada sejumlah nama yang jadi pertimbangan seperti Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, Kieran McKenna, Gareth Southgate, Graham Potter, sampai Thomas Frank.

Musim ini sendiri merupakan musim yang menantang buat Ten Hag. Bagaimana tidak? Sejak awal musim, badai cedera sudah mendera United. Ten Hag tak bisa memasang skuad terbaiknya. Ditambah lagi, urusan personal dengan Jadon Sancho yang cukup mengganggu.

Bagaimana tidak? United awalnya menerima Jonny Evans hanya untuk berlatih. Namun, karena cedera, Evans justru jadi bek inti. Bahkan, Casemiro diturunkan jadi bek tengah dalam beberapa pekan terakhir.

Hasil-hasil buruk pun bermunculan, kalah 0-3 dari Bournemouth di kandang, kalah 0-4 dari Crystal Palace, sampai kesusahan ke final Piala FA, padahal lawannya cuma tim divisi dua. Pemecatan menjadi jalan paling mudah bagi manajemen United yang kini dipimpin Sir Jim Rattcliffe dari INEOS.

Setelah Ten Hag Juara Piala FA

Hal senada ditulis Manchester Evening News yang merasa kalau Sir Jim masih belum yakin dengan gelar Piala FA yang diberikan Ten Hag. Walau begitu, sejumlah jurnalis Inggris justru punya pandangan lain.

Martin Samuel dari The Times, bilang kalau final Piala FA diraih dengan susah payah. Soalnya yang dihadapi adalah rival sekota. Ini juga gelar Piala FA pertama sejak 2016. Pemecatan akan berpengaruh pada kepuasan para penggemar terhadap manajemen.

Ditambah lagi, Ten Hag kerap mengorbitkan para pemain muda. Dua gol United juga dicetak oleh pemain orbitannya, Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo. Ini selaras dengan filosofi United itu sendiri.

Sementara Miguel Delaney dari The Independent, bilang kalau juaranya United adalah kejutan. Melihat performa United musim ini, mengalahkan Manchester City bagai sebuah keajaiban.

Rumor soal pemecatan Ten Hag juga mengesalkan karena hadir H-1 laga final. Namun, karena ini, Oliver Brown dari The Telegraph, merasa bahwa Ten Hag sudah tak punya beban. Termasuk saat ia disalami oleh Sir Jim yang tampak kurang bersahabat.

Evans Berharap Ten Hag Bertahan

Jonny Evans menginginkan Ten Hag untuk bertahan. Ia pun percaya kalau INEOS akan meremajakan skuad sesuai dengan trofi Piala FA yang diraih semalam.

Menurut Evans, Ten Hag mampu mengatasi banyak hal, termasuk tekanan. Ia pun merasa Ten Hag percaya kepadanya, meski ada faktor cedera yang membuat Evans bisa bermain.

“Aku punya hubungan yang baik dengannya dan berharap dia bertahan,” kata Evans.

Kuncinya kini adalah konsistensi.

Evans sendir imasuk pada menit ke-73 menggantikan Lisandro Martinez. Ini adalah gelar Piala FA keduanya. Gelar yang pertama, diraih bukan bersama United, melainkan bersama Leicester City. Musim ini, ia sudah bermain di 30 laga dan kontraknya berakhir bulan depan.

Pentingnya Stabilitas untuk Sukses

Pep Guardiola sendiri berkali-kali bilang soal pentingnya stabilitas untuk meraih kesuksesan. Ia mencontohkan kalau Manchester City cuma merekrut dua manajer sejak 2013 dengan satu direktur olahraga dan satu CEO.

Di sisi lain, sejumlah klub top seperti Bayern Munchen, Juventus, dan Chelsea kerap bongkar pasang pelatih dengan mudah.

Stabilitas ini membuat proses akan terlihat. Wajar Pep bicara demikian karena ia telah melalui segala macam proses tersebut. Bersama City saja, ia sudah memenangi enam gelar Premier League dalam delapan tahun!

Usai laga Piala FA, Pep menyatkaan kalau United harus segera membuat keputusan, harapannya adalah kontrak Ten Hag diperpanjang.

“Dia (Ten Hag) adalah orang yang menyenangkan dan manajer yang luar biasa. Memenangi Piala FA penting bagi mereka seperti musim lalu bagi kami,” kata Pep.

Pep tampaknya sudah mulai bosan karena City juara empat kali beruntun di Premier League. Musim ini menjadi musim yang luar biasa bagi Arsenal, tapi tetap tak dapat mengalahkan Manchester City.