Foto: Independent

Lupakan sejenak hingar bingar penyelenggaraan European Super League yang dianggap kontroversial tersebut. Semalam, Manchester United, satu dari 12 klub yang akan bermain di kompetisi tandingan Liga Champions tersebut, meneruskan performa positif mereka setelah mengalahkan Burnley dengan skor 3-1 di Old Trafford.

Kemenangan ini tidak hanya sekadar tiga poin bagi United. Inilah kali pertama United bisa menang double atas The Clarets. Terakhir kali mereka bisa menang dua kali lawan mereka terjadi pada 1975/1976. Selain itu, kemenangan ini adalah yang pertama diraih di Old Trafford sejak 2015.

Sebelumnya, United tidak pernah menang sejak kembalinya Burnley ke Premier League pada 2016 lalu. Bahkan musim lalu anak asuh Ole kalah 0-2 dari mereka. Dengan skuad yang berbeda dari tahun lalu, hasil yang diraih United juga berbeda. Meski begitu, kemenangan ini tidak diraih dengan mudah. Dalam prosesnya, United butuh hingga babak kedua untuk bisa mencetak tiga gol kemenangan tersebut.

Kendalanya adalah permainan fisik yang digunakan anak asuh Sean Dyche tersebut. Menit pertama, United sudah kebobolan melalui Chris Wood yang memanfaatkan keunggulannya dalam melakukan duel-duel udara. Beruntung, saat itu striker Selandia Baru ini sudah berada pada posisi offside.

Kejutan pada detik ke-31 tersebut seolah menjadi titik lemah penampilan United semalam. Beberapa kali mereka kesulitan mengimbangi bola-bola direct Burnley yang diarahkan langsung menuju Chris Wood. Tercatat, ada dua hingga tiga peluang yang diraih tim tamu berasal dari bola-bola lambung termasuk sodokan Wood yang justru mengenai kaki Henderson pada babak pertama.

United juga dibuat kesulitan oleh lini belakang Burnley yang mengandalkan blok rendah dan permainan merapat di tengah. Beberapa kali United terpaksa memindahkan bola dari sisi sayap yang satu ke satunya lagi hanya untuk mencari kesempatan membuat peluang. Sayangnya, tidak banyak yang menghasilkan ancaman karena lini belakang Burnley tampak sudah hapal bola-bola atas United. Pada pertandingan ini, Burnley 16 kali memenangi duel udara dengan 5 diantaranya datang dari James Tarkowski.

Satu hal lain yang membuat serangan United mandek adalah macetnya dua gelandang mereka dalam mendistribusikan bola ke depan. Pada babak pertama, Ole memainkan Pogba dan Bruno secara bersamaan. Sayangnya, keduanya tidak mendapat suplai bola yang bagus dari McTominay dan Fred. Nama terakhir bahkan sulit untuk melawan besarnya fisik pemain Burnley meski mencatatkan akurasi umpan 100 persen pada babak pertama.

Beruntung, United punya pemain-pemain yang penyelesaian akhirnya jauh lebih bagus ketimbang Chris Wood. Inilah yang membuat mereka bisa meraih kemenangan dengan skor yang meyakinkan. Ketika Wood hanya bisa sekadar “membahayakan” maka Greenwood menghukumnya dengan gol pada menit ke-48.

Suksesnya United mencetak gol tidak lepas dari perubahan yang dibuat Ole. Fred diganti oleh Cavani sehingga Pogba bermain sedikit lebih ke dalam. Pogba yang footwork dan jangkauan umpannya bagus bisa menjadi jembatan dari lini kedua ke lini depan. Terbukti dalam proses gol kedua dari Greenwood.

Keberadaan Cavani juga membantu United dalam mengalirkan bola mengingat ia cukup rajin untuk turun menjemput bola. Ia bahkan sempat berada di lini belakang untuk menghalau serangan balik lawan. Ditarik keluarnya Rashford dan memasukan Van de Beek juga membuat Shaw leluasa mengatur serangan karena tidak harus berbagi peran dengannya.

Meski begitu, United masih kebobolan dengan cara yang United sekali yaitu bola mati. Entah ini gol keberapa yang masuk dari situasi bola mati. Beruntung, inilah satu-satunya peluang anak asuh Sean Dyche yang membahayakan United sepanjang 90 menit.