Pada akhirnya tiga laga penentu nasib Ole berakhir dengan seimbang alias sama rata. Setelah menang atas Spurs, lalu seri melawan Atalanta, United melengkapinya dengan kekalahan 0-2 di kandang sendiri atas Manchester City.
United seakan tidak puas untuk tidak inkonsisten dan menyulitkan diri mereka. Setelah tampil luar biasa di London, mereka kembali tampil seadanya justru ketika balik ke Manchester. Semalam, United memang benar-benar kalah segalanya dibandingkan tim tamu. Imbasnya, nasib sang manajer yang kembali dipertanyakan.
Teater Impian menjadi tempat bermain yang nyaman bagi skuad asuhan Pep Guardiola pada laga kemarin. Tiap kali City menguasai bola, pemain City tahu harus memberi umpan ke mana. Pemain yang tidak menguasai bola juga bisa mencari ruang dengan baik. Yang lebih hebatnya lagi ketenangan mereka yang tidak menunjukkan wajah panik.
Bandingkan dengan tuan rumah. Tiap kali menguasai bola mereka menunjukkan raut wajah layaknya orang bingung dan takut. Seperti tidak tahu bola harus diarah ke mana. Hasilnya, ya umpannya acak-acakan. Banyak yang menyebut kalau ini semua salah pemain yang seharusnya tidak perlu lagi diajarkan teknik dasar. Namun, jajaran kepelatihan juga punya andil mengingat dari ide mereka lah sistem bermain United lahir.
Yang hadir kemudian adalah rasa frustrasi. 90 menit kita diberi penampilan United yang tidak ngapa-ngapain. Bermain tanpa sebuah sistem. Sayangnya, keadaan juga tidak berubah meski Ole memasukkan beberapa pemain tambahan. Reaksi De Gea yang memukul bagian atas terowongan ketika memasuki ruang ganti adalah cerminan dari berantakannya tim ini.
United benar-benar dipermalukan. Sorakan untuk Ole sudah muncul ketika babak pertama berakhir. Beberapa suporter United dengan sarkas bersorak ketika Fred diganti dengan Van De Beek. Suporter United bersorak ketika VDB memegang bola.
Lalu jelang pertandingan berakhir, suporter City menyanyikan lagu “dukungan” agar Ole bertahan lima tahun lagi. Benar-benar menyakitkan. Tak ayal, tidak sedikit pandit luar yang menyebut kalau kekalahan atas City sama atau bahkan lebih menyakitkan ketimbang saat dikalahkan Liverpool.
Bagaimana tidak, United justru membuat shots on target lebih banyak ke gawang sendiri ketimbang ke gawang Ederson. Tidak hanya itu, jumlah umpan sukses yang dibuat City dalam satu laga tadi justru lebih banyak ketimbang umpan sukses United di seluruh pertandingan. Tentu sebuah statistik yang memalukan untuk tim sekelas United yang katanya sudah berkembang di era kepelatihan Ole. Nyatanya Utd Arena sudah berkata saat mereka ditahan imbang Everton kalau United di era musim ketiga Ole justru membuat performa klub ini semakin menurun.
David de Gea furious 🤬pic.twitter.com/PWcpMznlnu
— The United Stand (@UnitedStandMUFC) November 6, 2021
City paham kalau United bermain dengan lima pemain belakang. Di sisi lain, City hanya memainkan tiga pemain depan. Tapi mereka punya cara jitu untuk mengatasi inferioritas tersebut, Gundogan dan Bernardo Silva sebisa mungkin untuk aktif terus berada di kotak penalti United. Dua gol City lahir semua dari skema ini.
City benar-benar mengajarkan United cara bermain sepakbola yang benar. Mereka tahu kalau serangan mereka macet di satu sisi maka mereka bisa langsung mengubahnya dengan cepat ke sisi lainnya. Inilah yang membuat komposisi lima bek United masih bisa ditembus dengan mudah.
Di sisi lain United tidak banyak melakukan serangan. Cara pressing, pergerakan tanpa bola, transisi, segalanya tidak berjalan dengan baik meski Ole mengganti komposisinya menjadi 4231. Yang berubah hanya pemainnya saja. Gaya mainnya tetap saja pasif dan kurang nyali. Ruang Taktik sudah pernah menyinggung dengan mempertanyakan apakah para pemain United ini tidak mendapatkan delivery yang baik dari para jajaran staf pelatih sehingga mereka terkadang bermain monoton sepanjang 90 menit tanpa perubahan?
Pada akhirnya yang terkena imbas adalah Ole. Posisinya kembali tidak aman. Skenario pemecatan kembali muncul. Bedanya, kali ini tidak ada lagi nama Conte yang sudah digaet Spurs. Jangan harap juga mengambil Zidane atau Erik Ten Hag karena semuanya akan sama. Toh, kalaupun tidak optimal jika menangani United nanti, Zidane atau Ten Hag juga akan diteriaki out oleh suporter. Untuk saat ini, hanya Ole yang paling tepat menangani klub ini.
Manajemen mungkin akan melihat kiprah Ole dalam dua atau tiga pertandingan setelah jeda internasional yaitu ketika melawan Watford, Villarreal, dan Chelsea. Barulah nanti mereka akan mengambil keputusan. Biasanya, kalau sudah ada berita seperti ini United pasti akan mudah meraih tiga poin. Setidaknya ketika melawan Watford.