Frenkie de Jong merupakan target utama Erik ten Hag untuk mengatasi krisis gelandang bertahan di Manchester United. Ten Hag sebelumnya sudah mendatangkan orang-orang yang ia kenal sebelumnya seperti Lisandro Martinez, Tyrell Malacia, dan Anthony. Ditambah lagi, ada Donny van de Beek di skuad United.
Kehadiran De Jong dipandang krusial untuk bertempur di lini pertahanan The Red Devils. Ia diharapkan bisa menjadi penyambung dari lini pertahanan, lini tengah, dan penyerangan.
Sayangnya, De Jong menolak untuk pindah dari Barcelona ke Manchester United. Meski, ada sejumlah hal yang seharusnya bisa mendorongnya untuk segera pergi. Kegagalan transfer De Jong mungkin menyebalkan. Tapi, ini jadi satu keuntungan bagi United yang kemudian mendatangkan gelandang bertahan murni dalam diri Casemiro.
Ten Hag awalnya berpikir akan menjadikan United sebagai tim yang dominan, seperti yang ia racik bersama Ajax Amsterdam di Eredivisie, Belanda. Akan tetapi, Premier League tak seperti itu. Premier League jauh lebih keras dan terkadang pertandingan mudah pun menjadi sulit seperti kekalahan 1-2 dari Brighton dan 0-4 dari Brentford.
Tentu akan menarik bagaimana United diisi trio gelandang kreatif seperti De Jong, Christian Eriksen, dan Bruno Fernandes. United akan bermain dengan cantik dengan bola dari kaki-ke-kaki. Sayangnya, tim dengan penguasaan bola tak akan menjamin kesuksesan di Premier League. Lewat satu serangan balik, keindahan selama 90 menit akan buyar begitu saja.
Sampai akhirnya transaksi De Jong mandek. United kemudian mendatangkan pemain utama dengan posisi yang sama dari rival Barcelona. Casemiro lantas hadir tapi masih menampakkan keraguan: apakah ia bisa beradaptasi di Premier League dengan usianya yang sudah 30 tahun?
Casemiro tak langsung jadi pemain utama setelah transfernya sukses. Posisinya masih tergantikan oleh McFred. Namun, kelas seorang pemain memang tak bisa dibohongi. Di enam pertandingan terakhir, Casemiro selalu dimainkan dan mulai menunjukkan kualitasnya.
70 juta paun untuk seorang gelandang bertahan yang masa keemasannya mungkin sudah lewat, tentu kemahalan. Akan tetapi, kasusnya di United berbeda karena mereka sangat membutuhkan gelandang bertahan kelas dunia.
Casemiro nyatanya lebih dari seorang pemain perusak serangan lawan. Dia juga adalah pahlawan di Stamford Bridge lewat gol penyama kedudukannya di akhir pertandingan. Sepanjang pertandingan, ia membantu mengontrol Chelsea yang terus menyerang di babak kedua. Dan pada babak pertama, Casemiro yang mengatur tempo serangan.
Selain itu, umpan Casemiro juga secara mengejutkan sangat bermanfaat buat penyerangan United. Umpan-umpannya lebih banyak ke depan, membuat permainan United lebih progresif. Ini terlihat dari dua pertandingan terakhir di mana area tengah United menjadi terasa lebih menyerang.
Hadirnya Casemiro membuat posisi Fred secara otomatis naik menjadi lebih menyerang. Ini penting buat Fred yang memang secara natural adalah gelandang serang. Wajar melihat Fred tampil begitu eksplosif di laga melawan Tottenham Hotspur. Sementara itu, Christian Eriksen dan Bruno Fernandes bisa bermain dengan posisi yang lebih bebas.
Saat Casemiro bermain, kita bisa membayangkan United saat membangun serangan dari kaki Casemiro. Ia kemudian melepaskan umpan panjang ke Eriksen dan Fernandes. Ketiganya mengontrol penuh area tengah United.
Bukan hal yang berlebihan rasanya kalau Casemiro mengambil waktunya usai perayaan gol bersama rekan-rekannya. Ia melakukan selebrasi dengan penuh energi di hadapan suporter tandang United. Wajar karena kerja kerasnya berbuah hasil yang baik untuk United.
Siapa yang perlu De Jong?
Sumber: Tyrone Marshall dari Manchester Evening News