Foto: Football365

Secara matematis, Manchester United memang masih bisa masuk Liga Champions, tapi semua butuh keajaiban. Dan dengan Arsenal dan Tottenham Hotspur yang masih konsisten meraih kemenangan, tampaknya ajang Eropa harus libur dulu dari kalender United musim depan. Toh, kalaupun masuk Liga Champions, apa iya United bisa melangkah jauh?

Hasil imbang 1-1 melawan Leicester City pada jelang sahur pertama masyarakat Indonesia, membuat Setan Merah terus mempertahankan rekor buruk mereka yang hanya menang satu kali dari enam laga terakhir. Sungguh tragis mengingat para suporter United sudah menunggu dua setengah minggu hanya untuk melihat penampilan United yang kembali ala kadarnya.

Maka dari itu, banyak sekali akun-akun Twitter yang mengunggah ucapan-ucapan satir selepas pertandingan. Tidak sedikit yang berharap kalau lebih baik jeda internasional diteruskan saja agar mereka tidak lagi melihat United bermain.

Jika mengutip apa yang diunggah akun Twitter @utdfocus, secara keseluruhan pertandingan dini hari tadi mendapat persentase 50 banding 50. 50 persen bikin ngantuk, dan 50 persen bikin kesal. Apesnya, itu fakta.

Bikin ngantuk karena United kesulitan untuk membuat peluang-peluang berbahaya. Mereka harus menunggu 26 menit untuk membuat shots on target pertama dari Bruno. Pada laga ini, United memutuskan bermain dengan False Nine karena absennya Ronaldo dan Cavani. Ralf Rangnick juga tidak memainkan Rashford sejak awal mungkin karena alasan performa si pemain yang juga tidak terlalu bagus.

Jika United saja tetap kesulitan meski ada striker, apalagi jika tanpa striker. United seperti orang yang bingung harus bagaimana ketika menguasai bola. Beberapa kali ada momen counter yang sebenarnya bisa dimaksimalkan tapi mereka justru menghilangkan momentum tersebut.

Bermain dengan False Nine justru membuat pemain United dalam hal pembagian peran. Mereka bingung siapa yang harus berada di kotak penalti. Tidak ada dari mereka yang mencari ruang sehingga bola yang dikirim juga menjadi sia-sia. Crossing juga sia-sia karena pemain United tidak punya kemampuan menyundul dengan baik. Serangan juga mentok hanya dari sisi sayap akibat kurang beraninya United bermain dari lini tengah.

Bikin kesal karena pertahanan United yang masih ceroboh. Tidak hanya ketika bertahan namun juga ketika menyerang. Bahkan mereka lebih mudah terancam ketimbang lini belakang Leicester. Sangat disayangkan karena sorotan pekan ini yaitu Harry Maguire justru tampil bagus dan solid. Sayangnya, ia tetap tidak mampu menghindarkan timnya dari kebobolan.

Pengambilan keputusan yang tidak berjalan dengan baik juga menjadi puncak kekesalan suporter United. Terkadang, pemain mereka punya momentum untuk mengeksekusi bola ke gawang namun mereka justru memberikan umpan yang tidak akurat. Begitu pula sebaliknya.

Bahkan pemain United bisa berebut mengenai siapa yang akan mengeksekusi bola. Itulah yang terjadi dalam insiden Elanga dan Rashford pada menit terakhir. Rashford yang bersiap melepaskan tendangan justru diganggu oleh Elanga yang juga ingin menyelesaikan peluang tersebut. Hal ini justru membuat Rashford terjatuh dan mendapat hukuman offside karena Elanga.

Apa yang terjadi dengan Elanga dan Rashford pada menit terakhir laga melawan Leicester seolah menjadi puncak dari perjalanan penuh komedi Manchester United sepanjang musim 2021/22. Entah apakah tim ini bisa ditolong atau tidak pada musim depan, tapi saya merasa kalau penyakit United tetap tidak akan sembuh meski sudah membawa pelatih sekaliber Erik Ten Hag sekalipun.