Selepas kalah dari Atletico Madrid, David de Gea berkomentar kalau dia tidak mau membahas kinerja wasit yang memimpin pertandingan. Sebuah komentar yang cukup tepat mengingat selain tidak mengubah hasil akhir, toh United juga tidak akan kebobolan jika mereka bisa bertahan dengan baik dan benar.
Terkadang, Manchester United masih bisa menang meski wasit yang memimpin pertandingan mereka menjalankan tugasnya dengan buruk. Tidak perlu jauh-jauh, Jon Moss pada laga United melawan Spurs juga tidak terlalu baik kepemimpinannya. Tapi United masih bisa menang 3-2. Mengutip quotes legendaris Coach Justin, selagi United masih bisa cetak gol lebih banyak dari lawannya, ya mereka bisa menang.
Melawan Atletico, Setan Merah kembali mendapat pengadil yang kepemimpinannya kurang baik. Namanya Slavko Vincic. Menurut Ralf Rangnick, Vincic dianggap gampang sekali meniup peluit. Keputusannya memberi empat menit tambahan waktu pada babak kedua juga mengherankan.
Akan tetapi, seperti yang De Gea bilang mengomentari wasit juga tidak ada artinya. Kalaupun Vincic meminta maaf hasil akhir tetap berpihak kepada Atletico. Pertanyaan terbesarnya memang bukan soal Vincic melainkan kenapa United bisa kalah pada pertandingan kemarin?
Melihat statistik, United memang unggul melawan Atletico. Mereka membuat 11 shots dan memiliki penguasaan bola sebanyak 61%. Akan tetapi, catatan ini hanya di atas kertas karena di atas lapangan, ancaman yang benar-benar berpotensi bisa menjadi gol juga cenderung minim. Hanya peluang Elanga yang mungkin bisa disebut sebagai big chance sepanjang 90 menit mereka bermain. Sisanya, hanya percobaan-percobaan dari luar kotak penalti.
Melakukan eksekusi yang sifatnya spekulasi jelas tidak salah. Namun dalam kasus United, spekulasi lebih disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengeliminasi permainan bertahan Atletico yang memang cukup kompak dan disiplin. Inilah yang membuat 61% penguasaan bola United ini cenderung tidak berarti.
Setiap kali bola dimenangkan United, beberapa rekan setim yang lain tidak bergerak mencari ruang yang membuat pemain yang menguasai bola ini gampang terkena overload alias kalah jumlah. Sisi sayap menjadi korban terutama sisi kiri yang menjadi satu-satunya cara United mencari gol.
United fans threw their drinks at Simeone 😳
(via @CBSSportsGolazo)pic.twitter.com/JEoYFcfvol
— B/R Football (@brfootball) March 15, 2022
Cara bertahan Atletico juga patut diacungi jempol. Setelah unggul, Atletico bermain dengan blok medium dan ketika United memasukkan semua pemain menyerangnya, mereka menurunkan lagi pertahanannya menjadi lebih rendah. Disiplin menjadi kunci. Mereka sadar kalau United hanya bisa menyerang dari sayap dan crossing. Tidak ada upaya dari United untuk memancing press demi membuka opsi umpan.
Para pemain belakang Atletico seperti menunjukkan kepada United bagaimana caranya bertahan dengan baik sebagai sebuah unit. Berbeda dari tim tamu, gol yang bersarang ke gawang De Gea hadir karena cara bertahan United yang tidak saling bersinergi satu sama lain. Dalam pertandingan ini, United kebobolan dua kali. Satu gol dianulir dan satu golnya sah. Yang menarik, prosesnya sama.
Harry Maguire sudah melakukan hal yang tepat yaitu keluar dari shape dan melakukan pressing kepada Griezmann. Lalu Varane dan McTominay juga sudah melakukan pressing kepada Felix.
Momen bek tengah keluar dari posnya dan melakukan pressing seperti yang dilakukan Maguire sebenarnya tergolong bagus. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan komunikasi dan pemahaman sesama pemain terkait posisi mana saja yang harus mereka cover. Ini yang kemudian membuat keberadaan pemain belakang United di kotak penalti sering tidak terstruktur.
Setelah sukses menekan Griezmann, Maguire masih fokus kepada pergerakan pemain Prancis tersebut. Lalu Dalot dan Maguire tidak memiliki komunikasi yang bagus untuk menekan Koke sehingga Dalot yang akhirnya menekan Koke. Apes bagi United, Lodi terbebas di ruang yang seharusnya menjadi area cover Dalot. Elanga pun lambat untuk membantu sisi kanan.
For the goal, a top CB senses the danger of the 2v1 vs Dalot & tracks Koke’s run. Instead Maguire runs back in a straight line into the zone already occupied by Telles??? Leaving Dalot with a 2v1 & Lodi free. This is not related to systems/tactics, just poor defensive instincts. pic.twitter.com/vcp6HiSsUi
— Premier League Panel (@PremLeaguePanel) March 15, 2022
Kekalahan ini membuat United resmi memperpanjang puasa gelar mereka menjadi lima musim. Target mereka saat ini adalah tinggal memperebutkan posisi empat agar bisa kembali ke Liga Champions musim depan.
Sayangnya, dengan performa mereka yang masih jauh dari kata konsisten, target ini juga sepertinya sulit diraih. Ditambah dengan tabungan laga yang dimiliki Arsenal membuat jalan United semakin terjal. Inilah yang membuat banyak suporter merasa kalau musim 2021/22 bagi United telah berakhir.
United punya jeda yang cukup panjang untuk menyongsong laga berikutnya karena mereka tidak akan bermain akhir pekan ini. Dalam kurun 17 hari ke depan, suporter United akan dipaksa menikmati kekalahan ini sembari menunggu pertandingan berikutnya.
Â