Foto: Twitter

Nomor “7” di Manchester United syarat dengan pemain-pemain legendaris. Dari George Best sampai Cristiano Ronaldo, mereka semua adalah pemakai nomor kramat tersebut. Namun pernahkah kita bertanya, apa jadinya kalau nomor “7” yang dipakai tidak diridhoi kapten dan manajer? Dan ternyata hal ini hampir dialami oleh David Beckham.

Jauh sebelum membahas hal itu, Roy Keane pernah menolak jersey nomor “7” di Manchester United. Ia bahkan mengakui sulit untuk mengemban nomor tersebut. Alhasil, ia memilih nomor “16”. Menurutnya, nomor ini membuatnya “tetap waspada” selama tahun-tahun penuh kejayaan di era 1990-an.

Ini Keane ceritakan sendiri dalam buku otobiografi keduanya. Di sana ia mengungkap bagaimana Sir Alex Ferguson ingin dirinya menggantikan Eric Cantona dengan nomor “7”. Tentu saja, permintaan itu juga termasuk soal peralihan ban kapten dari tangan kiri Cantona ke tangan kirinya.

“Kapten itu penting. Tetapi nomor skuat juga penting. Manajer menarik saya ke kantornya dan mengatakan bahwa dia (Sir Alex Ferguson) ingin saya memakai nomor ‘7′. Saya berkata, ‘Tidak, saya tidak bisa memakai nomor tersebut’,” ungkap Keane dikutip dari buku otobiografinya.

Di masa itu, David Beckham telah masuk ke tim utama. Sebelumnya ia mengenakan jersey nomor “24” setelah lulus sebagai class of 92. Setelah itu, ia pindah mengenakan nomor “10” pada tahun 1996. Namun, dari sini ada ketidakberesan yang dinilai oleh Roy Keane.

Ketika itu ketenaran pribadi Beckham mulai berkembang dan mendunia. Keane mengatakan itu adalah suatu masalah yang tidak bisa ditoleransi. Bahkan ia merasa rekan setimnya ini berpikir bahwa “dirinya lebih besar dari Sir Alex Ferguson”.

Meskipun tidak setuju dengan sisi showbiz mantan kapten Inggris itu, Keane tetap mengakui kehebatan Beckham. Pada awalnya ia merasa penyerahan nomor “7” bukanlah ide yang baik. Tapi lama kelamaan, ia mencoba ridho bahwa Beckham adalah pemain yang tepat untuk mengenakan nomor tersebut.

“Becks mengerti kalau dirinya pantas mendapatkan nomor tersebut. Dan saya rasa juga itu cocok untuknya. Setelah Cantona dia (Beckham) memakai nomor itu. Dan setelahnya, Ronaldo mendapatkan nomor tersebut dari Becks,” pungkas Roy Keane.

Namun selain masalah nomor, dalam sebuah buku baru berjudul “Fergie: Under The Hairdryer”, David Beckham juga tidak diridhoi dalam masalah gaya rambut. Hal itu diungkapkannya langsung, di mana mantan pemain Real Madrid itu harus terpaksa mencukur gaya rambut mowhack-nya sebelum pertandingan.

“Saya telah mengatakan berkali-kali ditegur manajer. Saya akui, dia (Sir Alex Ferguson) bukan hanya manajer terhebat. Tapi dia juga sosok ayah bagi saya sejak saya tiba di Manchester United pada usia 11 hingga hari saya pergi dari Old Trafford,” kenang Beckham.

“Namun, saya tidak pernah lupa soal gaya rambut. Mungkin Hairdryer Treatment adalah salah satu alasan United bermain bagus. Itu adalah buah dari prinsip Sir Alex. Meskipun ada saat-saat ketika saya pikir dia bertindak terlalu jauh, dan menyebabkan beberapa masalah.”

“Sebelum melawan Chelsea di Wembley pada tahun 2000, saya memutuskan untuk mengubah gaya rambut. Saya memilih mohawk. Saya masih memakainya saat kami melakukan perjalanan ke Wembley. Tapi ketika tiba di ruang ganti dan saya mengungkapkan gaya rambut baru, saya tahu itu akan berakhir buruk,” tambahnya.

“Benar saja, dalam beberapa detik setelah pembukaan, dia berteriak kepada saya, ‘Pergi dan cukur habis rambut itu!’ Saya pikir dia bercanda. ‘Tidak, saya serius, sekarang pergi dan cukur bagian yang kemerahan itu!’ Jadi saya pergi untuk mencari gunting, dan tepat sebelum kami siap keluar untuk pemanasan, saya berada di terowongan Wembley untuk mencukur mohawk saya.”