Di masa mudanya, Bebe tidak hidup dengan enak. Setelah dilepas kedua orang tuanya, ia tinggal bersama neneknya. Karena kesulitan mengurus, sang nenek pun menitipkannya di gereja.

Awalnya, sang nenek menjanjikan kalau ia hanya akan tinggal selama dua pekan. Namun, sang nenek tak kunjung menjemput. Ia malah tinggal di gereja yang dikelola Casa do Gaiato tersebut selama delapan tahun.

Meski begitu, Casa do Gaiato adalah rumah yang tepat buat Bebe. Tanpa pernah mengecap sekolah, Bebe justru dibentuk lewat kedisiplinan dan kerohanian. Di sini, ia belajar membaca, menulis, dan tentu saja bermain sepakbola.

Di Casa do Gaiato, Bebe berkesempatan mewakili Portugal di Foca 90, turnamen sepakbola jalanan Eropa yang digelar di Bosnia Herzegovina. Selepas turnamen ini, tak lama berselang, kesebelasan Divisi Ketiga Portugal, Estrela da Amadora, merekrutnya.

Di Estrela, ia berkenalan dengan Goncalo Reis, yang baru setahun bekerja sebagai agen pemain. Setelah berbincang, Bebe setuju untuk menunjuk Reis sebagai agennya.

Banyak keuntungan yang didapatkan Bebe dari Reis. Misalnya, saja sang agen kerap membelikannya sepatu dan pakaian. Bebe juga kerap tinggal di rumah Reis untuk beberapa kesempatan. Sering pula Bebe berangkat latihan diantar Reis naik mobil, sehingga ia tak perlu menumpang bus selama dua jam.

Soal perjalanannya ke tempat latihan ini, Reis mengenang kalau apa yang dilakukan Bebe tidaklah mudah. Apalagi ia menghabiskan waktu empat jam hanya untuk perjalanan.

“Perjalanan ke tempat latihan tidaklah mudah. Itu menunjukkan dedikasinya. Setelah berlatih, dia kembali ke tempat penampungan dan membantu di sana dengan bersih-bersih dan sebagainya. Mereka semua mengakhiri hari dengan berdoa. Kegiatan itu adalah kewajiban,” kata Reis.

Di Estrela, Bebe digaji 300 euro perpekan. Ia menjadi satu-satunya pemain yang digaji rutin saat itu. Namun, Estrela punya banyak utang. Sampai akhirnya, mereka tak bisa membayar gaji mingguan Bebe.

Di lima pertandingan terakhir, Bebe memilih untuk keluar dari klub, sekaligus mengakhiri kontrak mereka, termasuk klausul pelepasan senilai 1,2 juta euro. Di akhir musim, Estrela bangkrut dan gulung tikar.

Keluar dari Estrela membuat Reis bekerja keras. Salah satunya menawarkan Bebe pada PSV Eindhoven secara gratis. Namun, klub yang berlaga di Eredivisie tersebut menolak. Mereka tak mau karena bahkan tak pernah menyaksikan Bebe bermain secara langsung.

Sampai akhirnya Vitoria de Guimaraes mengontrak Bebe. Vitoria merupakan kesebelasan yang naik daun di Portugal. Musim sebelumnya, mereka menempati peringkat keenam. Langkah Vitoria cukup mudah mengingat cuma mereka klub besar yang mau merekrut Bebe.

Reis pun melakukan negosiasi agar kontraknya lancar. Dalam kontrak Bebe tercantum klausul pelepasan senilai tiga juta euro. Namun, karena permainan bagusnya di pramusim, klausul ini naik jaid sembilan juta euro. Vitoria melihat celah karena Bebe mencetak lima gol di enam pertandingan pramusim. Apalagi ia masih berusia 20 tahun.

Di sini petaka hadir. Reis awalnya senang karena Marca memberitakan bahwa Manchester United dan Real Madrid tertarik untuk merekrutnya. Ini adalah sebuah keajaiban mengingat Bebe belum pernah bermain di level profesional! Ia bahkan tak main sekalipun buat Vitoria di kompetisi resmi.

Sudah bersiap negosiasi, ada hal aneh yang dirasakan Reis. Tiba-tiba saja ia tak bisa mengontak kliennya itu. Sampai akhirnya, ada kabar kalau Bebe sudah resmi jadi pemain Manchester United pada 11 Agustus 2010.

Dua hari berselang, sepucuk surat tiba. Reis membacanya dan alangkah kagetnya ia, bahwa surat tertanggal 5 Agustus itu menyebut kalau Bebe sudah memecat Reis sebagai agennya. Alasannya bahwa kontraknya dengan Vitoria justru merugikannya.

Reis bingung karena sebenarnya, ia justru menguntungkan Bebe di mana sang pemain punya 30 persen hak ekonomunya. Artinya, Bebe berhak mendapatkan 30 persen dari biaya transfer yang didapatkan Vitoria dari penjualan Bebe.

Insting Reis langsung mengarah pada Jorge Mendes. Ia merasa kalau Mendes memanfaatkan ketidakpahaman Bebe terhadap kontrak dan klausul untuk menjadikannya sebagai klien. Namun, Reis enggan untuk mengadukannya secara resmi. Soalnya, Bebe yang nantinya akan menjadi korban.

Akhirnya, Bebe resmi pindah ke Manchester United dengan Jorge Mendes sebagai agennya. Lebih gilanya lagi, Mendes membayar hanya 100 ribu euro untuk mendapatkan 40 persen hak ekonomi Bebe. Saat United merekrut Bebe, Mendes mendapatkan keuntungan senilai 3,6 juta euro dengan rincian 10 persen komisi agen, dan sisanya dari hak ekonomi Bebe.

Awalnya Reis menahan, tapi akhirnya ia mengirim pengaduan resmi ke FIFA pada 2012. Soalnya, apa yang dilakukan Mendes melanggar aturan FIFA soal agen pemain. Di situ tertulis kalau agen tak boleh bernegosiasi dengan pemain yang sudah punya agen. Di sisi lain, pemain berhak menghentikan kontrak lebih cepat, tapi harus punya alasan yang legal dan valid.

Hal ini sempat membuat Kepolisian Portugal menanyai sejumlah pihak, termasuk Manchester United, dalam hal transfer Bebe. Namun, hingga saat ini tidak ada seorangpun yang ditetapkan sebagai tersangka.

Dari cerita ini, Reis jelas menjadi orang yang paling rugi. Ia yang bersama Bebe di waktu sulit, tapi sang pemain justru mengkhianatinya saat mendapatkan banyak uang.

Entah menguntungkan atau tidak, tapi menukik tajamnya penampilan sekaligus karier Bebe seakan menjadi jawaban kalau karma memang ada di dunia.