Foto: Twitter

Tingkat terendah dari tanggung jawab adalah melakukan sesuatu jika disuruh oleh atasan atau seseorang yang memiliki wewenang. Biasanya yang melakukan hal seperti ini adalah orang yang tidak tanggap atau lebih parahnya adalah orang malas.

Namun, ada jenis tanggung jawab yang berada di atas tingkat barusan. Yaitu melakukan sesuatu tanpa disuruh. Secara otomatis hal seperti ini akan meningkatkan sebuah kinerja dan produktifitas dalam pekerjaan. Termasuk jika hal ini dipakai ke dalam skema latihan di sepakbola.

Hanya saja, tingkat tanggung jawab seperti ini hanya dapat dibentuk lewat sebuah aturan yang baik. Aturan di sini berfungsi sebagai penyokong dan pengikat lingkungan yang ada di sekitarnya. Dengan begitu semuanya bisa menjadi terintegrasi atau terhubung satu sama lain.

Meskipun sulit dibayangkan, tapi ternyata Manchester United pernah menerapkan hal tersebut. Mereka juga sempat memiliki aturan “tak terucap” sebagai penyokongnya dan diterapkan pada sesi latihan ketika masih berada di bawah asuhan Sir Alex Ferguson. Jelas, sang kapten tim waktu itu yakni Roy Keane, pun turut membantu mengatur hal ini.

Seperti yang kita tahu, United adalah salah satu tim terbaik di dunia ketika berada di bawah Ferguson. Dan di sebagian besar tahun-tahun kejayaannya, Keane adalah orang yang memimpin tim Setan Merah sebagai sosok kapten yang berwibawa.

Aturan “tak terucap” merupakan salah satu cara efektif dalam membentuk kedisiplinan dan produktifitas para pemain Manchester United di masa kejayaannya. Hal itu diungkapkan sendiri oleh Quinton Fortune, mantan pemain yang bergabung dengan United setelah meraih treble pada 1999.

Fortune mengisahkan, ternyata Sir Alex Ferguson dibantu oleh Roy Keane dalam membentuk standar tinggi dalam latihan. Keane lalu menerapkan aturan “tak terucap”, dan dengan hal itulah mental serta karakter para pemain United waktu itu bisa terbentuk. Terutama dalam hal seperti kedisiplinan dan produktifitas.

“Dia (Keane) turut membantu dan menetapkan standar tinggi kepada para pemain setiap hari, khususnya dalam proses latihan. Dia memiliki begitu banyak pengaruh dalam tim United, dan jika Anda menjatuhkan standar Anda, Anda akan mendengar nasihat darinya,” ujar Fortune kepada Daily Star.

“Dia (Keane) tidak hanya mengawasi standarnya naik atau turun, tapi memang dia sendirilah yang menetapkannya. Dia bisa berbicara dan berjalan (mengawasi) tanpa henti setiap hari. Saya berharap orang-orang bisa melihat dan belajar banyak dari orang ini ketika berlatih. Karena dia luar biasa.”

Fortune sendiri berada di Old Trafford dari tahun 1999 hingga 2006. Itu berarti ia sempat merasakan dua kondisi berbeda. Di mana saat United mendapatkan treble, dan saat United kedatangan generasi muda berikutnya seperti Wayne Rooney atau Cristiano Ronaldo.

Maka jika ditanya apakah Roy Keane akan menurunkan standarnya dan berharap lebih sedikit kepada generasi muda? Jawabannya ternyata sama sekali tidak. Bahkan menurut Fortune, baik Rooney atau Ronaldo, mereka dengan cepat mengikuti aturan. Malah secara teratur mulai menjadi pemain profesional berkat aturan “tak terucap” tersebuat.

“Aturan itu mungkin hanya disebut sebagai ‘aturan yang tidak diucapkan’. Anda secara tidak langsung harus mengambilnya sejak hari pertama di tempat latihan. Setiap hari Anda harus waspada dalam latihan. Karena jika Anda melakukan kesalahan, mungkin orang lain akan menggantikan Anda. Sesederhana itu,” tandas Fortune.

“Jika latihan dimulai pukul 10:15, Anda secara tidak langsung harus berpikir, ‘oke, saya akan masuk jam 9, dan bahkan mungkin jam 8 pagi’. Anda dituntut masuk lebih awal, sarapan, melakukan peregangan, datang ke lapangan jam 10 pagi, dan siap untuk melakukan pelatihan.”

“Saya melihat Gary dan Phil Neville melakukannya. Cristiano Ronaldo, dan tentunya Roy Keane, semua orang melakukannya. Jadi pemain baru akan langsung menjalaninya secara alami. Bagi semua orang di klub, semua ini kemudian menjadi kebiasaan. Anda mungkin akan berpikir, ‘apakah ini normal?’, tapi terlepas dari itu, efeknya Anda menjadi lebih baik saat melakoni pertandingan.”

Sebagai pengawas dan penentu standar tinggi dalam aturan untuk para pemain Manchester United, nama Roy Keane sangat berjasa. Namun sayangnya ia harus meninggalkan klub setelah terjadi pertengkaran hebat dengan Sir Alex Ferguson pada November 2005. Sejak saat itu, hubungan mereka berdua tidak pernah pulih.

Sebenarnya Keane sendiri sering menjadi suara Ferguson di lapangan. Namun kesamaan yang ada pada mereka berdua justru membuat mereka semakin berbenturan. Dengan kondisi inilah aturan “tak terucap” mulai luntur di dalam tubuh para pemain United. Dan dengan penisunnya Ferguson dari kursi manajer untuk selamanya, aturan itu tak lagi terlihat.

Padahal mungkin aturan “tak terucap” semacam itulah yang diperlukan untuk membentuk karakter serta mental para pemain United yang sesungguhnya. Tentu saja, dengan aturan itu, pastinya bisa membuat para pemain Setan Merah di musim ini jauh lebih disiplin dan produktif.