Foto: The Guardian

Selain kemenangan 5-1 dan menggilanya Bruno serta Paul Pogba, satu momen yang tidak bisa dilupakan dari pertemuan United melawan Leeds pekan lalu adalah kehadiran Raphael Varane. Pemain baru United tersebut resmi diperkenalkan secara langsung di depan suporter United yang juga sudah lama tidak hadir memenuhi stadion.

Menurut Laurie Whitwell, gimmick ini sengaja dibuat oleh Solskjaer untuk meningkatkan animo para penonton, pemain, dan semua yang hadir di Old Trafford. Keputusan yang tepat karena riuh langsung hadir saat pemenang Piala Dunia ini berjalan menuju lingkaran tengah Old Trafford sembari memegang kostum merah United bernomor punggung 19. Mengingatkan kita dengan momen saat Bryan Robson melakukan hal serupa hampir 40 tahun yang lalu.

Kedatangan Varane tidak hanya sebatas menambah jumlah pemain di lini belakang, melainkan juga menambah kualitas di sana. United kedatangan pemain yang komplet. Pemain belakang yang punya aspek defensif dan ofensif yang sama baiknya.

Varane tidak sekokoh Maguire yang berani berduel fisik, namun bukan berarti fisik Varane menjadi tidak berguna. Menurutnya, ia adalah bek tengah kontemporer. Pemain yang tidak menonjolkan satu aspek saja alias baru muncul ketika memang diperlukan. Singkatnya, United kedatangan satu lagi bek modern setelah Lindelof dan Maguire.

Kehadiran Varane juga menandakan akhir dari 10 tahun penantian kepada pria kelahiran 25 April 1993 tersebut. Jauh sebelum sosoknya benar-benar ada di Manchester, Varane memang sudah diincar oleh United ketika masih bermain untuk Lens.

“Banyak rumor dan banyak orang bicara tentang saya dan United sejak 2011, ketika Sir Alex datang ke rumah ibu saya. Ketika momen itu mulai menjadi nyata, saat itulah saya berbicara dengan klub saya dan membicarakan tentang kesempatan nyata bermain di Premier League bersama United,” tuturnya.

10 tahun lalu, Sir Alex Ferguson menyebut kalau Varane adalah pemenang yang sesungguhnya. Hal ini memang benar-benar tercermin dari gelar yang ia raih. Bahkan gelar Liga Champions yang ia punya lebih banyak dari gelar Liga Champions yang dimiliki United.

Beberapa media juga mengklaim saat itu kalau Varane lebih dekat ke United sekaligus mengalahkan Arsenal yang juga menginginkannya. Sayangnya, ambisi United atau Fergie pupus setelah Real Madrid yang akhirnya memenangkan perlombaan.

“Saya ingat saat itu meluncur dari Euston ke Lille untuk mengontrak bek muda Prancis, Raphael Varane. David Gill masuk ke poin yang lebih baik dari kontrak di Lens, tapi entah darimana Zidane mengetahui hal ini dan membawanya ke Real Madrid tanpa sepengetahuan kami,” kata Fergie dalam bukunya, Leading.

Ferguson kesal. Menurutnya, Real Madrid saat itu menjegalnya. Bagaimana tidak, Ferguson sudah beberapa kali memantau permainannya di Prancis. Ia bahkan tidak berpikir kalau Jose Mourinho, pelatih Madrid saat itu, menjadi otak kedatangan Varane karena ia yakin Mourinho sama sekali tidak pernah melihat Varane bermain secara langsung.

Memang pada akhirnya Spik-spik maut ala Zidane yang sukses membuat Varane luluh meski sebenarnya ia sudah pernah mengatakan kalau United adalah tim terbaik dan terbesar di dunia. Zidane bahkan pernah menghubungi Varane meski ia sebenarnya sedang ujian di sekolahnya.

Sir Alex Ferguson memang bukan lagi otak kedatangan Varane ke United pada musim ini. Namun, sosoknya sudah pasti akan tersenyum dari tribun kehormatan melihat mantan gebetannya kini benar-benar ada di Teater Impian.

Sekarang, ia tinggal melihat apakah Varane, sosok yang lebih dulu mengenal rugby ketimbang sepakbola, benar-benar ‘sang pemenang’ seperti yang pernah ia ucapkan dulu. Tantangan kini ada dalam diri Varane yang sudah membuktikan kalau dia adalah seorang pemenang saat masih bermain untuk Madrid dan juga timnas Prancis.

Attacks wins you games, defence wins you title. Suporter United tahu benar makna quotes bersejarah itu. Mereka kini berharap kalau kutipan magis itu bekerja pada musim ini saat Varane akan mengenakan kaus merah pertama kalinya yang kemungkinan besar baru akan terjadi pada pekan ketiga atau bahkan setelah jeda internasional.