Foto: The Irish Time

Meski gagal lolos ke babak 16 besar Liga Champions, Manchester United agaknya masih ingin tetap bersama Ole Gunnar Solskjaer. Para elit klubnya sangat berkeyakinan jika rekor Solskjaer sebagai manajer telah menunjukkan adanya progres. Meskipun keyakinan kuat ini hadir setelah United kalah dari RB Leipzig.

Optimisme para petinggi Manchester United

Menurut pundit The Guardian, Jamie Jackson, para petinggi United tersebut sebenarnya kecewa ketika klubnya kembali harus berkompetisi di Europa League. Namun di satu sisi, mereka telah melihat rasio kemenangan Solskjaer, dan hal ini sudah membuat mereka terkesan. Itu berarti Setan Merah masih akan tetap mempertahankannya, dan mereka akan tetap mendukung visi jangka panjangnya.

Semua anggapan ini terlihat jelas dan signifikan. Terutama jika dilihat dari posisi dan poin yang diperoleh United di Premier League. Mereka hanya tertinggal lima poin di belakang pemuncak klasemen Tottenham dan Liverpool. Ditambah lagi, ada satu pertandingan sisa di tangan mereka. Oleh sebab itu, para elit Setan Merah yakin jika klubnya itu masih tetap menjadi penantang gelar.

Selain itu, United sendiri dianggap masih bisa lebih baik dengan kontribusi dari Bruno Fernandes di dalam timnya. Karena jika kembali melihat catatan 10 pertandingan terakhir Premier League musim ini, pasukan Setan Merah berhasil mengoleksi 19 poin dan 19 gol. Catatan ini lebih baik dari 13 poin dan 13 gol di musim lalu –ketika mereka finis di urutan ketiga.

Inilah alasan mengapa para petinggi klub masih belum punya keinginan untuk mencari opsi pengganti manajer seperti sebelumnya. Karena seperti yang diketahui, sejak Sir Alex Ferguson pergi pada 2013, skuat United selalu berada dalam kondisi yang tidak seimbang dan kurang identitas. Dan hal ini biasanya menjadi sebab dipecatnya manajer pasca Ferguson.

Tapi sekarang, para petinggi klub United sudah yakin bahwa terdapat indikasi yang berkembang dari skuat asuhan Ole Gunnar Solskjaer. Dan sekali lagi, mereka juga yakin bahwa klubnya masih dapat bersaing untuk perebutan gelar liga ke-21 serta trofi lainnya di bawah Solskjaer.

Sejauh ini, visi jangka panjang dan proses “membangun kembali” yang sedang berlangsung pun telah dianggap –oleh para elit klub– memberi skuat United karakter yang diperlukan. Terutama lantaran itu semua ditambah dengan perpaduan lulusan akademi seperti Mason Greenwood, dan perekrutan pemain mapan seperti Fernandes dan Edinson Cavani.

Identitas dan catatan rasio kemenangan Solskjaer

Ada kepercayaan bahwa tim United saat ini lebih memiliki identitas ketimbang saat berada di bawah David Moyes, Louis van Gaal dan José Mourinho. Dari para manajer pendahulunya di era pasca-Ferguson, rasio kemenangan Solskjaer juga lumayan besar. Tepatnya sebesar 56% dari 108 pertandingan di semua kompetisi (60 kemenangan).

Meskipun, catatan kemenangan manajer asal Norwegia ini masih di bawah Jose Mourinho, yang memiliki presentase kemenangan sebesar 58% dari 144 pertandingan (84 kemenangan). Solskjaer unggul dari catatan milik David Moyes dengan 53% di tempat ketiga (27 kemangan dari 51 pertandingan) dan Van Gaal di tempat terakhir dengan 52% (54 kemenangan dari 103 pertandingan).

Namun para elit klub United juga tahu di mana posisi rekor Solskjaer ini jika dibandingkan dengan manajer klub rival mereka. Rasio kemenangannya masih lebih rendah dari presentase 61% Jurgen Klopp di Liverpool dan 72% Pep Guardiola di Manchester City. Tapi, Solskjaer masih lebih baik daripada Mikel Arteta di Arsenal (55%), Frank Lampard di Chelsea (54%) dan Mourinho di Tottenham (53%).

Dengan jumlah pertandingan yang sudah ia koleksi sekarang, yaitu 108, maka Solskjaer perlu melihat para pesaingnya. Misalnya saja, setelah 108 pertandingan Jurgen Klopp berhasil membawa Liverpool meraih gelar Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, dan Premier League. Namun, ia hanya memiliki perolehan kemenangan 50%, 6% lebih sedikit dari Solskjaer.

Yang ada di depan Solskjaer

Sejak pertandingan pertama Solskjaer sebagai pelatih pada Desember 2018, rekor kemenangan yang ia peroleh masih menempatkannya jauh di belakang Klopp maupun Pep. Ia masih jauh di belakang catatan 73 kemenangan Klopp dari 104 pertandingan, dan 81 kemenangan Pep dari 110 pertandingan pada periode yang sama. Jadi intinya, Solskjaer masih perlu meningkatkan timnya lagi agar ia dapat memperoleh hal yang serupa.

Tapi yang jelas dari semua itu, dukungan kuat dari Manchester United untuk Solskjaer ini tidak berarti tanpa syarat dan lepas tangan. Karena setiap hasilnya akan terus dipantau. Apalagi setiap catatan rasio kemenangan pastinya akan terus berbanding lurus dengan hasil positif.

Di depan Ole Gunnar Solskjaer masih ada pertandingan derby melawan Manchester City. Dan setelahnya, United akan bermain melawan Sheffield United, Leeds, Everton (di perempat final Piala Carabao), Leicester dan Wolves sebelum akhir tahun.

Kerja keras masih terus diperlukan, dan yang paling utama, hasil positif akan selalu ditunggu oleh semua yang mendukung Manchester United.