Manchester United berhasil memenangi Derby Manchester pada Minggu (7/3) kemarin. Skor 2-0 menjadi hasil akhir pertandingan tersebut.
Kalau hanya melihat statistik pertandingan, United jelas kalah jauh. Bagaimana tidak? Secara total City memegang 65 persen penguasaan bola, dengan 23 tendangan. Bandingkan dengan United yang hanya melepaskan delapan tendangan, di mana enam mengenai target dan dua lainnya bahkan tak sampai gawang.
Secara permainan pun, City terlihat lebih mendominasi. Akan tetapi, statistik di atas tidak menunjukkan bagaimana City amat kesusahan untuk membongkar pertahanan The Red Devils. Ini bisa dilihat bahwa dari 23 tendangan, cuma enam yang mencapai sasaran, alias angkanya sama dengan yang didapatkan United.
Hal lain yang luput dari angka statistik sebenarnya dari jumlah umpan City di pertandingan tersebut yang mencapai 715 umpan. Soalnya, lebih dari setengah umpan tersebut dilakukan di lapangan tengah, bukan di area pertahanan United. Selain itu, 313 umpan di antaranya justru diarahkan ke belakang, bukan ke depan.
Meskipun demikian, ada satu hal yang bisa dipelajari dari cara bermain Manchester City, yakni bagaimana mereka melakukan pressing.
Pressing dan Gaya Main Agresif Manchester United
Ole Gunnar Solskjaer menyebut kalau anak asuhnya bermain lebih agresif ketimbang musim sebelumnya. Yang dilakukannya adalah dengan melakukan pendekatan lewat pressing.
Sayangnya, pressing yang dilakukan Manchester United masih sekadar menekan pemain lawan yang membawa bola. Namun, yang terjadi setelahnya masih belum terasah sebagus yang dilakukan Manchester City atau Liverpool.
Misalnya ketika Manchester United di-pressing oleh lawan. Pemain yang di-press berusaha menjauhkan tekanan tersebut. Contohnya Dean Henderson yang kerap membuang bola jauh-jauh saat bola diumpankan padanya. Akibatnya? United berpeluang kehilangan penguasaan bola.
Ini berbeda dengan Manchester City yang agaknya sudah terbiasa di-press lawan. Para pemain City punya ketenangan saat memegang bola. Sehingga mereka santai-santai saja saat ada lawan mendekat. Selain itu, pemain lainnya pun berusaha membuka ruang untuk diumpan. Jadi, para pemain City punya banyak opsi untuk mengoper bola.
Ini terjadi misalnya ketika Ederson di-press oleh tiga pemain: Anthony Martial, Bruno Fernandes, dan Marcus Rashford. Ederson masih punya waktu berpikir untuk mengarahkan bola, dan mengumpankannya dengan nyaman. Hal ini juga ada pengaruh dari cara United melakukan pressing.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pemain yang melakukan pressing hanya yang dekat dengan bola. Namun, pemain lainnya masih tetap berada di posisinya dan tidak menutup arah bola yang akan diumpan. Akibatnya, pemain City masih bisa mengumpan ke sesamanya dengan aman, karena hanya satu pemain yang ditekan.
Contohnya saat Gundogan memegang bola, fokus pemain United hanya menekan Gundogan. Namun, arah bola yang akan diumpan Gundogan tidak dijaga, sehingga ia bisa memberikan umpan pada Zinchenko yang masuk ke area yang ditinggalkan pemain United untuk melepaskan tendangan.
Hal berbeda dilakukan oleh para pemain City saat melakukan pressing. Selain menutup arah umpan, mereka juga membayangi pemain United lainnya agar bola sulit untuk diumpankan.
Ini sering terjadi ketika Fred membawa bola. Ia biasanya ditekan oleh dua sampai tiga pemain City. Namun, Fred sulit memindahkan bola karena pemain United lain tidak membuka ruang. Arah umpannya pun tertutup oleh para pemain City. Ini yang bikin Fred beberapa kali kehilangan bola di babak pertama.
Cara United melakukan pressing seolah menjadi kesia-siaan kalau tidak dimatangkan di tempat latihan. Melakukan pressing hanya berdasarkan inisiatif Bruno Fernandes, jelas akan sulit menghadirkan hasil yang diinginkan. Ditambah lagi lawan mereka memang sudah dilatih untuk menghadapi pressing dari lawan.
Ada momen di babak pertama ketika Martial menekan Ederson. Namun, empat bek City sama sekali tak ada yang menjaga. Jadilah Martial hanya membuang-buang stamina dengan mengejar Ederson ke gawangnya.
Yang jadi perhatian khusus adalah bagaimana para pemain City begitu nyaman memegang bola. Hampir tidak terlihat mereka gugup atau kikuk yang bisa menyebabkan salah umpan atau bola terebut.
Ini harus dimaksimalkan Ole di tempat latihan. Karena beberapa kali terlihat para pemain United seperti terburu-buru membuang bola saat ditekan oleh pemain City.
Hanya pressing yang bisa dipelajari para pemain United dari City. Soalnya, kalau bicara pola serangan, permainan City semalam justru mirip United: menyerang tanpa pola.
Ini bisa terjadi karena fokusnya Fred dan Scott McTominay di lini tengah sebagai jangkar, serta keempat bek United yang bermain rendah dan rapat. Pemain City tak ubahnya Rashford atau Martial yang sering kebingungan, bolanya akan dikemanakan!
Semoga progres yang dimaksudkan oleh Ole Gunnar Solskjaer bisa berdampak positif pada permainan MU ke depannya. Mungkin musim ini The Red Devils tak akan meraih trofi Premier League. Namun, musim ini bisa menjadi fondasi dari bagaimana kita memenangi Premier League musim depan. Semoga!