Beberapa minggu terakhir, Jose Mourinho terlihat aktif sekali dalam memberikan komentar terkait Manchester United. Larangan Mourinho untuk mengumbar aib Setan Merah sepertinya sudah tidak berlaku lagi jika kita menilik isi komentarnya. Ucapannya to the point, sebisa mungkin langsung ke intinya. Ia tidak mau klise karena ia sudah menahbiskan diri sebagai orang yang “tidak” baik.

Jurnalis BBC, Simon Stone, kemudian menelaah beberapa komentar Mourinho tersebut. Ia mencoba untuk menjabarkan beberapa kutipan dari Special One tersebut terkait kondisi klub saat ini. Sebuah kesimpulan muncul kalau Manchester United kini sedang tersesat dan lagi-lagi beberapa ucapan Mourinho ternyata benar.

Waktu yang akan Berbicara

Musim terakhir Mourinho penuh petaka. Akan tetapi, dia selalu kukuh pada pendapatnya kalau prestasi membawa Manchester United finis pada peringkat kedua adalah pencapaian terbaik. Hal ini ia ungkapkan lagi ketika diwawancarai oleh L’Equipe.

Tidak sedikit yang menganggapnya bercanda. Bahkan ada yang mengolok-ngolok ucapannya saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, Mourinho membuktikan kalau lagi-lagi ucapannya benar. Dengan skuad yang buruk dan tanpa ambisi, berada pada peringkat kedua jelas menjadi prestasi yang cukup baik.

“Saya terus mengatakan, berpikir, dan merasakan, tetapi waktu kini sudah berbicara. Masalahnya masih ada. Masalahnya ada di para pemain, organisasi tim, dan ambisi,” kata Mourinho.

Ucapan ini sendiri, menurut Stone, dibantah oleh beberapa orang dalam United. Mereka percaya kalau United masih punya ambisi. Namun melihat kondisi United enam musim terakhir, apa yang diucapkan Mourinho kembali benar. Sebelum Fergie pensiun, United hanya tiga kali finis di luar dua besar. Setelah pensiun, hanya satu kali mereka finis pada posisi dua teratas.

Soal Transfer Pemain

“Saya menginginkan dua pemain lagi, namun saya merasa kalau saya hanya mendapatkan satu,” kata Mourinho.

Sebelum Ferguson pensiun, United hanya empat kali membeli pemain di atas 25 juta paun. Mereka adalah Juan Veron, Rio Ferdinand, Wayne Rooney, and Dimitar Berbatov. Namun sejak 2013, mereka sudah melakukannya 14 kali. Hal ini dua kali lebih sedikit dari Manchester City (16), tetapi lebih banyak dari Chelsea (13), Liverpool (11), Arsenal (enam), dan Tottenham (lima).

Mourinho jengkel karena aktivitas transfer United kurang pada musim lalu. Fred (47 juta paun), Diogo Dalot (19 juta), dan Lee Grant (gratis) adalah pemain yang didatangkan. Namun siapa manajer yang puas dengan pemain-pemain seperti. Mourinho menuntut lebih banyak dan memberikan lima nama, namun tidak ada satu pun yang datang.

Dua pemain itu diantaranya penyerang sayap, Willian dan Ivan Perisic. Keduanya diproyeksikan untuk mengganti Martial yang siap dijual. Namun keinginan Mourinho menjual Martial ditahan pihak klub. Kemudian ada tiga bek tengah yang tidak didatangkan karena berbagai alasan. Harry Maguire (terlalu mahal), Jerome Boateng (rawan cedera), dan Yeri Mina (tuntutan agen berlebihan).

Memang tidak ada jaminan kalau Mourinho akan berhasil apabila permintaannya dituruti. Namun melihat lini belakang yang rajin kebobolan meski ia sudah pergi dan dua rekrutan sebelumnya, Eric Bailly dan Victor Lindelof tidak bisa menjadi pasangan yang klop, maka sudah jelas kalau lini belakang perlu perubahan.

Lantas bagaimana dengan Martial? Nampaknya ia musti mengeluarkan lebih banyak lagi permainan terbaiknya karena dia sudah dikontrak hingga 2024.

Struktur yang Tidak Kokoh

Setelah Mourinho dipecat dan digantikan Solskjaer, manajemen United dituntut untuk mencari orang baru yang bisa bekerja sebagai direktur teknik. Namun delapan minggu setelah Solskjaer diangkat sebagai manajer tetap, jabatan itu masih kosong. Siapa yang ditunjuk belum jelas karena kandidat terus berganti.

Mantan pemain dijadikan solusi. Katanya, mantan pemain adalah orang yang paling paham seluk beluk klub luar dan dalam. Namun apakah mantan pemain bisa menjadi solusi? Apakah mereka tahu kondisi sepakbola di Eropa dan negara-negara lain? Apakah mereka tahu bagaimana kondisi pemain muda United di segala kelompok umur? Bagaimana kerja mereka dengan agen dan cara negosiasi mereka? Serta bagaiman pandangan mereka tentang Solskjaer?

Louis van Gaal pernah mengatakan kalau yang dibutuhkan United bukanlah jabatan baru melainkan orang-orang baru yang bisa mengisi posisi yang sudah ada dengan baik. Siapa yang bisa mengatakan kalau orang seperti Ed Woodward, yang lulusan akuntan, bisa menjadi perantaar transaksi dalam transfer klub dan negosiasi kontrak?

Namun melihat ucapan Mourinho, United saat ini memang butuh struktur yang rapi. Struktur yang bisa membuat klub dapat diatur dengan cara-cara tertentu. Klub yang harus memiliki pemilik, CEO, direktur sepakbola, dan manajer.

Pemain yang Kembali Berulah

Mourinho dianggap sebagai racun. Ada juga yang menyebutnya virus. Suporter menolak pendekatan konfrontatifnya terhadap manajemen dan pemain. Hubungan dia dengan para pemain perlahan hancur.

Bulan September, Mourinho mencabut jabatan Pogba sebagai kapten. Ia marah dan balik menyerang sang manajer tentang taktik yang tidak bisa ia terima. Pada Desember, Mourinho beberapa kali mengistirahatkan Pogba termasuk diantaranya pertandingan melawan Liverpool.

“Aku lebih percaya kepada pemain yang lain. Pemain yang bisa menjembatani kesenjangan. Beberapa dari mereka tidak bisa saya percaya,” kata Mourinho ketika ditanya apa yang harus ditingkatkan dari timnya, kualitas atau mentalitas?

Ketika Solskjaer masuk, segalanya membaik. Sifatnya halus, senyumnya hangat, dan sosoknya yang santai, sempat membuat penampilan beberapa pemain meningkat, termasuk Pogba. Namun perasaan baik itu tidak bertahan lama. Lagi-lagi gestur para pemain memberi isyarat kalau ruang ganti United tidak membaik.

Tidak semua tim yang baik memiliki ruang ganti yang baik. Man City contohnya. Tidak semua orang menyukai Pep Guardiola. Kevin de Bruyne bahkan sempat berkonflik dengannya. Namun, mereka semua profesional ketika di atas lapangan yang membuat City tetap menjadi tim yang rajin menang.

United saat ini diisi nama besar tapi tidak bisa membawa tim kemenangan. Keadaan bisa jadi tambah rumit karena gaji mereka akan dipotong karena gagal ke Liga Champions.

Banyak PR untuk Solskjsaer

Musim 2018/19 meninggalkan banyak PR bagi Solskjaer untuk diselesaikan. Yang pertama adalah menentukan masa depan dari beberapa pemain seperti Pogba, Martial, Mata, Sanchez, Lukaku, dan De Gea. Semua nama tersebut masih belum jelas apakah masih berseragam United atau tidak.

Begitu juga dengan Ed Woodward. Ia harus mempersiapkan dana dan mendukung Solskjaer agar tidak ada lagi pecat memecat pelatih. Solskjaer juga sama. Ia harus bisa memperbaiki kondisi fisik pemain yang katanya menjadi faktor utama dari penurunan para pemain United dua bulan terakhir.

Jika hal ini bisa diselesaikan, maka ia bisa menyerang balik Mourinho dan membuatnya kembali dianggap sebagai biang kegagalan United. Namun Solksjaer juga harus meningkatkan kapasitas taktiknya yang dianggap belum bisa bersaing dengan tim-tim papan atas Premier League.

***

Manchester United saat ini terkena masalah yang cukup rumit. Masalah yang tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja. Semua harus diselesaikan tanpa terkecuali mengingat klub ini sekarang seperti kesebelasan yang sedang tersesat.