Foto: Loco Steve dari Flickr (https://www.flickr.com/photos/locosteve/)

Marcus Rashford tampil bagus di laga melawan Barnsley. Ia mencetak dua gol dan satu asis. Namun, kalau menilik gaya mainnya, Rashford bagai tertinggal di masa lalu.

Rashford diturunkan sebagai penyerang tunggal oleh Erik ten Hag. Di kedua sayap, ia ditemani oleh Alejandro Garnacho dan Antony Spin. Di situs Whoscored, Rashford mendapatkan rating 10; cuma sedikit pemain yang bisa mendapatkan rating setinggi ini, salah satunya Jonny Evans. Namun, meski mendapatkan rating tinggi, secara permainan Rashford tidak cocok untuk sepakbola masa kini.

Apa alasannya?

Rashford menampilkan apa yang ia tunjukkan delapan tahun lalu. Ia masih orang yang sama: menggiring bola melewati bek lawan. Musim lalu, Rashford tampil buruk karena hal ini. Gocekannya kerap gagal dan ia sering menjadi alasan serangan United yang gagal.

Di laga melawan Barnsley, Rashford memang tampil memesona. Pada peluang pertamanya, ia melewati dua pemain sebelum menendang langsung ke gawang. Rashford tidak berpikir panjang sebelum menendang. Padahal, ia punya banyak opsi. Pun pada peluang keduanya, ia punya kesempatan dua kali berhadapan dengan bola, dua kali pula ia tendang. Meski, ia harusnya tahu kalau peluang mencetak golnya kecil.

Rashford baru mencetak gol pada peluang ketiganya. Mirip dengan peluang pertama, Rashford melewati satu pemain lawan, sebelum menendang bola langsung ke gawang.

Walau begitu, Rashford berperan penting dalam proses gol kedua United. Ia mengirim umpan terobosan pada Antony yang dilanggar kiper Barnsley. Wasit menunjuk titik putih dan Antony mencetak gol.

Gol ketiga United bisa saja tak terjadi andai bola tak mengenai kaki bek Barnsley. Dalam proses gol tersebut, Rashford menggocek bola dan berusaha melewati tiga pemain. Usahanya gagal karena bola ditekel bek Barnsley. Bola mengarah pada Alejandro Garnacho yang kemudian mencetak gol. Mestinya hal itu tidak dianggap sebagai asis karena Rashford tak punya niat mengumpan pada Garnacho yang meminta bola sedari tadi.

Kecemerlangan Rashford hadir pada gol keduanya. Setelah diberi umpan terobosan oleh Garnacho, tanpa pikir panjang ia langsung menendang bola dan menjadi gol.

Rashford bukannya tampil jelek, justru sebaliknya. Ia tampil sangat bagus. Namun, yang perlu diingat, lawan yang dihadapi Rashford adalah para pemain dari divisi tiga. Sehingga, segala gocekannya tampak dengan mudah dan sulit dihentikan lawan. Di sisi lain, para pemain lain sudah sangat berkembang, termasuk Garnacho. Ia tak lagi berusaha menjadi Cristiano Ronaldo yang menggiring bola dan menggocek lawan, tapi main satu-dua sentuhan.

Permainan satu-dua sentuhan ini yang harus bisa dimaksimalkan oleh Rashford. Ia harus bisa membuat keputusan dengan cepat seperti yang ia lakukan di gol kedua United. Dalam sepakbola masa kini, sudah bukan zamannya lagi berusaha melewati sebanyak mungkin permainan lawan.

Mentalitas Rashford juga mesti dibenahi. Dalam proses gol keduanya, Antony dijatuhkan di depan kotak penalti. Alih-alih mengejar bola, Rashford malah merentangkan tangan tanda protes. Untungnya pemain Barnsley salah mengumpan yang langsung direbut oleh Garnacho.

Penampilan Rashford tentu harus disambut baik. Apalagi pekan lalu ia juga turut mencetak gol dalam kemenangan 3-0 atas Southampton. Namun, melihat gaya permainannya, Rashford mesti segera menyesuaikan diri dengan gaya main United yang ideal.

Seperti apa yang ideal? Lihat permainan satu-dua Bruno Fernandes dan Christian Eriksen. Tidak banyak pegang bola tapi jadi efektif. Dan yang paling penting tidak merugikan tim. Lagi pula tidak setiap pekan kita menghadapi tim seperti Barnsley, bukan?