Jalan Manchester United untuk merekrut Nouassir Mazraoui kian dipermudah. Salah satu caranya dengan menjual Aaron Wan-Bissaka ke West Ham United.

Mazraoui sendiri diincar untuk mengisi pos bek kanan yang diisi Diogo Dalot dan Aaron Wan-Bissaka. Baik Matthijs de Ligt dan Mazraoui dianggap tak lagi berguna bagi Bayern.

Menjual Wan-Bissaka

Menurut kabar terbaru, United yakin bisa mendatangkankan Mazraoui. Kehadirannya memang akan membuat pos bek kanan menjadi penuh. Namun, United sebenarnya berencana menjual Wan-Bissaka ke West Ham United.

Uniknya, target West Ham awalnya bukan Wan-Bissaka tapi Mazraoui. Tawaran 16 juta paun dari The Hammers ditolak dan mereka memindahkan target pada Wan-Bissaka.

Ini bukan kali pertama West Ham mengajukan penawaran. Pada musim pertama Ten Hag, West Ham ingin meminjam Wan-Bissaka. United bahkan dua tahun lalu berminat menjualnya, tapi tidak jadi karena kenaikan performa pada musim lalu.

Ini jadi kesepakatan yang bagus juga buat Wan-Bissaka yang memang asli London. Baru lima tahun lalu, ia pindah ke Manchester dalam kesepakatan senilai 50 juta paun.

Mazraoui dan De Ligt Bukan Orang Baru

Mazraoui main di bawah Ten Hag saat berkostum Ajax Amsterdam. Ia pindah ke Bayern Munchen pada 2022 atau di tahun yang sama ketika Ten Hag pindah ke United. Di level timnas, ia adalah pemain andalan Maroko yang mencapai semifinal Piala Dunia 2022.

Sejauh ini, Manchester United mendatangkan pemain yang mayoritas dikenal oleh Erik ten Hag; baik saat masih melatih Ajax Amsterdam ataupun yang senegara.

Meski memiliki kecenderungan merekrut pemain yang dikenalnya, Ten Hag punya alasan. Soal De Ligt ia mengaku mengenalnya dengan baik bahkan ingin merekrutnya dua tahun lalu. Namun, kala itu De Ligt sudah hampir pasti pindah ke Bayern.

Soal perekrutan De Ligt di musim ini, justru nama tersebut tidak muncul dari saran Ten Hag, melainkan murni dari manajemen United.

Ten Hag sendiri sadar kalau langkah yang dilakukannya mengundang kritik. Namun, ia bilang kalau para pemain yang berhasil direkrut itu murni kebetulan.

Walau begitu, merekrut pemain yang sudah dikenal tentu bukan hal baru. Ini juga wajar karena pelatih menganggap mereka bisa dipercaya dan saling mempercayai. Pun dengna Mazraoui dan De Ligt yang performanya tak bagus bersama Bayern. Di sisi lain, keduanya justru jadi andalan ketika dilatih Ten Hag.

Bersama Ten Hag, De Ligt main di 70 laga; atau yang terbanyak ketimbang dengan pelatih lain. Bahkan, sejak meninggalkan Amsterdam, kareir De Ligt tidak meroket seperti yang diprediksikan. Ia main di bawah lima manajer berbeda dalam lima tahun dengan maksimal pertandingan yang dijalaninya adalah 42 laga.

Harus Mengikuti Kebijakan INEOS

Sir Jim Ratcliffe sendiri punya cara sendiri untuk menjalankan Manchester United. Ia menyebut kalau United butuh fondasi yang bagus, yang mana itu adalah struktur organisasi yang tepat. Ia ingin agar pelatih tak melapor ke CEO, tapi pada struktur di atasnya seperti direktur sepakbola.

Untuk itu, INEOS merekrut Omar Berada sebagai CEO yang fokus di sepakbola. Di bawahnya ada Dan Ashworth sebagai sporting director yang bertugas melapor pada Berrada. Di bawah Ashwort, ada direktur teknik, Jason Wilcox, dan direktur perekrutan, Christopher Vivell.

Nantinya, perekrutan akan dilakukan oleh Vivell di mana ia ditugaskan untuk merekomendasikan pemain yang cocok dengan gaya main tim utama. Maka, jadi hal yang memang kebetulan kalau United merekrut pemain yang juga dikenal oleh sang manajer.

Tujuan dari struktur ini adalah agar skuad tidak terpengaruh jika pelatih kepala diganti. Jika Ten Hag benar-benar pergi, maka harus ada pengganti dengan gaya yang sama dan senang bekerja dengan skuad yang diwarisinya. Itulah mengapa berbahaya membiarkan seorang manajer mendikte strategi transfer, menurut INEOS.

Namun, melihat rencana perekrutan saat ini, Ten Hag tampaknya masih punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap rencana perekrutan.

Sumber: Manchester Evening News