Foto: Twitter

“Setiap pertandingan akan menjadi tantangan. Akan ada kemunduran dan kekecewaan,” ungkap Erik ten Hag sebelum dimulainya musim baru Premier League.

Sepertinya ia tidak perlu menunggu lama untuk merasakan buah dari perkataannya itu. Karena di awal musim ini, Manchester United kembali meraih hasil yang mengecewakan di kandang sendiri. Hasil ini seakan memecah semua ekspektasi besar yang ada di benak suporter mereka.

Tapi jika dianalisa, United memang pantas kalah oleh Brighton dalam pertandingan pertama pelatih asal Belanda itu. Sepakbola yang fasih dengan pertukaran posisi yang cerdik memang sempat terlihat di Old Trafford. Tapi bukan United yang memainkannya, melainkan Brighton.

Ten Hag mungkin kaget. Tapi kaget di sini bukan hanya tentang hasilnya. Karena dalam kekalahan 2-1 ini ada harapan yang tak sampai. Karena setelah pra-musim yang menjanjikan dan dengan dua pemain baru yang datang, para suporter seperti melihat hal yang tidak sinkron.

Musim baru dan manajer baru telah menciptakan suasana optimisme, banyak yang bilang kalau itu adalah fajar baru yang telah terbit. Semuanya seakan sudah optimis meskipun diselimuti perdebatan tentang masa depan Cristiano Ronaldo.

Ternyata pada kenyataannya, masalah di Manchester United masih belum hilang. Walaupun sempat ada suasana riuh di awal permainan menjanjikan Erik ten Hag di laga vs Brighton. Terutama ketika United bisa melakukan serangan balik, dan mereka bermain dengan penuh ancaman.

Sayangnya, hasilnya tidak ada, dan yang terjadi justru Pascal Gross berhasil merobek gawang David de Gea dua kali. Diogo Dalot terlihat kecolongan di momen gol kedua. Dan semua suporter United terkejut mengapa justru dua gol dari tim tamu yang lebih dulu hadir.

United kemudian mencoba bermain berbeda. David de Gea sampai harus melakukan 25 operan. Ini merupakan jumlah operan kiper terbanyak kedua dalam satu pertandingan Premier League sejak zaman Louis van Gaal. Tapi itu semua terasa agak lambat, dan setelah gol pertama terjadi, kepercayaan suporter pada taktik Ten Hag mulai berkurang.

“Saya pikir itu adalah awal yang baik dan setelah itu kami turun satu level. Kami kurang percaya diri. Itu tidak semestinya terjadi. Kami harus selalu percaya pada diri sendiri. Mereka harus menghadapi kemunduran, tapi mereka harus percaya kalau mereka bisa ciptakan momen yang bagus,” ujar Ten Hag dikutip dari Sky Sports.

Melihat hasil buruk ini tentu semua orang langsung teringat dengan Cristiano Ronaldo. Superstar asal Portugal itu dicadangkan di laga vs Brighton, dan ia sebelumnya dinilai masih belum siap bermain karena telat bergabung dengan tim utama. Tapi dari sini semua orang bisa menilai bahwa Ronaldo bukanlah masalah di tubuh United.

Itu berarti Erik ten Hag mesti berpikir nasib timnya jika ke depan harus bermain tanpa Ronaldo. Dan ia sendiri sudah tahu hasilnya begitu buruk seperti yang dialami pada laga vs Brighton. Jangan dulu berpikir gelar jika masalah seperti ini masih belum kelar. Karena para suporter Setan Merah sudah sangat bosan melihat tim kesayangannya terus menerima hasil buruk.

David Moyes mungkin pernah diejek karena menyarankan Manchester United harus bercita-cita menjadi seperti Manchester City. Tapi hari ini saran Moyes barusan sangatlah masuk akal. Mungkin suporter United juga sangat senang jika melihat tim kesayangan bermain seperti rivalnya.

Namun jika melihat hasil dari laga melawan Brigton, Ten Hag sepertinya masih butuh banyak waktu untuk mengubah United. Karena jangankan berbicara gelar, mantan manajer Ajax itu saja masih kaget merasakan atmosfer Premier League. Jadi untuk saat ini, suporter Setan Merah sepertinya diminta untuk terus bersabar (lagi).