Entah apa jadinya Manchester United musim ini tanpa Cristiano Ronaldo. Menghadapi juru kunci Norwich City saja mereka kesusahan. Beruntung, United masih bisa menang dengan skor tipis 3-2 yang semua golnya berasal dari pemain yang sepanjang musim ini dianggap sebagai beban klub tersebut.
Musim ini, kehadiran Ronaldo justru memicu perdebatan di kalangan basis penggemar Manchester United. Jika di era Sir Alex Ferguson, Ronaldo selalu menjadi idola, maka kali ini dia mulai dianggap sebagai beban klub.
Buruknya permainan United musim ini di semua kompetisi disebut-sebut karena kehadiran si nomor 7. Bahkan dia dianggap sebagai biang menurunnya performa para pemain United lainnya. Rashford jelek karena Ronaldo, Bruno under perform salah Ronaldo, Maguire tidak bisa jadi kapten yang bagus katanya karena ada Ronaldo. Yang lebih ekstrem, dipecatnya Ole Gunnar Solskjaer juga dianggap karena Ronaldo.
Beberapa kali saya berkata kalau Ronaldo memang tidak bisa lagi untuk diandalkan di setiap pertandingan. Tanda-tanda penurunan sudah terlihat. Usia tidak bisa dibohongi. Namun menganggap Ronaldo adalah beban tim justru sebuah kesalahan.
Semalam, untuk kesekian kalinya si beban menjadi penyelamat. United hampir saja mendapat malu ketika melawan Norwich City. Bagaimana tidak, menghadapi tim juru kunci saja mereka kepayahan. Sudah bagus-bagus ditolong Ronaldo lewat dua golnya, eh dengan enteng keunggulan itu disia-siakan karena ketidakmampuan mereka mengatasi serangan balik. Beruntung, Ronaldo datang dengan tendangan bebasnya yang akhirnya sukses menemui jala.
Menurut Ilhamzada, salah satu penulis sepakbola, kemenangan United semalam lebih karena mentalitas dua orang yaitu Ronaldo dan De Gea. Dalam posisi tertinggal, mereka masih bisa bermain tenang. Ronaldo dengan golnya, sedangkan De Gea dengan penyelamatan krusialnya. Sisanya, menurut Ilham, ampas.
Sulit untuk tidak setuju dengan pendapat tersebut karena semua gol United tidak lahir dari sebuah skema permainan yang apik. Gol pertama datang dari kesalahan Ben Gibson. Gol kedua dan ketiga dari skema bola mati.
Di sisi lain, Norwich bisa mencetak dua gol dari dua skema yang terencana dengan baik. Selepas laga, De Gea bahkan berkata kalau menghadapi tim sekelas Norwich, mereka seharusnya bisa mengontrol pertandingan.
Ketimbang menganggap Ronaldo beban, saya justru melihat kalau beban sesungguhnya ada di pemain-pemain lainnya. Terutama di lini belakang. Dua gol Norwich berasal dari dua pemain yang sama-sama kosong tidak ada penjagaan. Dua bek sayap United, Dalot dan Telles selalu keteteran ketika diserang balik. Bahkan kamera menangkap beberapa kali Telles tidak berlari saat mundur.
Dua pemain ini harus siap untuk kembali dengan cepat karena United bermain tanpa DM. Pada laga ini, Ralf Rangnick memainkan Pogba, Bruno, dan Lingard di tengah. Mengingat karakter semua pemain ini adalah menyerang, maka tidak ada yang bisa back up posisinya saat fullback maju. Sekali memdapat serangan balik, Norwich hanya tinggal berhadapan dengan Maguire-Lindelof di belakang.
Itulah yang dimanfaatkan Norwich untuk mencetak dua gol. Baik dua bek sayap, lalu Pogba yang diplot sebagai DM dadakan tidak bisa mengemban tugas bertahan mereka dengan baik. Pada akhirnya Telles pun diganti Rashford, lalu Pogba bahkan disoraki oleh pendukung United sendiri setelah pertandingan dan mendapat chant bernada kasar sebagai konsekuensi atas penampilan buruknya.
Sebenarnya, bukan cuma Pogba saja yang dihujat. Pada menit ke-70, suporter United menyanyikan chant yang berbunyi “Anda tidak layak untuk memakai baju ini” sebagai sindiran dari buruknya penampilan para pemainnya. Beruntung, Free Kick Ronaldo mengubah emosi marah mereka menjadi emosi kebahagiaan karena menang.
Tulisan ini mungkin akan dianggap subjektif karena hanya berisi pembelaan kepada Cristiano Ronaldo. Namun suka tidak suka, dialah penyelamat pada pertandingan ini. Berkat dia juga, United masih punya harapan untuk bisa finis di posisi empat. Bandingkan, ada di mana posisi United jika tanpa menghitung gol Ronaldo. Bisa-bisa tim ini sudah berada di luar sepuluh besar.
Tiga gol ini juga menjadi peredam dari banyaknya berita miring yang beredar terkait dirinya. Mulai kabar kalau Erik Ten Hag akan melepasnya, hingga insiden handphone saat melawan Everton sebelumnya.
United masih memiliki enam laga untuk memuluskan ambisi mereka menuju empat besar. Apes, karena tiga laga diantaranya menghadapi Liverpool, Arsenal, dan Chelsea. Tiga lawan lainnya yaitu Brentford, Brighton, dan Palace juga tidak bisa dianggap remeh. Suporter United tentu berharap si beban klub ini bisa kembali mencetak gol dan menjadi pahlawan untuk menyelamatkan musim mereka yang sudah kadung buruk ini.