Dalam wawancara terbarunya, Paul Pogba berbicara secara terbuka tentang keinginannya untuk mengakhiri empat tahun penantiannya dalam meraih trofi bersama Manchester United. Selain itu, ia juga mengungkapkan fakta sebenarnya mengenai posisi mana yang disukainya ketika bermain di atas lapangan.
Jika mengingat kembali, Pogba sendiri memang sempat mencetak gol pembuka dalam kemenangan final Europa League pada 2017 atas Ajax di Stockholm. Di tahun itulah United terakhir kali meraih trofi. Dan sejak saat itu, Pogba menikmati kesuksesan di pentas internasional dengan memenangkan Piala Dunia 2018 bersama Prancis di Rusia.
Hanya saja sayangnya, pemain berusia 28 tahun itu masih belum mendapatkan kesuksesan serupa di level klub. United masih berada di masa paceklik trofi. Meskipun di satu sisi, mereka telah mencapai semifinal dalam beberapa musim ke belakang.
Dengan kondisi semacam inilah, Paul Pogba sangat berambisi untuk mengakhiri masa-masa kelam tanpa trofi. Menurutnya, United harus kembali memenangkan sesuatu. Karena secara pribadi, ia juga sangat tidak suka bermain sepakbola tanpa merasakan kemenangan.
“Kami (United) harus memenangkan sesuatu. Saya sendiri tidak suka bermain sepakbola tanpa merasakan kemenangan. Jika merasakan hal ini, saya adalah pecundang yang buruk, dan saya akan selalu menjadi pecundang yang buruk. Jadi setiap kali saya bermain, saya ingin menang. Secara pribadi, kami juga menginginkannya,” tutur Paul Pogba kepada Sky Sports.
“Saya pikir kami semakin dekat dengan trofi. Saya akan mengatakan bahwa tim ini ada peningkatan. Ketika saya mengatakan peningkatan, klub ini memiliki tujuan dan sasaran besar yang ingin dicapai. Dan itu tidak lain adalah meraih trofi untuk disimpan. Itulah yang kami inginkan dan itu yang akan menjadi langkah besar kami.”
“Saya senang, kami semakin mendekati final. Kami memang masih di Europa League, tapi kami masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan. Kami masih bisa juara liga selama City gagal meraih trofi. Jadi kami akan terus bekerja dan bermain. Kami masih memiliki peluang untuk memenangkan sesuatu di tahun ini, jadi mengapa tidak?”
Sementara itu, Paul Pogba secara lebih jauh menggarisbawahi betapa pentingnya sebuah permainan mempuni bagi Manchester United di musim ini. Terutama di sepanjang Januari lalu, yang di mana ia membantu Setan Merah ke puncak klasemen Premier League. Kendati kemudian, eks pemain Juventus ini mengalami cedera yang lumayan memakan waktu.
Tim United pun agak kehilangan ritmenya selama Pogba cedera. Dan hal ini terbukti benar. Karena ketika si pemain kembali dari cedera pada Maret lalu, ia kembali memberikan kontribusinya. Ia berhasil membantu United untuk menuju ke perempat final Europa League dengan mengalahkan AC Milan di babak 16 besar.
Padahal sebelumnya, pengaruh Paul Pogba di skuat United sering menjadi perdebatan. Terutama jika berbicara tentang posisi terbaiknya. Maka ketika menyikapi persoalan ini, ia menjawab bahwa posisi yang disukainya hanyalah berada di lapangan. Posisi yang paling baik baginya adalah melaksanakan perintah Ole Gunnar Solskjaer dengan kemampuan terbaik.
“Untuk masalah posisi, saya lebih suka menjawabnya dengan: ‘saya suka bermain di lapangan’. Saya suka menyerang, saya suka berada di dalam kotak penalti, saya suka menjadi penentu untuk tim saya, dan saya akan melakukan semuanya. Saya juga suka bertahan, memulihkan bola, dan masuk ke kotak penalti. Saya hanya ingin bebas. Bebas memainkan sepakbola,” ungkap Pogba.
“Saya lebih baik ketika saya memainkan sepakbola versi saya. Ketika saya masuk ke dalam kotak penalti, mendapatkan beberapa tembakan, melakukan operan dan tekel. Saya pikir setiap pemain perlu bermain di mana mereka merasa nyaman. Ketika Anda melakukannya dengan baik di suatu tempat, Anda pasti akan melanjutkan dan terus melakukannya.”
“Akan lebih sulit bagi seseorang untuk konsisten dan bermain baik ketika Anda banyak berubah. Akan tetapi ada peran yang berbeda, itu seperti mempertahankan peran apa yang diinginkan manajer untuk Anda di atas lapangan. Selama Anda dapat membantu tim yang diinginkan manajer, itu akan menjadi hal yang penting,” tambahnya.
“Anda tidak harus menjadi egois. Saya jelas ingin bermain, dan saya merasa nyaman dengan diri saya sendiri. Tapi jika manajer menyuruh saya bermain lebih dalam, saya akan bermain lebih dalam dan memberikan yang terbaik untuk membantu tim sebanyak yang saya bisa. Jika saya harus bermain lebih tinggi, maka saya akan melakukan hal yang sama.”