Kekalahan Manchester United 2-0 atas West Ham kembali membuat para suporter merana. Bagaimana tidak, akibat hasil buruk itu, Setan Merah kembali keluar dari posisi enam besar dan turun ke posisi delapan Premier League dengan selisih sepuluh poin dari pemimpin klasemen, Liverpool.
Hal ini juga membuat mantan pemain United Paul Ince sedikit naik pitam. Ia kemudian mengklaim bahwa bekas klubnya itu telah kehilangan identitas, dan ia mewajibkan mereka untuk menyalahkan wakil ketua eksekutif Ed Woodward dan petinggi klub yang lain atas semua krisis yang terjadi ini. Ince berharap hal seperti itu bisa membuat barisan elit klub sadar dan mulai berintrospeksi.
Seiring dengan itu, kemerosotan United ini sendiri sebenarnya bukan hanya persoalan urutan klasemen, tapi juga lebih ke persoalan cara petinggi klub dalam menangani semua kebijakannya. Oleh karena itu, Paul Ince punya dasar kuat untuk menuduh Woodward dan bawahannya sebagai penyebab utama karena tidak memberi Ole Gunnar Solskjaer investasi yang cukup besar untuk pasukannya, dan malah lebih memilih tertarik untuk meraup keuntungan di ranah bisnis “luar lapangan”.
Dilansir dari Mirror, Ince lalu mengatakan bahwa naik turunnya performa United di setiap musimnya –termasuk musim ini– adalah karena ketidaksanggupan para petinggi klub dalam menangani pasukan Setan Merah. Ince bahkan berani menantang mantan klubnya itu untuk mendapatkan posisi terbaik di musim ini jika memang bisa. Namun pada kenyataannya, memang para petinggi klub tidak peduli pada orientasi semacam itu.
“Para petinggi klub tidak memikirkan dengan serius klubnya sendiri. Maka hasilnya akan selalu naik turun, dan di sepanjang musim ini mereka (Unied) akan terus menderita. Saya siap menerima tantangan untuk bertaruh apakah mereka mampu memperebutkan posisi empat besar di musim ini. Tapi, saya lebih peduli tentang kinerja para petinggi, dan juga cara Ed Woodward dalam membangun klub,” tutur Paul Ince.
“Dia benar-benar mendapatkan banyak keleluasaan. Dia adalah orang yang sembarang dalam menunjuk manajer yang akanbertanggung jawab. Padahal hasilnya nihil. Dia tidak melihat struktur klub, tidak memprioritaskan perekrutan pemain, dan sebagainya. Woodward bukan pria yang lahir dari sepakbola. Dia adalah pria mata duitan. Dari sudut pandang itu, saya yakin dia melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi para suporter tidak peduli dengan hal semacam itu.“
“Mereka ingin Manchester United punya para pemain berkualitas di lapangan. Mereka ingin dihibur dan melihat timnya juara, tapi mereka tidak mendapatkannya. Gambaran ini tidak terlihat seperti tim United lagi. Para suporter United mungkin tidak bisa lagi percaya pada tim kesayangannya sendiri. Meskipun mereka akan tetap mendukung timnya apa pun yang terjadi. Jadi, mereka layak mendapatkan yang terbaik dari United.”
Klaim keras Paul Ince ini sebenarnya datang ketika United mulai bergerak untuk meyakinkan para suporter mereka bahwa kesuksesan di lapangan adalah prioritas mereka. Namun, yang terjadi adalah United lebih memprioritaskan menghasilkan uang dari pengabdian para supporter, yaitu penjualan tiket.
Maka tak heran mengapa ketika para petinggi United mengeluarkan pernyataan langsung terkait hal tersebut, tidak sedikit dari suporter mereka yang menuduh kalau klubnya lebih menempatkan kepentingan komersial ketimbang meraih juara atau bermain baik di atas lapangan.
“Semua orang di klub, mulai dari pemiliknya sampai bawahannya, sudah fokus untuk bersaing dan memenangkan trofi di level tertinggi. Untuk melakukan itu, maka kami telah banyak berinvestasi dalam skuat kami dan kami akan terus melakukannya. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun operasi komersial kami yang sukses akan membantu mendorong investasi itu, prioritasnya adalah tetap fokus untuk mencapai kesuksesan di atas lapangan,” ujar juru bicara para petinggi Manchester United.
Dari pernyataan tersebut bisa ditebak bahwa isinya hanya omong kosong belaka. Bayangkan saja, The Red Devils sampai sekarang belum memenangkan gelar liga lagi sejak 2013, dan mereka telah jauh tertinggal dari rival mereka Manchester City dan Liverpool, yang juga kini memimpin klasemen. Namun, mengapa para petinggi klub terus membuat narasi klaim bahwa keberhasilan mereka di atas lapangan tetap menjadi prioritas?
Padahal semua orang juga tahu kalau faktanya sisi komersial lebih penting di mata mereka. Maka sekali lagi, klaim semacam itu hanyalah omong kosong belaka. Wajar rasanya mengapa Paul Ince begitu geram terhadap Ed Woodward dan kroco-kroconya.
Catatan redaksi: kutipan diambil dari Mirror