Manchester United mengawali turnamen Europa League dengan hasil positif. Menghadapi wakil Kazakhstan, Astana, Setan Merah menang tipis dengan skor 1-0. Satu-satunya gol dicetak oleh pemain muda mereka, Mason Greenwood, pada menit ke-73. Kemenangan ini membawa mereka untuk sementara berada di peringkat pertama setelah di laga lain, AZ hanya bermain seri 2-2 melawan Partizan.
Mason Greenwood menjadi bintang bagi United pada pertandingan ini. Satu golnya tidak hanya memberikan tiga poin namun juga membawanya terpilih sebagai pemain terbaik versi penggemar Setan Merah. Proses golnya pun cukup baik di mana ia melakukan satu gerakan tipuan menggunakan kaki kirinya lalu menyelesaikan peluang dengan kaki kanannya. Proses gol yang mirip dengan aksi Robin van Persie, pemain yang gaya mainnya dijiplak oleh Greenwood.
“Mason adalah salah satu pemain yang kami ingin pertahankan. Mentalitasnya selalu sama saat ia mencetak gol ataupun gagal mengonversi peluang. Ia selalu fokus dan kami senang bekerja dengannya. Perlahan ia mulai memahami tempo sepakbola level senior dan hari ini adalah perkenalan bagus baginya,” tutur Solskjaer setelah pertandingan.
Pria yang baru-baru ini tersandung video nakalnya itu memang patut mendapat pujian. Dribelnya selama 90 menit tidak ada yang gagal. Akurasi umpannya mencapai 94%. Ia melepaskan empat tembakan. Meski hanya satu yang mengarah ke gawang, namun satu-satunya tembakan tersebut adalah yang menjadi gol. Aspek defensifnya pun cukup baik dengan membuat dua tekel sukses dan tiga kali memenangi duel. Tidak salah jika ia yang terpilih menjadi pemain terbaik.
“Ia adalah pemain dengan naluri gol alamiah. Pemain yang biasa bermain di sekitar kotak penalti lawan. Ia tahu cara menyelesaikan peluang. Meski kadang sepakannya terlalu keras dan punya potensi membawa keunggulan lebih cepat, namun orang-orang tahu kalau dia punya potensi yang begitu spesial.”
Semalam, Solskjaer membuat gebrakan dengan menurunkan skuad lapis kedua dengan lini depan yang diisi oleh empat pemain muda jebolan akademi. Selain Greenwood, tiga pemain lainnya adalah Angel Gomes, Tahith Chong, dan Marcus Rashford. Di lini belakang, ia memainkan Axel Tuanzebe. Pemain muda ini juga mendapat pujian dari pelatihnya tersebut atas penampilannya yang cukup memuaskan.
Dibuat Pusing oleh Astana
Namun malam indah di Old Trafford tersebut nampaknya hanya milik Mason Greenwood seorang. Bagi Manchester United secara keseluruhan, malam kemarin adalah malam berikutnya untuk meneruskan kekurangan mereka sebagai kesebelasan yang masih kesulitan menghadapi lawan yang kualitasnya lebih lemah dari mereka.
90 menit pertandingan mutlak dimiliki oleh United. Bahkan duet Phil Jones dan Axel Tuanzebe bisa mendekati sepertiga akhir. Saking dominannya serangan mereka Tuanzebe saja bisa membuat lebih dari 100 sentuhan. Terlihat jelas perbedaan kualitas dari kedua kesebelasan.
Akan tetapi, dominasi tersebut terbentur oleh kokohnya lini belakang Astana yang memainkan formasi 4-1-4-1 dengan 2 blok yang sangat rapat. Blok-blok ini membuat kreativitas United menjadi buntu khususnya di lini tengah. Hanya Fred saja yang membuat umpan kunci lebih banyak dari pemain lainnya. Bahkan lima umpan kunci yang tercipta pada babak pertama, tiga diantaranya datang dari kaki Jones, Tuanzebe, dan Rojo yang merupakan pemain belakang.
Miskinnya kreativitas United sampai membuat Solskjaer turun dari kursinya dan memerintahkan Diogo Dalot untuk bergerak lebih ke depan. Naiknya bek asal Portugal ini membuat serangan United lebih menitikberatkan ke sisi sayap setelah mereka tidak bisa menembus rapatnya dua blok rendah milik Astana. Namun menyerang lewat sayap ternyata bukan jalan keluar bagi mereka untuk menyelesaikan masalah. United melepaskan 31 umpan silang, namun hanya dua yang menemui sasaran.
Pemain muda macam Angel Gomes dan Tahith Chong yang diharapkan bisa mudah mengobrak-ngabrik nampak keteteran. Hanya ada satu umpan kunci yang dibuat dari kombinasi dua pemain ini. Sisanya hanya umpan-umpan ke samping dan bukan passing forward ke lini depan. Serangan United kemudian menjadi lebih rapi setelah dua pemain ini ditarik keluar. Sebuah bukti kalau modal semangat dan jiwa muda belum cukup untuk bertarung di kompetisi sekelas Europa League sehingga mereka butuh belajar lebih sering lagi.
Rapatnya permainan Astana memang bisa menjadi alasan kalau United hanya menang tipis 1-0. Namun ketika melihat lini depan United yang tidak kekurangan peluang, maka hal ini menandakan kalau rapatnya barisan belakang Astana bukan menjadi sebuah alasan bagi mereka untuk membuat gol lebih banyak.
Sepanjang 90 menit, United melepaskan 20 tembakan dengan tujuh diantaranya mengarah ke gawang Nenad Eric. Dari tujuh shoot on target tersebut, enam dibuat di dalam kotak penalti. Seandainya mereka lebih tenang mengeksekusi peluang, maka gol yang didapat tidak akan minim seperti ini.
Betapa frustrasinya Solskjaer terlihat ketika dia hanya tersenyum kecut saat lini depannya boros peluang pada babak pertama. Bahkan gol Greenwood pun hanya disambut dengan tepuk tangan sembari duduk. Tidak seperti biasanya yang begitu reaktif dalam melakukan perayaan.
Wajar jika Solskjaer masih merasa kecewa. Pada pertandingan kemarin, United punya rataan peluang gol sebesar 2,79. Rata-rata sebesar ini biasanya membuat sebuah kesebelasan unggul tiga sampai empat gol pada akhir pertandingan.
“Dalam permainan seperti ini, kemenangan seharusnya sudah dipastikan sejak 20 menit pertama jika Anda bisa menyelesaikan peluang dengan benar sehingga Anda bisa menikmati sisa pertandingan dengan nyaman. Tiga poin menyenangkan tapi kami tidak bisa memanfaatkan awal laga yang berjalan baik bagi kami,” ujar Solskjaer.
Selepas menghadapi Astana, United ditunggu oleh West Ham United, kesebelasan yang levelnya jauh lebih baik ketimbang wakil Kazakhstan tersebut. Solskjaer sudah memberi garansi kalau beberapa pemain muda ini tidak akan ambil bagian pada Minggu besok. Perubahan ini diharapkan bisa memberikan kabar baik. Terutama untuk lini depan yang sampai saat ini masih dikenal boros dalam memaksimalkan peluang berbahaya.