Hari Kamis (29/8) nanti akan menjadi hari yang spesial bagi seorang Eric Cantona. Mantan penggawa Manchester United ini akan menerima penghargaan UEFA President dari otoritas tertinggi sepakbola Eropa tersebut. Penghargaan ini akan diberikan pada sela-sela pengundian fase grup Liga Champions musim 2019/2020 di markas besar mereka, Monaco.
UEFA President merupakan penghargaan yang diberikan untuk seseorang yang dianggap memiliki pencapaian serta pengaruh luar biasa dalam sepakbola. Selain itu, orang yang mendapatkan penghargaan ini dianggap memiliki kualitas pribadi yang patut dicontoh oleh orang lain.
Jika melihat kriteria yang diberikan UEFA, maka Cantona sebenarnya jauh dari kriteria yang dimaksud. Semasa masih aktif, ia dikenal sebagai sosok yang terkenal karena kontroversi dan sikap arogannya. Tidak jarang, ia memiliki konflik dengan rekan setim atau bahkan pelatihnya sendiri yang membuatnya tidak pernah bertahan lama di sebuah klub. Ketika membela Manchester United, ia bahkan pernah dihukum selama delapan bulan karena menendang suporter Crystal Palace, Matthew Simmons.
Ketika sudah pensiun pun, Cantona tidak lepas dari hal-hal konyol dan kontroversial. Ia pernah mengunggah video seseorang yang sedang memecahkan telur dengan alat vitalnya dalam akun instagramnya. Postingan tersebut sempat membuat heboh dan memaksa King Eric untuk menghapus dan melakukan permintaan maaf.
Meski begitu, hal tersebut tidak mengurangi komitmen UEFA untuk tetap memberikan penghargaan tersebut kepada pria kelahiran 24 Mei ini. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin memuji komitmennya yang selalu mendukung sepakbola dengan berbagai cara. Ia bahkan pernah alih profesi sebagai pemain sepakbola pantai untuk membantu tim nasional Prancis. Beberapa waktu lalu, ia bahkan bergabung dengan program yang digagas Juan Mata bertajuk Common Goal, sebuah program amal melalui sepakbola.
“Penghargaan ini tidak hanya mengakui kariernya sebagai pemain yang hebat, tetapi juga sebagai penghormatan kepada pemain sepertinya, pemain yang menolak untuk berkompromi, pemain yang mempunyai nilai yang ia anut dalam pikirannya. Selain itu, dia adalah pria menempatkan hati dan jiwanya untuk mendukung tujuan yang ia yakini,” tutur Ceferin dalam situs resmi mereka.
Meneruskan Jejak Bobby Charlton dan David Beckham
Karier emas seorang Cantona sudah pasti ketika ia memperkuat Manchester United pada tahun 1992. Saat itu, kedatangannya langsung membawa Setan Merah menjadi juara Premier League untuk pertama kalinya setelah puasa selama 26 tahun. Mantan pemain Leeds United ini seolah menjadi kepingan puzzle terakhir yang dibutuhkan Sir Alex Ferguson untuk membuat tim ini menjadi tim yang ditakuti di Inggris dan Eropa.
Lima tahun memperkuat United, Cantona memenangi sembilan piala dengan empat diantaranya adalah gelar Premier League. Hanya satu kali saja ia tidak bisa memberikan gelar liga yaitu pada 1994/95 atau ketika ia sedang menjalani masa hukuman karena menendang Matthew Simmons.
Pada akhir musim 1996/97, Cantona memutuskan untuk pensiun. Sebuah keputusan yang cukup mengejutkan karena usianya saat itu baru 31 tahun. Namun Cantona mempunyai alasan sendiri untuk gantung sepatu yaitu karena sudah mengalami penurunan dalam semangat bermain bola.
“Saya kehilangan gairah dalam bertanding. Waktu berumur 20 tahun, saya berjanji akan pensiun jika saya mulai kehilangan gairah. Bahkan saya akan tetap pensiun meski saya masih muda,” tuturnya saat itu. Selepas pensiun, Cantona mulai menjalani beberapa profesi. Selain bermain sepakbola pantai, ia sempat mencicipi dunia film dengan menjadi seorang sutradara dan aktor.
King Eric kini menjadi mantan penggawa Manchester United ketiga yang meraih penghargaan tersebut. Sebelumnya ada Bobby Charlton dan David Beckham yang pernah mendapatkan penghargaan serupa. Charlton meraihnya pada tahun 2008, sedangkan Beckham adalah pemenang penghargaan ini pada tahun lalu.