Sebuah pertandingan menarik tersaji di Hongkou Stadium China yang mempertemukan Manchester United melawan Tottenham Hotspur. Meski tajuk laga hanya berstatus International Champions Cup alias pertandingan pra-musim, namun kedua kesebelasan tampil serius. Perang taktik dan strategi hadir dalam laga yang diakhiri dengan kemenangan United 2-1 tersebut.
Tidak hanya soal taktik dan strategi saja, tensi laga juga terbilang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari munculnya beberapa tekel keras yang dilakukan kedua kesebelasan. Mereka seperti menganggap pertandingan ini final Liga Champions sehingga mempertaruhkan segalanya termasuk aksi-aksi kasar yang berpotensi mencederai lawan.
Satu yang masih jadi buah bibir di masyarakat adalah aksi brutal Moussa Sissoko kepada Daniel James. Pada menit ke-25, James yang bergerak di sisi kiri, mendapat terjangan dari Sissoko. James kemudian terjatuh. Entah sengaja atau tidak, kaki kiri Sissoko kemudian menginjak perut James yang membuat pemain asal Wales tersebut mengerang kesakitan sekaligus menyulut emosi rekan setimnya.
Tidak hanya sekali, Sissoko kembali melakukan tekel berbahaya kepada James beberapa menit kemudian di tepi kotak penalti Spurs. Aksi brutal Sissoko ini membuat kolom komentar di media sosialnya penuh dengan hujatan. Bahkan, Mauricio Pochettino sampai meminta maaf kepada United terkait aksi dari rekan senegara Pogba tersebut.
“Saya jengkel dengan beberapa situasi yang terjadi. Saya tidak senang. Ini adalah pertandingan persahabatan. Saya minta maaf atas perlakuan para pemain kami kepada Manchester United,” tutur Pochettino setelah pertandingan.
Permintaan maaf Pochettino tersebut tampak diterima oleh Solskjaer. Hal ini terlihat dari ucapan Solskjaer yang tidak mempermasalahkan tekel-tekel brutal Sissoko tersebut. Ia bahkan mengungkapkan kalau tekel adalah bagian yang tidak terpisahkan di dunia sepakbola.
“Ini adalah olahraga kompetitif dan saya pikir itu persiapan yang cukup bagus bagi kami mengarungi liga. Kami juga memberi beberapa pelanggaran, kami tidak hanya menerima. Itulah sebabnya permainan ini punya wasit. Saya tidak mempermasalahkan hal itu,” tuturnya.
Daniel James sendiri juga tidak mempermasalahkan tekel-tekel brutal yang ia terima pada pertandingan itu. Sepanjang pra-musim, pemain berusia 21 tahun ini kerap menjadi sasaran tekel lawan. Akan tetapi, ia menegaskan kalau tekel-tekel tersebut tidak jadi persoalan karena sebelumnya dia pernah menerima situasi serupa selama bermain di Championship.
“Jika Anda melihat salah satu pertandingan saya musim lalu, saya pikir tekel-tekel seperti itu kerap terjadi kepada saya setiap pertandingan. Saya mendapat perlakuan kasar melawan Spurs tetapi yang seperti ini pernah saya rasakan dan saya sudah terbiasa. Ini hanya soal bangkit kembali dan berlari. Sebagai pemain sayap, saya akan selalu dilanggar.”
“Aku tidak mempersoalkan masalah itu (tekel Sissoko). Saya sudah berada di posisi yang baik dan dia melanggar saya. Bagian dari permainan saya adalah tentang memenangkan pelanggaran dan mendapatkan posisi yang bai,” tuturnya.
Tekel Sebagai Alat Pembentukan Mental
Jika berkaca dari komentar James, maka ia memiliki karakter sebagai pemain yang tahan banting alias memiliki mental yang tangguh. Ia tidak peduli berapa tekel yang akan ia terima. Yang paling penting adalah tim bisa meraih kemenangan, dan permainannya memberikan dampak yang positif bagi timnya.
Tekel seolah menjadi salah satu cara untuk melatih psikologis seorang pemain. Khususnya dalam pembentukan mental bertanding. Dengan cara ini, pelatih ingin melihat apakah si pemain tersebut gampang tertekan yang membuat emosinya memuncak atau tidak, seperti yang diungkapkan James sebelumnya.
Cara ini menjadi salah satu upaya Sir Alex Ferguson untuk menggembleng seorang Cristiano Ronaldo. Karena belum memiliki mental bertanding, kerap pamer skill yang tidak perlu, serta gampang sekali melakukan diving, maka Ferguson pernah memerintahkan para pemain senior untuk melakukan tekel sekeras-kerasnya pada sesi latihan. Tujuannya melihat karakter seorang CR7.
“Saat itu, Ronaldo bak boneka kain yang gampang jatuh. Sir Alex punya misi untuk menguatkan dirinya. Anggota staf yang menjadi wasit, diminta untuk tidak melihat apa-apa ketika Ronaldo dilanggar. Ronaldo terlihat sangat malang dan tidak tahu apa yang ia rasakan. Terutama ketika melihat pemain senior yang suka bercanda dengannya, tiba-tiba memberi perlakuan yang bisa membuatnya marah. Ia hanya bisa mengumpat dengan bahasa Portugal. Namun apa yang kami lakukan adalah bentuk kecintaan kami kepadanya, dan perlahan kesadaran itu masuk dalam pikirannya,” tutur Tony Coton, salah satu mantan staf pelatih Fergie.
Meski begitu, James tetap harus waspada soal tekel-tekel yang ia terima. Ia boleh saja percaya diri kalau tekel sudah menjadi makanan sehari-hari, namun perlu diingat kalau berpotensi menerima tekel terus menerus bisa mengundang bahaya salah satunya adalah cedera. Para penggemar United tentu tidak ingin melihatnya menjadi korban kebrutalan pemain lawan mengingat ia punya potensi untuk menjadi bintang baru Setan Merah.