Misi Paul Pogba ke beberapa negara di Asia sebenarnya hanya untuk mempromosikan brand olahraga yang menjadi sponsor pribadinya. Akan tetapi, kunjungannya tersebut mendadak berubah menjadi pengumuman tentang masa depan si pemain.
Entah sengaja atau keceplosan, Pogba mengumumkan kalau dia ingin mencari tantangan baru di tempat lain. Baginya, Manchester United belum cukup menantang bagi pemenang Piala Dunia 2018 tersebut. Pernyataan yang kemudian memancing reaksi dari para penggemar United. Mayoritas dari mereka sudah pasti meminta Setan Merah melepas pemain termahalnya tersebut.
“Seperti yang Anda katakan, ada banyak pembicaraan dan pertimbangan. Bagi saya, saya sudah bermain tiga tahun di Manchester dan telah melakukan beberapa hal yang luar biasa, beberapa momen baik dan buruk, seperti yang semua orang rasakan di tempat lain.”
“Setelah musim ini dan semua yang terjadi musim ini, dengan musim lalu menjadi musim terbaik saya, saya pikir ini bisa menjadi saat yang tepat untuk mencari tantangan baru di tempat lain. Saya memikirkan hal tersebut. Memiliki tantangan baru di tempat lain,” kata Pogba, seperti dikutip oleh ESPN.
Pogba seolah memiliki dua sisi yang berbeda ketika mengenakan seragam United dan timnas Prancis. Pindah dari Juventus dengan label pemain termahal dunia saat itu, si nomor enam diharapkan bisa menjadi pengatur serangan klub yang bisa membawa mereka kembali berjaya dengan Jose Mourinho dan Zlatan Ibrahimovic yang berada di sebelahnya. Tiga gelar kemudian menjadi awal yang bagus bagi Pogba.
Namun setelah itu, kehidupan Pogba di Manchester United penuh dengan intrik. Dari penampilan yang inkonsisten hingga konflik bersama Jose Mourinho menjadi pemandangan di depan surat kabar. Namun saat itu, Pogba lebih dibela oleh para penggemar United sehingga Mourinho lah yang harus kalah. Sekarang, dengan situasi Pogba yang menginginkan tantangan baru, United bersiap kehilangan dua sosok yang berkontribusi terhadap gelar terakhir yang mereka raih pada 2016/2017.
Bersama Prancis, Pogba mendadak berbeda. Ia menjadi senjata utama Les Blues untuk memutus puasa gelar internasional yang sudah berlangsung 18 tahun. Satu golnya ke final membawa Prancis mengangkat Piala Dunia untuk kedua kalinya. Penampilan konsisten selama di Rusia tersebut justru tidak pernah muncul selama berseragam United.
Banyak klub yang sudah mengantre demi Pogba. Dua yang berminat kepadanya adalah Real Madrid dan Juventus. Bagi Madrid, Pogba bisa menjadi pelengkap Los Galacticos jilid III era Florentino Perez sekaligus pembuktian kepada Madridista seluruh dunia kalau mereka masih seksi meski menjalani musim yang buruk sebelumnya.
Di sisi lain, Juventus adalah tempat Pogba mengumpulkan pengalaman bermain di level tertinggi. Di sana, ia berhasil merebut banyak gelar seperti Serie A dan Coppa Italia. Selain itu, karena Pogba juga mereka bisa membawa Juventus kembali ke final Liga Champions setelah menunggu 12 tahun. Membawa kembali Pogba mungkin menjadi cara bagi Juventus untuk bertaji di Liga Champions. Mungkin ini tantangan yang diinginkan olehnya.
Selain Madrid dan Juve, PSG juga berminat. Namun harga Pogba yang disinyalir mencapai 160 juta paun menjadi kendala bagi tim yang ditaklukkan United musim lalu tersebut. Financial Fair Play menjadi momok bagi mereka.
Gampang-Gampang Susah
Biarkan harga mahal tersebut menjadi urusan klub-klub peminat Pogba. Urusan United sekarang adalah siapa yang akan dibawa Ed Woodward (juru transfer United) membawa pengganti pria berusia 26 tahun tersebut. Masalah ini tentu saja sangat pelik mengingat United sendiri sudah terlihat pelik pada bursa transfer kali ini.
Pogba memang inkonsisten. Ada yang bilang, ia kalau main bola lebih banyak jalannya ketimbang belari. Selain itu, ada juga yang berkata kalau Pogba adalah pemain yang kebanyakan melakukan trik-trik tidak perlu.
Semuanya memang benar jika melihat fakta di atas lapangan. Namun jika kita melihat dari segi statistik Premier League musim lalu, Pogba adalah salah satu pemain terbaik mereka. Ia menjadi pemain dengan gol terbanyak (13 gol), asis terbanyak (9 asis), tembakan tepat sasaran terbanyak (50 kali), dribel sukses terbanyak (60 kali), paling sering dilanggar (69 kali), paling sering membuat peluang (55 kali), paling sering memenangi bola (218 kali), paling sering mengumpan di sepertiga akhir (321 kali), dan memenangi duel paling sering (234 kali). Catatan yang membawa Pogba mendapat satu tempat di tengah kepungan Liverpool dan Man City dalam PFA Team of the Season.
Singkatnya, di saat pemain MU lainnya tampil katro, Pogba sebisa mungkin memanfaatkannya untuk menjadi yang paling menonjol diantara rekannya. Sayangnya, hal itu tidak disikapi positif karena Pogba masih inkonsisten dan dianggap sebagai virus dalam tubuh klub saat ini. Statistik menjadi tidak berarti lagi karena yang saat ini terjadi adalah Pogba harus hengkang sebagus apa pun statistiknya.
Sayangnya, mencari pengganti Pogba adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang, karena kita sebagai penggemar bisa menunjuk siapa pun yang pantas menjadi pengganti. Seperti dalam akun-akun tentang United yang selalu penuh dengan komentar kalau United pantas membeli si anu, si anu, dan si anu. Namun susah karena merealisasikannya butuh perjuangan yang ekstra.
Manchester Evening News melansir ada 10 nama yang bisa menjadi pengganti Pogba. Mereka adalah Youri Tielemans, Wilfried Ndidi, Bruno Fernandes, Tanguy Ndombele, Christian Eriksen, Adrien Rabiot, Donny van de Beek, Idrissa Gueye, Ivan Rakitic, dan Sean Longstaff. Semuanya menjadi opsi yang menarik, namun mayoritas dari mereka sudah pasti berharga di atas 40 juta paun. Kecuali Longstaff yang harganya masih berada kisaran 20-an juta paun.
Membahas kinerja transfer United, maka kita akan kembali kepada tulisan saya sebelumnya soal ketakutan manajemen untuk bertarung di bursa perpindahan pemain. Mereka ingin pemain baru, klasifikasinya adalah pemain muda bertalenta yang (katanya) tidak mata duitan. Namun setiap ada pemain yang diincar harganya melonjak sangat tinggi. United tidak punya nilai tawar lebih selain mengiming-imingi gaji besar seperti ketika mendatangkan Sanchez.
Di sisi lain, tuntutan pemain baru oleh para penggemar semakin tinggi. Para penggemar ingin pemain hebat datang. Namun mayoritas dari mereka tidak ingin pemain yang datang memaksa United mengeluarkan banyak uang. Kalau yang datang ternyata berharga 50 sampai 60 juta paun atau pemain bintang, maka mereka akan dicap mata duitan. Sebaliknya, kalau yang datang adalah pemain murah meriah seperti James, maka ia dicap sebagai pemain yang lapar kesuksesan dan tidak mata duitan. Opsi kedua paling banyak dipilih. Namun ketika United datang mencoba menawar si pemain, maka klub pemiliki buru-buru menggandakan harga si pemain karena tahu kalau United klub kaya.
Saat United terkena situasi harus memilih boros atau irit, perlahan-lahan para pemainnya memberi sinyal untuk pindah. Sebelumnya, mereka sudah kehilangan Herrera, Antonio Valencia, dan Marouane Fellaini. Kini mereka terancam kehilangan Lukaku, De Gea, dan yang terakhir adalah Paul Pogba. Sementara manajemen terjebak dalam inflasi pemain yang makin lama makin meninggi.