Satu lagi pemain pinjaman Manchester United tampil memukau sepanjang musim 2018/2019. Setelah Dean Henderson bersama Sheffield United, kini giliran Axel Tuanzebe yang mengundang banyak pujian. Bermain untuk Aston Villa, Tuanzebe mempersembahkan tiket promosi ke Premier League bagi The Villans setelah mengalahkan Derby County 2-1 di stadion Wembley.
Tuanzebe tampil solid selama 90 menit. Tekelnya tidak ada yang luput alias selalu sukses pada pertandingan tersebut. Tingkat akurasi umpannya mencapai 78%. Selain itu, ia lima kali melakukan recoveries ball, dan membuat satu intersep. Catatan yang cukup oke dalam pertandingan sekelas final Championship.
Musim ini menjadi ajang bagi Tuanzebe untuk membayar segala utang-utangnya yang ia buat pada paruh kedua musim 2018. Ketika itu, peminjamannya bersama Aston Villa sempat tidak berjalan mulus. Cedera membuat ia hanya merumput lima pertandingan saja sebelum dipulangkan kembali ke United. Barulah pada musim 2018/19, dirinya kembali dipinjamkan ke Villa Park.
Tuanzebe sendiri adalah pilar penting dalam keberhasilan skuad asuhan Dean Smith meraih tiket promosi. Ia adalah pilihan utama di sektor bek tengah bersama Tyrone Mings setelah lebih banyak bermain sebagai bek kanan pada era kepelatihan Steve Bruce. Jika tidak terkena cedera metatarsal yang membuatnya absen hingga Maret, ia pasti akan membuat lebih dari 30 penampilan. Sekembalinya dari cedera, ia membawa Villa meraih enam kemenangan dalam delapan laga terakhirnya untuk memberikan tiket lolos ke play off.
“Axel adalah pemain yang bagus dan kami sangat menyukai dirinya. Dia atlet yang bagus, cepat, dan tenang ketika menguasai bola. Selain itu, ia punya pemahaman taktik yang sangat bagus,” tutur Smith.
Bagi suporter, Tuanzebe adalah sosok yang begitu mereka agungkan. Terlihat dalam chant yang mereka berikan kepada pemain berusia 21 tahun tersebut. “Kamu lihat dia bermain dengan kepala dan kaki. Semuanya menari dalam irama Tuanzebe. Tuanzebe, Tuanzebe, Zebe, Zebe, Zebe,” begitulah bunyi chant yang diberikan kepada sosok yang juga bisa bermain sebagai gelandang bertahan.
Seperti lirik dalam chant tersebut, Tuanzebe memiliki kecepatan dan respon yang mumpuni. Meski posturnya tergolong tinggi, namun ia dibekali dengan bentuk tubuh yang atletis dan kekar sehingga ia bisa tampil konsisten 90 menit. Bahkan Alexis Sanchez saja sempat kerepotan menghadapinya.
Apiknya penampilan Tuanzebe bersama Aston Villa membuat banyak penggemar United merasa kalau pemain keturunan Republik Demokratik Kongo ini bisa menjadi jawaban atas masalah mereka di lini belakang.
Sektor bek tengah menjadi masalah yang tidak bisa diselesaikan baik oleh Mourinho dan Solskjaer sepanjang musim lalu. Untuk pertama kalinya sejak Premier League dimulai pada 1992/1993, United kebobolan lebih dari 50 gol. Kehadiran Tuanzebe dianggap bisa menjadi pasangan ideal bagi Victor Lindelof yang musim lalu kesulitan mencari tandem.
Pada jendela transfer musim panas ini, United berambisi membeli bek kelas dunia. Dari Kalidou Koulibaly, Harry Maguire, Milan Skrniar, Kostas Manolas, dan yang terbaru Mathijs De Ligt, semuanya diisukan akan berseragam merah. Akan tetapi, tidak ada satu pun nama yang bisa terealisasi untuk direkrut. Rata-rata karena harganya yang tidak sesuai kocek United.
Memanggil pulang Tuanzebe menjadi alternatif yang bisa dilakukan oleh Solskjaer pada musim depan. Hanya dia dan Lindelof saja yang penampilannya sepanjang musim lalu cukup konsisten. Performanya jelas jauh jika dibandingkan dengan bek tengah United lain seperti Chris Smalling, Phil Jones, Marcos Rojo, dan Eric Bailly, yang musim lalu penampilannya cukup memprihatinkan.
Lagipula, Tuanzebe seperti sudah disiapkan sebagai pemain masa depan Manchester United sejak klub masih dipegang Jose Mourinho. Saat itu, ia pelan-pelan diberikan kesempatan tampil yang salah satunya ia dapat pada pertandingan Liga Champions melawan CSKA. Delapan kali bermain selama dua musim, United lima kali menyelesaikan pertandingan tanpa kebobolan.
“Anda bisa bermain bagus 90 menit atau bahkan satu menit. Kadang-kadang satu menit sudah cukup. Dengan Axel, saya hanya butuh 10 menit untuk melihat kalau dia punya potensi. Kalian (wartawan) mengenalnya lebih baik daripada saya karena kalian sudah melihatnya sejak lama, tetapi jika ada yang melihatnya pertama kali, 10 menit sudah cukup untuk mengetahui kalau ia punya potensi,” kata Mourinho.
Selain skill di atas lapangan, Tuanzebe juga memiliki leadership yang memukau. Statusnya sebagai kapten di tim aakdemi membuatnya terbiasa dengan tekanan. Hal ini terlihat jelas dalam permainannya di Wembley ketika melawan Derby County. Pelatihnya di U-18 dulu, Paul McGuiness, pernah menyebut gaya kepemimpinan Tuanzebe di atas lapangan setara dengan Gary Neville. Hal ini yang membuat namanya kerap dijadikan role model oleh para juniornya.
United masih menjadi pemilik sah Tuanzebe. Kontraknya di Old Trafford masih berlaku hingga akhir musim 2019/2020 mendatang. Tuanzebe sendiri masih memiliki harapan untuk bisa memperkuat tim utama Manchester United yang sudah ia perkuat sejak usia delapan tahun. Bukan tidak mungkin, kesempatan itu akan datang pada musim depan.