Betapa beruntungnya pendukung Huddersfield yang hadir di John Smith Stadium pada Minggu malam WIB. Mereka mendapat kenangan yang sangat berharga dari timnya saat melakoni pertandingan kandang terakhir pada Premier League musim ini. Stadion yang memiliki nama asli Kirklees Stadium ini menutup tirai mereka dengan membawa skor imbang 1-1 melawan Manchester United.
Para pemain Huddersfield sukses menepati janji sang manajer. Sebelum pertandingan ini berlangsung, Jan Siewert ingin meninggalkan kesan mendalam sebelum mempersiapkan timnya mengarungi Championship Division musim depan. Tidak disangka, mereka sukses meneruskan keangkeran stadion kecil mereka sebagai tempat yang angker bagi Setan Merah.
Sebaliknya, pendukung United pulang dengan rasa malu. Tidak mungkin ada yang merasa tidak kesal dan memaklumi hasil imbang ini. Satu poin yang didapat sama rasanya dengan menderita kekalahan. Apalagi hasil minor ini didapat dari kesebelasan yang menjadikan kekalahan sebagai sebuah rutinitas.
Apa yang bisa diharapkan dari tim sekelas Huddersfield yang sebelum pertandingan melawan United hanya punya tabungan 14 poin? Terakhir kali mereka menang di Premier League saja terjadi pada 26 Februari. Dua bulan setelahnya, mereka selalu kalah. Bahkan kemenangan melawan Wolverhampton tersebut adalah satu-satunya hasil positif yang diraih dalam 23 pertandingan terakhirnya. Betapa mediokernya United ketika menghadapi tim seperti ini saja mereka tidak bisa menang.
Sudah tidak menang, kebobolan pula. Musim ini, golnya Mohamed Salah saja lebih banyak dari seluruh gol Huddersfield. Betapa bolongnya pertahanan United ketika drop ball dari Jonas Lossl tiba-tiba menembus kawalan Shaw, lalu jatuh di kaki Isaac Mbenza, dan sepakannya lolos dari sela-sela pahanya De Gea.
Sebenarnya, kebobolan tidak menjadi masalah asalkan United bisa mencetak gol lebih banyak dari mereka. Tapi boro-boro mencetak banyak gol. Ternyata United Cuma dapat satu gol saja. Padahal, dalam delapan pertandingan terakhirnya, Huddersfield ini sudah kebobolan 24 gol atau rataan tiga gol per laga.
Itu tandanya, lini depan United tidak sampai angka rataan kebobolannya Huddersfield. Brighton menjadi kesebelasan terakhir yang hanya bisa mencetak satu gol ke gawang Jonas Lossl. Secara tidak langsung, lini depan United kemampuan mencetak golnya setara dengan Brighton yang berada pada peringkat ke-17.
Padahal, sebelum pertandingan Ole sudah berjanji akan mencoba cetak gol sebanyak-banyaknya. Sepanjang sesi latihan, mereka mengasah kemampuan para pemain dalam hal penyelesaian akhir. Gol pada sesi latihan diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan diri para pemain, khususnya pemain depan yang menjadi tumpuan utama.
Namun yang terjadi di atas lapangan ternyata tidak sesuai harapan. United memang membuat peluang paling banyak. Ada 23 sepakan yang dilepaskan penggawa Setan Merah ke gawang Lossl dan tujuh mengarah ke gawang. Namun entah kenapa hanya satu yang bisa menjadi gol. Itupun dari Scott McTominay, pemain yang pekerjaan utamanya bukan untuk mencetak gol.
Di saat McTominay bisa mencetak gol, Pogba dan Marcus Rashford, dua pemain dengan jumlah tembakan terbanyak, justru tidak bisa menembus gawang tim seburuk Huddersfield pada hari itu. Kombinasi keduanya menghasilkan sembilan tendangan yang semuanya nihil. Pogba dua kali terkena mistar, sementara Rashford justru melewatkan satu peluang emas hasil kombinasi dirinya dengan Juan Mata.
Ada lima kali Rashford menendang bola ke gawang lawan. Yang menarik, saat ia menendang dari dalam kotak penalti bola sepakannya justru tidak ada yang mengarah ke gawang. Sebaliknya, tiga sepakan yang ia lepaskan dari luar kotak penalti justru mengarah ke sasaran. Sangat aneh, bukan? Padahal, Jesse Lingard pernah mengatakan kalau Rashford selalu mencetak gol indah saat sesi latihan. Alih-alih mencetak gol indah, si pemain justru memperpanjang kemandulannya dalam mencetak gol yang saat ini sudah menyentuh delapan pertandingan.
Skor imbang ini pada akhirnya memastikan Old Trafford akan libur untuk mengumandangkan anthem Liga Champions musim depan. Ambisi empat besar sudah pupus karena Chelsea menang 3-0 melawan Watford.
Saat klub masih dipegang Jose Mourinho, ia mengatakan kalau empat besar adalah posisi yang mustahil untuk digapai. Mendengar hal itu, banyak penggemar United yang menolak dan menganggap Mourinho merendahkan martabat United sebagai klub pemilik 20 gelar Liga Inggris. Namun pada Minggu (5/5), empat besar menjadi tempat yang benar-benar mustahil untuk diraih. Sialnya itu terjadi saat klub dipegang Solskjaer, orang yang sebenarnya mampu membawa tim ini untuk berada pada posisi tersebut.
Bahkan, musim United bisa berakhir lebih buruk lagi dari apa yang dibayangkan. Jika Arsenal menutup musim ini dengan gelar Liga Europa, maka United hanya akan ditemani oleh Watford yang ke Liga Europa melalui jalur Piala FA. Di antara enam tim besar, United bisa menjadi satu-satunya tim yang dikucilkan karena tidak bermain pada kompetisi tertinggi Eropa.
Sudah medioker, terancam dikucilkan pula. Dasar Man United.