Jelang pertemuan melawan Crystal Palace pada pekan terakhir Premier League, tidak sedikit suporter United yang meminta Ralf Rangnick untuk menurunkan pemain muda. Alasannya sederhana karena United tidak sedang dalam perburuan gelar juara atau tiket terakhir ke Liga Champions.
Jika saja nanti Rangnick benar-benar menurunkan banyak pemain muda atau pemain akademi, maka memori kita akan kembali kepada lima tahun lalu saat kedua tim bersua pada pekan terakhir Liga Inggris musmi 2016/2017.
21 Mei 2017 menjadi hari yang spesial bagi para pemain akademi Manchester United. Saat itu, Jose Mourinho memberikan kesempatan bagi beberapa dari mereka untuk tampil pada sejak menit awal. Dari 11 pemain yang tampil saat itu, dua di antaranya bahkan berstatus debutan.
Salah satu pemuda yang beruntung saat itu adalah Josh Harrop. Oleh Jose Mourinho ia diturunkan sebagai winger di sebelah kiri dalam formasi 4-3-3 yang digunakan. Ia bersanding dengan Wayne Rooney dan Jesse Lingard di lini depan untuk memborbardir gawang dari Wayne Hennessey.
“Dia (Mourinho) bertanya kepada saya apakah saya siap dan ingin bermain. Saya tidak tahu apa dia serius atau tidak, jadi saya hanya bisa berkata kalau saya siap dan saya ingin memanfaatkan kesempatan saya,” kata Harrop.
“Lalu dia berkata, ‘Ok, kamu akan mendapatkannya. Aku (Mourinho) akan memainkanmu.’ Saya menyimpannya rapat-rapat dalam diam sampai hari jelang pertandingan. Saya kemudian memberi tahu ibu, ayah, dan saudara perempuan saya.”
Debut Harrop sendiri berlangsung bagus. Ia bermain full 90 menit. Yang lebih hebat lagi, ia menandai pertandingan debutnya dengan satu gol cantik pada babak pertama. Menerima umpan Paul Pogba, Harrop melakukan cut inside sebelum melepaskan sepakan yang tidak bisa dijangkau Hennessey.
One-hit wonders Manchester United
Akan tetapi, itulah penampilan pertama dan satu-satunya Josh Harrop bersama Setan Merah. Saat namanya sukses mengambil hati para penggemar United yang haus akan pemain akademi potensial, Harrop secara mengejutkan memutuskan pindah. Mencari pengalaman di tempat lain menjadi alasan dirinya memutuskan hengkang di saat United ingin memberinya kontrak tiga tahun.
“Mereka (United) menawarkan saya kontrak tiga tahun tetapi sebelum pertandingan melawan Palace, saya sudah berpikir untuk mengambil kesempatan di tempat lain, pergi dan bermain untuk membuktikan diri,” kata Harrop.
Jika melihat komposisi skuad United saat itu, kecil kemungkinan bagi pemain kelahiran Stockport tersebut untuk mendapatkan tempat di tim inti. United saat itu masih punya Paul Pogba, Juan Mata, Henrikh Mkhitaryan, dan Jesse Lingard, yang memiliki peranan serupa dengan Harrop yaitu sebagai attacking midfielder dan second striker.
“Saya tidak ingin tinggal lama di satu klub. Saya masih mudah dan baru berusia 22 tahun. Mudah-mudahan saya bisa membuat langkah itu dan mencetak banyak gol di Premier League,” ujarnya.
Preston North End kemudian menjadi pilihan bagi Harrop mengembangkan kariernya. Ia dikontrak selama empat tahun oleh kesebelasan yang musim ini finis pada peringkat 14 divisi Championship.
Menurut jurnalis dari The Guardian, Ben Fisher, selain tipisnya peluang bermain di tim inti Manchester United, keputusan Harrop untuk pindah ke kesebelasan Championshop adalah karena kompetisi di sana memungkinkan para pemain muda sepertinya untuk bersinar. Saat itu, nama-nama seperti Tammy Abraham, Tom Lawrence, dan John Swift, bersinar ketika bermain di level kedua. Hal ini yang membuat Harrop ingin mengikuti jejak ketiganya. Bermain di level bawah, bersinar, sebelum kemudian bisa kembali bermain di Premier League.
“Ada beberapa pemain di luar sana yang memilih berkarier di Championship Division dan melakukannya dengan baik. Kompetisi itu bisa menjadi rute bagi saya. Pengalaman menjadi alasan saya untuk pergi dan saya yakin kalau ini adalah keputusan yang tepat. Kompetisi Championship sangat berbeda dibandingkan dengan tim U-23,” kata Harrop.
Perjudian yang Belum Membuahkan Hasil
Divisi Championship ternyata tidak seperti yang dibayangkan Harrop sebelumnya. Alih-alih bersinar seperti Tammy Abraham, Mason Mount, atau Jack Grealish, Harrop justru sulit untuk bersinar dan menancapkan kukunya untuk menjadi pemain muda potensial.
Perjudiannya saat ini belum membuahkan hasil. Musim pertamanya bersama Preston, Harrop memang bermain 39 kali di dua kompetisi (Championship dan Piala FA). Akan tetapi, ia hanya membuat empat gol dan satu asis saja. Setengah dari jumlah penampilannya di liga ia lakoni sebagai pemain pengganti. Hanya 11 kali ia menjadi starter.
Nasibnya bahkan lebih parah pada musim 2018/2019. Ia hanya bermain 11 kali saja dan tidak ada gol maupun asis yang diberikan Harrop. Dalam dua laga terakhirnya, Harrop hanya bermain tiga menit saja. Musimnya bahkan sudah berakhir pada bulan Oktober ketika ligamen lutunya rusak dan mengalami cedera yang cukup serius.
“Dia absen tujuh bulan. Dia hancur, begitu juga kami yang hancur. Josh kesal karena dia tahu itu cedera yang buruk. Para pemain di ruang ganti, staf, dan semua orang di klub akan selalu mendukungnya dan memberinya perawatan yang terbaik untuknya,” kata Alex Neill, manajer Preston saat itu.
Cedera seketika membuat karier Harrop berantakan. Meski masih berstatus pemain Preston, namun dia sudah menjalani dua kali peminjaman yang hasilnya tidak juga memuaskan. Bersama Ipswich Town di League One, ia hanya bermain 15 kali tanpa satu pun gol yang bisa ia ciptakan pada musim 2020/2021. Keadaan tidak kunjung berubah dimana ia hanya bermain 195 menit saja saat dipinjamkan ke Fleetwood Town musim ini.
Sepertinya, Harrop akan sulit untuk bisa memenuhi mimpinya melangkah ke Premier League lewat jalur bermain di divisi bawah terlebih dahulu. Cedera parah yang ia derita seketika menghilangkan kemampuan bermain sepakbolanya secara penuh.
Meski begitu, Premier League sudah mengenang Harrop terlebih dahulusebagai pemain yang hanya tampil satu kali dan mencetak satu gol saja di Premier League seperti Aidan Newhouse, Gary Bull, dan Chris David, tiga pemain yang hanya bermain satu kali dan mencetak satu gol saja di Premier League.