Manchester United berhasil menang 3-0 atas Athletic Club dalam leg pertama semifinal Europa League. Kemenangan ini membuat United sudah menyimpan satu kakinya di laga final.
Ada sejumlah hal penting dalam kemenangan 3-0 United tersebut.
Impresif di Europa League
Manchester United saat ini belum pernah terkalahkan di Europa League. Dari 13 pertandingan, United meraih delapan kemenangan. United juga impresif soal mencetak gol di mana 31 gol telah dicetak dari 13 laga tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di liga, di mana United cuma mencetak 39 gol dari 34 pertandingan. United juga baru mencatatkan 10 kemenangan hingga pekan ke-34 Premier League.
Capaian bagus ini jelas membuat suporter United berharap banyak pada Europa League. Soalnya, di liga sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan. United cuma bertengger di peringkat ke-14 atau yang terburuk sepanjang gelaran Premier League. Kabar baiknya, United tidak akan terdegradasi. Europa League menjadi satu-satunya kompetisi di mana United masih berpeluang mendapatkan trofi.
Europa League 2024/2025 juga unik karena United mendapatkan tempat bukan karena posisi di klasemen, melainkan karena juara Piala FA 2023/2024. Hal serupa juga mungkin terjadi musim depan di mana United akan main di Liga Champions dengan status juara Europa League.
Bruno Fernandes adalah Mukjizat
Dalam setiap kesulitan, terkadang terkandung hikmah besar. Dalam hal ini, Bruno Fernandes. Sejak awal bergabung dengan United pada musim 2019/2020, Bruno tampak selalu tampil konsisten. Perannya begitu besar buat The Red Devils. Hingga akhir April 2025, ia sudah mencetak total 98 gol buat United. Musim ini, ia sudah mencetak 19 gol di semua kompetisi dan menjadi top skorer United.
Kalau melihat secara kontribusi, Bruno mencatatkan 19 gol dan 18 asis alias total 37 gol di musim ini!
Saat Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee kebingungan mencetak gol, Bruno akan selalu ada untuk memecah kebuntuan.
Kartu Merah Vivian
Di level profesional, kehilangan satu pemain amat terasa dampaknya. Hal ini yang dirasakan Athletic yang harus bermain dengan 10 pemain karena Vivian dikartu merah pada menit ke-35.
United memang tidak mencetak gol di babak kedua. Akan tetapi, The Red Devils tampil lebih nyaman. Athletic menjadi serba salah. Kalau mengejar gol, mereka berpotensi kena serangan balik. Kalau bertahan, mereka juga berpeluang kebobolan.
Hal ini bisa dilihat dari statistik penguasaan bola, di mana United memegang 73 persen penguasaan bola dari 631 umpan, atau salah satu yang terbanyak di musim ini. Secara agresivitas pun, United berhasil melepaskan 14 attemps dengan tujuh yang mengarah ke gawang.
Sehingga, bisa dibilang kalau kartu merah Vivian adalah berkah bagi United. Apalagi United main di San Mames, salah satu kandang paling seram di kompetisi Eropa. Dan kemenangan 3-0 ini adalah kemenangan terbesar bagi tim tamu sejak Desember 2009.
Mengapa Athletic Bilbao Mendapatkan Kartu Merah?
Sebenarnya terbilang mengejutkan ketika wasit memberikan kartu merah buat Vivian. Soalnya, penalti untuk United saja sudah merupakan hukuman yang berat bagi Athletic. Lantas, memang pantaskan Vivian mendapatkan kartu merah?
Kejadiannya, Vivian menarik badan Hojlund yang hendak mendorong bola. Setelah mengecek VAR, tampak kalau ini memang pelanggaran karena kalau tidak ditarik, Hojlund kemungkinan besar bisa mencetak gol.
Namun, mengapa kartu merah?
Ini tak lain karena Vivian dianggap melakukan “Denying obvious goalscoring opportunity” alias DOGSO. Masalahnya, pelanggaran Vivian dilakukan tanpa niat mengenai bola, tapi menghentikan pergerakan Hojlund. Ini murni kartu merah menurut Laws of the Game. Pelanggaran yang berbuah penalti dapat diberi kartu kuning kalau ada intensi kepada bola, sementara menarik lawan, menyikut, menghentikan paksa, itu adalah kartu merah.
Ada perdebatan kalau apa yang terjadi pada Hojlund bukanlah DOGSO. Memang, Hojlund sering buang-buang peluang, dan kalau Vivian melepaskan Hojlund juga belum tentu jadi gol. Buat yang sering nonton United pasti paham. Tapi, jangan mentang-mentang itu Hojlund, jadinya peluang itu gak “obvious” alias gak jelas bakal jadi gol. Standar aturannya bakal tetap sama diterapkan ke pemain manapun. Mungkin kalau yang ditarik itu, Didier Drogba, mungkin gak akan panjang perdebatannya karena dianggap sebagai striker tajam, gak kayak Hojlund.
Jadi kalau ada anggapan, 10 pemain Bilbao melawan 12 pemain United, itu jelas tidak benar. Laga semalam tetap 11vs11 karena Andre Onana masuknya dianggap menguntungkan Athletic.
Crossing Aneh Harry Maguire
Gol pertama Manchester United dicetak oleh Casemiro. Namun, bukan itu yang jadi perbincangan. Bukan pula soal Manuel Ugarte yang memberikan asis. Namun, soal crossing dari sisi kanan. Normalnya, di area itu ada Amad atau Diogo Dalot yang melepaskan umpan silang. Namun, semalam, yang berperan justru Harry Maguire.
Maguire melepaskan umpan silang bagus mungkin terdengar keren. Namun, ada yang lebih keren: dia mengelabui pemain lawan sebanyak dua kali!
Ini cukup mengejutkan mengingat pergerakan Maguire yang tampak kaku. Pun dalam momen menggocek bek lawan semalam. Pergerakannya yang kaku, justru ia lakukan dua kali sebelum mengirim umpan silang. Menjadi wajar kalau Ruben Amorim memuji mantan pemain Hull City tersebut.
Menurut Amorim, apa yang dilakukan Maguire wajib dicontoh oleh pemain lain; bagaimana ia bisa bangkit setelah masa kurang menyenangkan di awal kariernya bersama The Red Devils. Ini menjadi penampilang bagus Maguire setelah ia mencetak gol kemenangan di laga sebelumnya melawan Lyon.