Manchester United akhirnya melaju ke babak Final Europa League musim 2016/2017. Di laga yang berlangsung dini hari tadi, Setan Merah bermain imbang 1-1 melawan tamunya Celta Vigo. Hasil ini membuat Marcus Rashford dkk., lolos dengan agregat 2-1. Di laga final yang akan berlangsung di Friends Arena di Stockholm 25 Mei mendatang, United akan ditantang oleh pasukan muda Ajax Amsterdam yang di pertandingan semifinal lain menyingkirkan Olympique Lyon.

Akan tetapi dalam laga yang dipimpin oleh wasit Ovidiu Hategan ini, permainan United jauh dari kata mengesankan. Meski menurunkan susunan pemain yang sama seperti leg pertama namun di pertandingan ini, United tidak bisa menunjukkan dominasinya atas Celta layaknya laga di Balaidos. Sejak awal, formasi 4-1-4-1 Mourinho sudah bisa didikte oleh Berrizo. Mereka bahkan langsung memberikan ancaman melalui Iago Aspas.

Yang menarik dari permainan Celta dini hari tadi adalah mereka mampu melakukan transisi dari menyerang ke bertahan dengan sama baiknya. Beberapa saat setelah gagal menguasai bola mereka langsung bergerak cepat untuk mundur ke lini belakang.

Selain itu, Celta juga mampu memaksa para pemain setan merah untuk mengalirkan bola ke sayap-sayap mereka baik kiri maupun kanan. Mereka mengetahui titik lemah para pemain MU yang tidak bisa keluar dari tekanan apabila salah satu di antara Mikhitaryan dan Lingard berada dalam situasi terkepung. Inilah yang membuat Setan Merah di laga ini hanya bisa memiliki 40% penguasaan bola saja.

Laga ini juga kembali menunjukkan bagaimana United yang masih sulit untuk melakukan transisi dari bertahan ke menyerang ataupun sebaliknya. Jika para pemain Celta kehilangan bola, maka pemain United langsung mengirimkan umpan jauh kepada para pemain depan.

Sayangnya hal ini tidak berjalan efektif. Sedangkan ketika diserang, para pemain sayap United seperti Lingard ataupun Mikhitaryan tidak mempunyai kapasitas untuk trackback (berlari ke lini belakang) dengan baik.

Setan Merah sebenarnya mampu mengubah sedikit permainan mereka di 15 menit awal babak pertama. Rashford yang sulit untuk menerima bola di lini depan akhirnya memilih sedikit lebih turun menjemput bola dan membiarkan seorang Marouane Fellaini mengisi posisinya sebagai striker. Hal ini sebenarnya berjalan sukses ketika umpan Rashford berhasil dikonversi dengan baik oleh mantan pemain Everton tersebut.

Akan tetapi setelah gol ini, Rashford dibiarkan kembali menjadi striker mengingat peran Fellaini lebih dibutuhkan sebagai perusak serangan lawan mengingat dirinya punya kemampuan berduel fisik dengan baik. Di laga ini pemain yang pernah merumput di Standard Liege ini mencatat kesuksesan berduel di udara sebanyak empat kali.

Pertandingan ini juga diwarnai oleh kartu merah yang diterima oleh Eric Bailly dan Facundo Roncaglia. Pemain Pantai Gading tersebut dikartu merah karena menyerang John Guidetti. Ada yang menyebutkan bahwa eks Villareal tersebut mendapat perlakuan rasis dari rekan tim nasional Ibrahimovic tersebut. Sementara Roncaglia diusir oleh Hategan karena menyerang Bailly. Kartu merah yang diterima mantan pemain Fiorentina ini didapat beberapa saat setelah dirinya mencetak gol. Beruntung bagi United karena mereka masih memiliki dua slot pergantian pemain saat itu.

Kepada BT Sport, Ander Herrera mengaku bahwa di laga ini kesebelasannya justru seperti menderita. Ia mengatakan,”Ini pertandingan gila. Kami adalah tim yang bermain baik di laga pertama dan layak menerima hasil bagus. Namun kali ini kami sangat menderitam,” tuturnya.

Sementara manajer Jose Mourinho tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya telah lolos ke final. Selepas laga ia mengambil syal pendukung United lalu memutar mutarnya di depan fans tuan rumah. Ia mengatakan kepada Manutd bahwa Celta Vigo di laga ini bermain layaknya seorang pahlawan yang datang dari kota kecil namun memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap kesebelasannya.

Terbilang wajar jika melihat ucapan Herrera dan ekspresi Mourinho yang sangat emosional. Karena mereka baru memastikan kelolosan ke partai final setelah serangan terakhir Celta Vigo gagal dimanfaatkan dengan baik oleh Guidetti. Sulit untuk membayangkan apabila United tersingkir dari turnamen akibat kebobolan di menit-menit akhir seperti di tahun 2004 ketika mereka disingkirkan FC Porto (yang saat itu ditukangi Mourinho).

Meski begitu, para pendukung setan merah patut bergembira karena berhasil melaju ke babak final turnamen Eropa setelah terakhir kali 2011 silam. Selain itu, gol dari Fellaini membuat United mampu membuat 100 gol untuk pertama kalinya pasca Sir Alex pensiun. Lolosnya Setan Merah dan Ajax ke partai puncak sekaligus menghentikan dominasi Sevilla yang sudah menjadi juara di ajang ini sejak 2014 silam.