Foto: Who all the pies

Musim 2010/2011 menjadi salah satu musim yang berkesan bagi Manchester United. Mereka berhasil meraih gelar Liga Inggris ke-19 sekaligus menggusur Liverpool dari singgasananya sebagai tim pengumpul gelar liga terbanyak.

Meski begitu, musim tersebut juga tidak terlalu sempurna bagi Setan Merah. Ada beberapa kekalahan menyakitkan yang hadir pada saat itu. Selain kekalahan di Wembley dari Barcelona pada final Liga Champions, satu kekalahan menyakitkan lainnya juga hadir di tempat yang sama sebulan sebelumnya pada semifinal Piala FA melawan Manchester City.

Kekalahan yang menyakitkan mengingat Sir Alex Ferguson begitu percaya diri bisa mengalahkan City. Aura-aura treble kedua kembali hadir karena saat itu United juga berhasil melangkah ke semifinal Liga Champions. Tanpa mengecilkan lawannya, namun United punya kesempatan besar menjadi juara Piala FA saat itu karena semifinal lainnya hanya mempertandingkan Stoke City melawan Bolton Wanderers. Dua tim yang seharusnya bisa dikalahkan United dengan mudah.

“Ini adalah undian yang diinginkan banyak orang. Saya punya perasaan kuat kalau kami bisa mengalahkan City. Saya tidak mau menyebut adanya settingan dalam undian tapi ini jelas undian yang disukai banyak orang. Kami punya keunggulan karena kami sudah sering main di Wembley. Namun, City juga banyak pemain bagus di sana,” kata Ferguson.

Fergie mencoba untuk terus memberi motivasi kepada skuatnya mengingat saat itu United mengalami beberapa masalah jelang pertandingan. Wayne Rooney tidak bisa main karena skorsing dua laga setelah perayaan gol mengumpat di depan TV saat melawan West Ham United.

Yang paling parah adalah mereka juga harus kehilangan Ferguson yang dilarang memimpin tim dari bangku cadangan selama lima pertandingan karena mengkritik kinerja Martin Atkinson saat mereka kalah melawan Chelsea di liga. Meski begitu, hal ini tampak tidak jadi soal karena beberapa kali United tetap tampil baik meski hanya dipimpin oleh Mike Phelan.

Tanpa Rooney, Fergie menurunkan Dimitar Berbatov dalam skema 4-3-2-1 yang ia mainkan. Tanda-tanda kalau United akan menang sebenarnya terlihat saat striker Bulgaria tersebut memiliki dua peluang emas dalam waktu 15 menit. Ia gagal mencetak gol saat berhadapan langsung dengan Joe Hart. Beberapa saat kemudian, tembakannya dari jarak dua meter tidak menjadi gol.

City kesulitan dalam mengembangkan permainan hingga menit ke-30. Sayangnya, kesulitan yang dialami City juga tidak bisa dimaksimalkan dengan baik oleh United. Setelah terkurung selama setengah jam, City kemudian bangkit dengan menciptakan beberapa peluang berbahaya melalui Gareth Barry, Joleon Lescott, Mario Balotelli, hingga Vincent Kompany. Empat peluang berbahaya yang menjadi sinyal kalau mereka sudah keluar dari tekanan.

Petaka bagi United muncul ketika babak kedua berlangsung tujuh menit. Sapuan bola Van der Sar yang terlalu rendah justru mengarah ke David Silva. Beruntung, bola bisa dipulihkan John O’Shea dan diberikan kepada Carrick. Akan tetapi, umpan Carrick kepada Scholes bisa dipotong oleh Yaya Toure yang kemudian menjadi gol.

Sayangnya, United tidak bisa bermain baik layaknya 30 menit babak pertama. Sepuluh menit setelah kebobolan, United tidak bisa membuat satu tembakan ke gawang Joe Hart. Sebaliknya, City terus mengepung United untuk mencari gol kedua. Hal ini memaksa Fergie melakukan perubahan dengan memainkan dua striker setelah Hernandez masuk menggantikan Valencia.

Serangan United lebih menggigit dengan hadirnya beberapa peluang berbahaya. Salah satunya melalui tendangan bebas Nani yang membentur mistar. Keadaan justru makin memburuk setelah Paul Scholes diusir wasit karena pelanggaran kerasnya kepada Pablo Zabaleta. Hingga laga berakhir, skor tetap 1-0 untuk keunggulan City.

“Scholes adalah salah satu pemain terhebat yang pernah kami miliki tapi ia terkadang memiliki momen buruk seperti hari ini. Ia menerjang bocah itu (Zabaleta) di paha. 15 menit pertama setelah jeda sangat menyulitkan kami. Van der Sar membuang bola dengan buruk dan Carrick tidak bisa memberi bola dengan baik.”

“Sejak saat itu, City bermain bertahan dan ini sangat mengecewakan karena kami seharusnya unggul pada babak pertama karena kami bermain sangat baik. Peluang emas Berbatov, penyelamatan Joe Hart, bola kena mistar, saya punya perasaan kalau siapa yang bisa mencetak gol pertama akan menang,” kata Ferguson.

Di akhir laga, konflik terjadi melibatkan Rio Ferdinand dan Mario Balotelli. Rio berang dengan tingkah Mario yang menunjuk-nunjuk lambang City di depan pendukung United. Saking kesalnya, ia sampai marah kepada asisten City, David Platt. Bahkan Edwin Van der Sar sempat mendorong kamera salah satu juru media saat menyorot momen Rio adu argumen dengan David Platt. Beberapa saat kemudian, Rio membuat permintaan maaf dan beralasan kalau emosi yang muncul pada saat itu disebabkan karena dirinya tidak bisa menerima kekalahan tersebut.

Foto: Daily Mail

Jika United gagal memenuhi impiannya untuk meraih treble kedua, maka City begitu gembira karena berhasil melangkah ke final Piala FA untuk pertama kali sejak 1981. Keberhasilan ini seolah menjadi sinyal kalau mereka siap untuk menjadi kesebelasan yang diperhitungkan di Inggris dan Eropa.