Tiga hari sebelum bursa transfer Eropa ditutup, Manchester United resmi melepas Alexis Sanchez ke Inter Milan. Pemain asal Cile ini dilepas setelah 18 bulan yang lalu datang ke Manchester untuk bertukar tempat dengan Henrikh Mkhitaryan yang memilih menyeberang ke sisi utara kota London demi memperkuat Arsenal.

Di Inter, Sanchez kembali bertemu dengan rekan setim sekaligus sahabatnya, Romelu Lukaku. Di sana, Sanchez diharapkan bisa menjadi penyuplai yang baik bagi Lukaku. Penyerang asal Belgia ini sudah mencetak dua gol dari dua pertandingan pertama mereka, sementara Sanchez hanya menjadi pemain cadangan pada pertandingan melawan Cagliari pekan lalu.

Tiga hari setelah kedatangan Sanchez ke Milan, Mkhitaryan ternyata mengikuti jejaknya dengan ikut mencicipi persaingan Liga Italia. Miki memilih klub ibu kota yaitu AS Roma sebagai tempat untuk memperbaiki karier sepakbolanya meski sehari sebelumnya, ia baru saja bermain dalam laga North London Derby pekan lalu.

Bersama Serigala Roma, Miki diikat dengan status pinjaman. Roma setuju untuk membayar biaya peminjaman sebesar 3 juta Euro (2,7 paun) tanpa adanya opsi untuk membelinya secara permanen. Mantan pemain Borussia Dortmund ini akan bertemu dengan Chris Smalling, mantan rekan satu timnya sekaligus orang yang memberinya asis ketika membawa Setan Merah menjuarai Europa League 2017 lalu.

Baik Sanchez dan Miki sejatinya diharapkan bisa menjadi pemain penting ketika masih bermain di Arsenal dan United. Namun realitanya, kedua pemain ini sama-sama hanya menghabiskan 18 bulan bersama dua raksasa tersebut. Tidak sedikit yang menyebut kalau pertukaran Sanchez dan Mkhitaryan adalah bentuk transaksi terburuk yang pernah terjadi di dunia sepakbola.

“Pertukaran Mkhitaryan dan Sanchez adalah salah satu yang terburuk sepanjang sejarah sepakbola. Penggemar United berpikir kalau Sanchez akan menjadi RVP berikutnya dan penggemar Arsenal berpikir Miki bisa memiliki performa seperti di Dortmund,” tutur akun @VipArsenal.

Apa yang diucapkan @VipArsenal memang terkesan benar adanya. Baik United dan Arsenal ternyata sama-sama tidak mendapat keuntungan dari pertukaran yang sempat menghebohkan awal tahun 2018 ini. Kedua pemain nyatanya tidak mengalami nasib yang mulus meski sudah saling sindir ketika pertama kali diperkenalkan saat itu.

Menjadi Beban Dalam Struktur Gaji

Kedua pemain datang dengan membawa label yang sebenarnya positif. Sanchez adalah top skor Arsenal pada musim 2016/17, sementara Miki adalah pilar utama United dalam keberhasilan mereka menjuarai Liga Europa. Tak ayal, kedua kesebelasan menggaji mereka dengan tinggi karena berharap bisa menjadi pemain penting di kesebelasan barunya tersebut.

Sanchez mendapat gaji 390 ribu paun sekaligus menjadikan dirinya sebagai pemain termahal di Premier League, sedangkan Miki dibayar 180 ribu paun oleh Arsenal dan membuat namanya berada di bawah Ozil , Aubameyang, dan Lacazette sebagai penerima gaji tertinggi di klub.

Baik Sanchez dan Miki menunjukkan tanda-tanda kalau mereka patut dibayar mahal. Sanchez bermain bagus dalam debut Premier League melawan Huddersfield, sedangkan Miki langsung membuat tiga asis dalam debut kandangnya melawan Everton.

Namun seiring berjalannya waktu, penampilan kedua pemain ini tidak menunjukkan kelayakannya untuk digaji mahal. Sanchez hanya membuat lima gol, sementara Miki sedikit lebih baik dengan sembilan gol. Tidak banyak juga asis yang bisa mereka berikan. Sebaliknya, gaji mereka justru menjadi beban.

Gaji Sanchez bahkan bisa membuat ruang ganti MU dikabarkan tidak kondusif. Mayoritas pemain yang merasa dirinya “penting dan berkontribusi” meminta kenaikan gaji paling tidak setara dengan eks penggawa Udinese tersebut. Bahkan besarnya gaji Sanchez ditengarai sebagai penghambat dari negosiasi klub dengan David de Gea.

Di sisi lain, Emery merasa gaji Miki terlalu tinggi untuk pemain yang kontribusinya kerap tak maksimal. Mantan pelatih PSG ini merasa kalau dengan melepas Miki maka beban klub untuk membayar gaji bisa berkurang dan uangnya bisa digunakan untuk hal yang lain.

Tersingkir Karena Tidak Sesuai Taktik

Baik Miki dan Sanchez sama-sama sukses di klub lamanya karena dimainkan sesuai dengan posisi mereka. Sebagai gelandang serang, ia sukses menyandang status sebagai pemain dengan asis terbanyak di Bundesliga. Begitu juga dengan Sanchez yang bisa mencetak banyak gol karena dimainkan di sisi kiri atau bahkan menjadi striker. Akan tetapi, kedua pemain ini sama-sama tidak bisa mengulangi performa apiknya ketika sudah bertukar klub.

Para penggemar United sempat marah dan mengutuk Mourinho karena jarang memainkan Miki sebagai pemain nomor 10, posisi ideal si pemain ketika bersinar di Dortmund. Namun ketika ia bermain di Arsenal dan menjalani peran yang ia inginkan, kontribusinya terbilang tidak terlalu bagus. Cukup aneh mengingat dari segi taktik dan gaya main, Arsenal sebenarnya bisa menjadi klub yang tepat bagi Miki.

Masuknya Unai Emery mengganti Arsene Wenger ternyata tidak membuat kariernya benar-benar bersinar. Meski 19 kali bermain sebagai starter pada musim lalu, namun dia jarang bermain selama 90 menit. Selain itu, ia juga kerap bermasalah dengan cedera.

Revolusi Emery musim ini benar-benar mengakhiri karier Mkhitaryan di Arsenal. Dalam skema 4-3-3, Miki sudah tidak mendapatkan tempat lagi di skuad utama. Pria asal Spanyol ini sudah memiliki pakem tiga pemain dalam diri Mateo Guendouzi, Granit Xhaka, dan Lucas Torreira. Untuk pemain yang memiliki peran seperti Miki, manajemen Arsenal mendatangkan Dani Ceballos yang langsung beradaptasi cepat dengan taktik Emery.

“Miki seperti pemain yang frustrasi, tidak ada yang berhasil baginya di atas lapangan. Umpannya sering salah, tembakannya juga tidak akurat, dan terkadang dia tidak bisa mengalahkan pemain lainnya. Ia terlihat seperti sosok yang frustrasi,” tutur salah satu legenda Meriam London, Nigel Winterburn.

Sama seperti Miki, Sanchez juga ternyata tidak nyetel meski dimainkan pada posisi idealnya. Kehadirannya saat itu nyaris membuat United menjual Anthony Martial karena dianggap tidak konsisten. Kenyataanya, Sanchez juga tidak konsisten ketika dimainkan. Selain itu, si pemain juga bermasalah dengan kebugaran.

Masuknya Solskjaer semakin memperparah keadaan Sanchez. Sang manajer lebih merasa cocok dengan kuartet Pogba-Rashford-Lingard-Martial plus opsi alternatif dalam diri pemain muda, Mason Greenwood. Kombinasi keempat ini dianggap jauh lebih baik ketimbang mengikut sertakan nama Sanchez di dalamnya. Hal ini yang membuatnya jarang dimainkan.

“United menciptakan masalah majemuk ketika Sanchez bermain karena dia kini jadi pemain yang lebih konservatif. Supaya tidak terlihat bodoh, Sanchez kerap bergerak tanpa disadari rekan-rekannya sehingga posisinya menjadi kurang menarik untuk diumpan,” tutur Carl Anka, Jurnalis dari The Athletic.

Hal ini yang kemudian membuat perannya tidak terlihat ketika bermain. Bahkan dalam laga derby Manchester beberapa waktu lalu, ia hanya satu kali menyentuh bola meski dimainkan selama 15 menit. Hal ini yang membuatnya menjadi bahan olok-olokan saat itu.

***

Kini, kedua pemain sama-sama menyeberang ke Italia untuk membenahi karier mereka yang justru berantakan ketika menjalani pertukaran. Sanchez akan bereuni dengan Lukaku, sementara Miki akan bertemu dengan Chris Smalling. Menarik, melihat siapa yang akan memiliki prestasi bagus pada akhir musim nanti sebelum keduanya kembali ke Inggris jika sama-sama tidak dipermanenkan.

Namun melihat kejadian ini, tidak ada salahnya untuk mengambil kesimpulan kalau Arsenal dan United ternyata sama-sama tidak ada yang diuntungkan dari pertukaran yang pernah mereka lakukan 18 bulan sebelumnya. Keduanya sama-sama mendapatkan pemain yang membebani gaji dan tidak sesuai dengan skema taktik mereka.