Foto: Manchester Evening News

Manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, harus mengakhiri jendela transfer musim panas ini hanya dengan membawa tiga pemain baru ke skuadnya. Situasi ini membuat Solskjaer mengalami hal yang sama seperti pendahulunya, Jose Mourinho, ketika harus mengakhiri jendela transfer musim panas tahun lalu dengan tiga pemain baru namun tanpa merekrut target-target utama yang diprioritaskan.

Di satu sisi, Solskjaer sempat mengatakan soal transfer pemain di Perth pada bulan lalu. Ia mengatakan; “Jika kami menjual pemain, maka kami harus menggantinya.”

Maka, United pun lalu langsung mendatangkan Aaron Wan-Bissaka sebagai pengganti Antonio Valencia yang pergi di musim panas ini. Namun, meski dengan cara serupa, mereka justru gagal dalam menutup pos posisi yang di tinggalkan Ander Herrera di akhir jendela transfer musim panas ini.

Padahal, United sebelumnya sempat menginginkan seorang gelandang tengah baru yang bisa mengisi posisi Herrera, dan nama Sean Longstaff masuk ke dalam daftar target prioritas mereka setelah pemain muda milik Newcastle itu memberikan kesan yang cocok dengan skuad Solskjaer. Namun akhirnya, mereka tetap gagal merealisasikan keinginannya itu karena Longstaff tak kunjung pindah sampai detik-detik akhir bursa transfer musim panas ini.

Oleh karena itu, dengan terpaksa, Solskjaer mulai berbicara dengan Scott McTominay dan Andreas Pereira, dan meminta mereka agar dapat diprioritaskan sebagai pengganti potensial untuk Ander Herrera. Di satu sisi, keputusan United untuk memprioritaskan masa depan Paul Pogba, akhirnya juga berdampak besar pada strategi pembentukan skema lini tengah mereka di musim ini.

Hanya Harry Maguire saja, yang pada awal Juli lalu berhasil direkrut United setelah sebelumnya menjadi salah satu pemain yang juga diprioritaskan di bursa transfer musim panas ini. Itupun, Setan Merah harus mengeluarkan uang yang banyak, yang sekaligus menjadi rekor transfer baru bagi seorang bek dengan jumlah sebesar 80 juta paun.

Di sisi lain, United sendiri sangat dikaitkan dengan spekulasi seputar kepindahan Bruno Fernandes, akan tetapi, mereka sama sekali tidak terlihat berusaha merealisasikan hal itu. Justru, hal semacam ini tidak lebih dari sekadar rumor belaka. Situasi rumor tentang perekrutan gelandang baru tersebut pun semakin berlangsung memanas menjelang akhir bursa transfer musim panas ini. Apalagi ketika pasukan Setan Merah dirumorkan dengan ketertarikan mereka merekrut Christian Eriksen dari Tottenham Hotspur. Tapi sekali lagi, itu semua hanya rumor belaka.

Sebetulnya United sedari awal musim panas ini sudah tampak kesusahan dalam merekrut pemain baru, dan salah satunya terjadi pada Jadon Sancho. Pemain internasional Inggris itu tidak berminat untuk bermain di klub yang absen di Liga Champions. Ini membuat United menjadi kesulitan merekrutnya di awal musim panas lalu. Meski, Sancho sendiri masih bisa direkrut kembali di musim depan ketika ia memiliki dua tahun tersisa di kontraknya.

Tak sampai disitu, dilansir dari MEN Sports, ternyata ada yang lebih ngenes dari gagalnya United merekrut Jadon Sancho. Ya… Itu terjadi pada Paulo Dybala. Di musim panas ini, pemain asal Argentina itu dipandang sebagai pengganti yang cocok untuk Lukaku, yang sekaligus menjadi bagian dari kesepakatan pertukaran transfer dengan Juventus. Tapi, permintaan upahnya terlalu besar, dan agennya meminta United agar mengakhiri pengejaran mereka terhadap kliennya tersebut. Pernyataan ini seolah menggambarkan bahwa United tidak pantas mendapatkan Dybala.

Pada akhirnya, United justru men-iya-kan pernyataan tersebut. Tim berjuluk The Red Devils itu lalu mengalihkan prioritasnya untuk merekrut rekan setim Dybala, yaitu Mario Mandzukic. Pemain asal Kroasia ini adalah pilihan kedua sebagai pertukaran yang diusulkan United untuk kesepakatan transfer Lukaku ke Turin. Namun sekali lagi, harga yang diminta Juventus dianggap terlalu tinggi, dan tuntutan upah Mandzukic juga tidak sesuai dengan harapan.

Mungkin wajar mengatakan bahwa hal-hal semacam itulah yang akhirnya membuat United seperti kurang semangat untuk mendatangkan pemain baru lagi menjelang akhir bursa transfer kali ini. Padahal, di musim ini mereka akan melewati musim yang berat, dengan status sebagai tim yang memiliki manajer minim pengalaman, tidak bermain di Liga Champions, dan tidak ada satu pemain pun terjual (kecuali Romelu Lukaku). United belum pernah berada serendah ini di bursa transfer dalam beberapa dekade terahkir, dan itu memiliki resiko buruk pada semua rencana mereka.

Ole Gunnar Soslkjaer juga pada akhirnya harus memaksa dirinya memasukkan nama pemain-pemain muda lulusan akademi seperti Mason Greenwood, Angel Gomes dan Tahith Chong, ke skuad utamanya. Meski beresiko –dalam artian kurang bisa berkembang–, namun mereka bertiga dinilai bisa menjadi pilihan untuk mengimbangi tim yang kehilangan daya gedor serangan setelah terjualnya Romelu Lukaku.

Namun, kurang adil rasanya jika hanya membicarakan hal-hal kurang menyenangkan yang terjadi di United selama bursa transfer musim panas ini. Karena, di tengah semua kepelikan itu, Setan Merah sebenarnya berhasil bernegosiasi dengan gelandang serang mereka, Juan Mata, setelah menawarinya kontrak dua tahun. Ya, Mata memutuskan untuk tetap tinggal di Old Trafford selama dua tahun kedepan, yang artinya, United masih punya harapan ketika membuat pola serangan di skuad mereka.