Foto: Goal.com

Musim ini, target transfer United begitu berbeda dari biasanya. Jika pada era Louis van Gaal dan Jose Mourinho, target transfer United dipenuhi oleh beberapa pemain bintang, maka lain halnya pada era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer. Bintang besar diusahakan tidak lagi didatangkan, sebaliknya target mereka adalah pemain muda penuh potensi.

Dua target sudah diamankan. Daniel James dan Aaron Wan-Bissaka didatangkan dengan harga yang tergolong ekonomis. Selain itu, mereka juga mengikat Marcus Rashford hingga musim panas 2023.

United sendiri belum mau berhenti untuk belanja. Tiga nama dijadikan target berikutnya yaitu Harry Maguire, Bruno Fernandes, dan Sean Longstaff. Dua nama berasal dari Inggris yang semakin menegaskan keinginan Ole untuk membangun tim dengan bintang-bintang muda dari tim Tiga Singa.

Meski begitu, nama-nama ini terbilang cukup sulit didatangkan. Tawaran Setan Merah untuk Maguire sebesar 70 juta paun ditolak, begitu juga dengan negosiasi bersama Bruno Fernandes yang sangat lambat. Sementara Longstaff merupakan aset masa depan Newcastle yang harus dijaga meski harga si pemain tergolong lebih murah dari target lainnya.

Jika situasi seperti ini terus berlanjut, maka United mau tidak mau harus mencari alternatif lain untuk memperkuat skuadnya musim depan. Jika bayar mahal terasa susah dipenuhi, maka mencari pemain yang lebih murah bisa dijadikan opsi, kalau yang murah ternyata juga tidak bisa dibeli, maka cara terakhir mungkin bisa dipakai United yaitu mencari pemain gratisan. Bicara soal gratisan, tidak ada salahnya mereka belajar dari Juventus.

Saat tawaran 70 juta paun United ditolak Leicester untuk Harry Maguire, Juventus meresmikan perekrutan Adrien Rabiot dari Paris Saint Germain. Ini adalah rekrutan cuma-cuma Juve yang kedua setelah sebelumnya mereka mendatangkan Aaron Ramsey dari Arsenal.

Meski United tidak terlalu ngebet mendatangkan Rabiot, namun Manchester Evening News melansir kalau kubu Setan Merah memasukkan namanya ke dalam daftar incaran di sektor gelandang. Namun pada kenyataannya, target utama mereka adalah Bruno Fernandes.

“Dengan segala hormat, pindah dari PSG ke Juventus adalah sebuah langkah maju. Disini saya punya kesempatan bermain bersama superstar. Kesempatan bermain dengan Cristiano Ronaldo menjadi alasan saya bergabung. Namun ketika saya sampai di ruang ganti, ternyata seluruh pemain Juve adalah superstar yang membawa aura positif.

Kebijakan ini sempat (dan masih) mendapat sindiran dari banyak pihak. Mencari pemain gratisan membuat sebuah kesebelasan kerap dipandang sebagai klub yang miskin. Namun Juventus bukan klub miskin. Kalau miskin, Cristiano Ronaldo mungkin tidak akan mereka datangkan. Lagipula, pengeluaran gaji mereka adalah yang terbesar ketiga setelah Real Madrid dan Barcelona yang menandakan kalau klub ini kuat secara finansial.

Namun manajemen Juve seolah memiliki pakem kalau disamping ada pemain superstar berharga mahal, maka disitu ada juga pemain-pemain gratisan yang memiliki kualitas. Itulah yang mereka lakukan terhadap Rabiot dan Ramsey pada musim ini.

Adrien Rabiot adalah rekrutan gratis kesebelas yang dilakukan Juventus dalam satu dekade terakhir. Dalam satu musim, dipastikan ada satu pemain free transfer yang mendarat di Allianz Stadium. Yang menarik, para pemain gratisan ini beberapa kali menjelma menjadi sosok penting bagi kesuksesan klub. Bahkan ESPN melabeli Juve sebagai “rajanya transfer gratis”.

Dua yang paling menonjol adalah Andrea Pirlo dan Paul Pogba. Keduanya menjadi dinamo di lini tengah La Vecchia Signora saat mereka kembali bangkit merajai Serie A pada musim 2011/12. Pirlo masuk pada musim panas 2011 yang disusul Pogba setahun berselang. Keberadaan Beppe Marotta sebagai CEO waktu itu yang membuat kedua nama tadi memilih Juventus.

Merekrut pemain gratis tidak memberikan risiko yang besar. Negosiasi dengan klub dan agen tidak terlalu sulit karena tidak ada tuntutan yang diminta. Seandainya gagal, maka si pemain tidak akan mendapat kritik yang terlalu besar karena tim tidak mengeluarkan banderol mahal. Berbeda dengan kasus Di Maria atau Fred di Man United misalnya. Kegagalan mereka membuat dana ratusan juta paun yang dikeluarkan menjadi sia-sia.

Apa yang dilakukan Juve ini bisa dicontoh oleh United yang dikenal cukup hati-hati mengeluarkan uang belanja. Setan Merah terbilang jarang merekrut pemain-pemain yang sebelumnya berstatus bebas transfer. Dalam satu dekade, hanya tiga pemain yang direkrut United dengan status bebas biaya.

Yang pertama ada Michael Owen (2009), disusul kemudian Sergio Romero (2015) dan Zlatan Ibrahimovic (2016). Dari tiga pemain tersebut, hanya Ibrahimovic yang dampaknya terbilang signifikan. Sementara dua yang lainnya hanya berstatus pemain cadangan.

Meski begitu, mencari pemain gratisan juga membutuhkan tantangan. Salah satunya adalah ketersediaan pemain berkualitas yang jumlahnya bisa dihitung jari. Mengintip data dari transfermarkt, ada 100 nama yang musim ini statusnya sedang tidak memiliki klub. Meski begitu, mayoritas diantaranya adalah pemain-pemain kelas dua atau pemain-pemain yang kariernya sudah habis. Hal ini jelas tidak masuk dalam kriteria Solskjaer yang mencari pemain yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.

Beberapa Pemain yang Berstatus Tanpa Klub per 1 Juli 2019:

Alberto Moreno, Mario Balotelli, Danny Welbeck, Luciano Narsingh, Lewis Holtby, Hector Herrera, Yacine Brahimi, Daniel Sturridge, Andy Carroll, Wilfried Bony, Fabio Coentrao, Hatem Ben Arfa, Samir Nasri, Adrian, Ignazio Abate, Gary Cahill, Shinji Okazaki, Keisuke Honda, Claudio Marchisio, Filipe Luis, Thomas Vermaelen, Fernando Llorente, Juanfran, Arjen Robben, Stephan Lichsteiner, Daniele De Rossi, Frank Ribery, Dani Alves, Gareth Barry, Gianluigi Buffon