Cerita tentang Cristiano Ronaldo yang membeli meja ping pong tentu menarik. Yang menarik tentu bukan karena pada akhirnya ia mengalahkan Rio Ferdinand. Akan tetapi seberapa besar kemauannya untuk menjadi yang terbaik di segala bidang.

Yang dilakukan Ronaldo adalah berlatih dan terus berlatih. Karena itu adalah satu-satunya cara untuk menjadi yang terbaik. Hasilnya pun seperti mudah ditebak. Ia bisa mengejar ketertinggalan, bahkan melampaui rival abadinya, Lionel Messi, dalam hal trofi Ballon d’Or maupun gelar juara untuk negaranya.

Menjadi menarik untuk diperhatikan bagaimana ketekunan membuat Ronaldo menjadi pesepakbola terbaik di dunia saat ini. Kritikan memang selalu berjalan beriringan, tapi ia bisa menutup mulut para pengkritiknya dengan segala raihan yang telah ia capai. Sepanjang hampir dua dekade karier sepakbolanya, ada sejumlah catatan penting yang penulis rangkum berikut ini.

Makan Siang yang Berbuah “Petaka” Buat Patrice Evra

Dilansir dari Express, Patrice Evra berkelakar soal pengalaman pahitnya diundang makan siang di rumah Ronaldo. Ia sampai bilang begini, “Aku ingin memberikan nasihat untuk semua orang, kalau Cristiano mengundang Anda makan siang di rumahnya, tolak saja.”

Jadi, ceritanya ketika itu skuat Manchester United baru saja pulang berlatih. Lalu, Ronaldo mengundang Evra untuk makan di rumahnya. Akan tetapi, keanehan langsung dirasakan Evra usai melihat meja makan.

Ayam polos menu makan Cristiano Ronaldo.

“Aku ke sana. Aku begitu lelah. Namun, di meja cuma tersedia salad dan ayam putih polos, dan air. Tidak ada jus dan kami mulai makan. Aku lalu berpikir bahwa akan ada daging berukuran besar seusai makan ayam itu. Tapi selanjutnya, tak ada apa-apa,” kenang Evra.

Usai makan, Ronaldo langsung berdiri dan mulai memainkan bola. Ia melakukan sejumlah kelihaiannya dan langsung mengajak Evra untuk bergabung. Karena didesak, Evra pun ikut bergabung. Setelahnya, mereka berenang dan masuk jakuzi, juga sauna.

“Itulah kenapa aku merekomendasikan pada siapapun, saat Cristiano mengundangmu ke rumahnya, jangan pergi. Tolak saja karena orang ini, dia seperti mesin. Dia tak ingin berhenti berlatih.”

Mengejar Ketertinggalan

Latihan yang intensif membuat Ronaldo mampu perlahan-lahan menutupi kelemahannya. Dari awalnya dikenal–bahkan sampai dimarahi rekan setimnya–karena sering jatuh, Ronaldo kini bagai robot dengan otot-otot kuat di sekujur tubuhnya. Lompatan kakinya pun makin tinggi menggapai angkasa. Ia punya semua kekuatan di tubuhnya: kaki kiri, kaki kanan, juga kepala.

Salah satu keberhasilannya adalah mengejar ketertinggalan dari Lionel Messi dalam hal jumlah trofi Ballon d’Or. Sejak pertama kali meraih penghargaan pemain terbaik dunia tersebut pada 2008, Ronaldo tertinggal jauh dari capaian Messi yang meraihnya empat tahun berturut-turut sejak 2009.

Namun, Ronaldo berhasil mengejar pada 2013 dan 2014. Sempat dimenangi Messi pada 2015, Ronaldo kembali menang pada 2016 dan 2017. Kini, total keduanya sudah mendapatkan lima penghargaan Ballon d’Or dengan Ronaldo yang berhasil mengejar pada dua tahun terakhir.

Cristiano ROnaldo bersama timnas Portugal kala menjuarai Piala Eropa 2016. Foto: UEFA.com

Selain itu, capaian hebat Ronaldo lainnya adalah turut membawa Portugal menjadi juara Piala Eropa 2016. Hal ini terbilang amat mengejutkan karena permainan Portugal yang tak meyakinkan di fase grup. Akan tetapi, mereka berhasil bertahan hingga babak final, dan meraih gelar juara usai menang atas favorit juara, Prancis, sebagai tuan rumah.

Salah satu cerita lain yang monumental adalah ketika Ronaldo melewati capaian 41 gol Eusebio di timnas Portugal. Sebelum wafat pada 5 Januari 2014 silam, sempat terjadi perdebatan soal siapa yang lebih baik, Eusebio atau Ronaldo.

Eusebio yang lahir di Mozambik pada 25 Januari 1942 pernah membawa Portugal meraih tempat ketiga di Piala Dunia 1966 di Inggris. Soal rekor golnya yang dilewati Ronaldo, Eusebio mengaku sedih. Pasalnya, ia mencatatkan rekor gol tersebut hanya dalam 64 pertandingan.

Ronaldo bersama dengan Eusebio. Foto: Offtheball.com

Hal ini pun ditanggapi oleh Ronaldo dengan bijak.

“Aku pikir tidak layak untuk seperti itu (merasa sedih). Rekor memang ada untuk dipecahkan. Kita tak perlu sedih.”

“Aku merasa mudah karena Eusebio akan selalu menjadi Eusebio dan Cristiano akan menjadi Cristiano. Normal buat orang-orang untuk membanding-bandingkan kami, tapi Eusebio tak perlu sedih karena dia akan selalu ada di atas sana,” tukas Ronaldo.

Perubahan sudut pandang ini menjadi penting dan menjadi titik tolak kedewasaan Ronaldo itu sendiri. Emosinya sudah bisa ia redam, dan kini ialah pemimpin dari para pemain muda Portugal maupun Real Madrid. Ketika kalah atau mengalami kegagalan, ia tak menyerah dengan mengundurkan diri dari timnas, misalnya. Dari sini sebenarnya bisa terlihat pesepakbola seperti apakah Ronaldo itu.

Transfer Ronaldo ke Manchester United

Ronaldo di Manchester United. Kangen melihatnya kembali? Foto: Goal.com

Karena raihannya yang hampir tak pernah berhenti, kabar soal kembalinya Ronaldo ke Manchester United memang mulai kembali kencang. Apalagi, menurut Dario Gol, Jorge Mendes siap membuka pembicaraan agar Ronaldo pulang ke Old Trafford. Selain itu, Jose Mourinho juga secara terbuka memuji penampilan Ronaldo di Piala Dunia.

Namun, hal ini membuat sejumlah penggemar Manchester United terpecah. Ada yang mengiyakan, ada juga yang menolak soal transfer Ronaldo. Alasannya beragam. Mulai dari usia yang sudah menua, hingga biaya yang kelewat mahal.

Akan tetapi, menurut penulis, tampaknya 100 juta paun untuk seorang Ronaldo akan sepadan dengan apa yang akan ia berikan. Apalagi kalau ia bisa mereplikasi penampilannya di Real Madrid saat berkostum The Red Devils untuik kedua kali. Pasalnya, akan sulit untuk menyaksikan pemain lain dengan kegigihan dan ketekunan macam Ronaldo, utamanya di skuat Manchester United saat ini.