Manchester United dikabarkan tengah mengincar Toby Alderweirld. Secara teknis, juga finansial, Toby akan menjadi target yang pas buat kebutuhan The Red Devils. Akan tetapi ada satu permasalahan: Toby adalah pemain Tottenham Hotspur.

Sudah merupakan hal yang diketahui secara umum bahwa Tottenham Hotspur bukanlah kesebelasan yang ramah saat tim lain berusaha menggaet pemain mereka. Ada saja halangan yang harus dicapai kesebelasan-kesebelasan yang meminati para pemain Spurs. Mulai dari harga yang kelewat mahal, sampai sengaja tidak dijual untuk kesebelasan Inggris.

Daniel Levy yang Keras

Dalam jual beli, lazim umumnya ada tarik-ulur dalam tawar-menawar. Akan tetapi dalam kasus Spurs, mereka menempatkan diri sebagai yang lebih dominan: kalau mau ambil, kalau tidak ya tak usah.

Hal ini juga pernah diungkapkan oleh Sir Alex Ferguson saat mendaratkan striker Bulgaria, Dimitar Berbatov, pada 2008. Dalam biografinya Memimpin, Fergie bicara betapa sulitnya proses transfer Berbatov kala itu.

Sebulan sebelum kepindahannya benar-benar terjadi, Spurs mengirimkan keluhan kepada Premier League terkait pengejaran United pada striker kelahiran 20 Januari 1981 tersebut. Spurs, melalui Levy, menuduh Manchester United berusaha membajak Berbatov meski Spurs menyatakan tak akan menjualnya.

“Seluruh pengalaman itu jauh lebih menyakitkan dari operasi pinggulku,” tulis Ferguson.

“Daniel Levy, Pemilik Tottenham, memaku kami ke lubang bendera pada 2008 ketika dia membawa kami semua ke hari terakhir bursa transfer, sebelum menyetujui kepindahan Dimitar Berbatov.”

“Saat kami mendapatkan kabar angin kalau Levy mencoba menjual Berbatov ke Manchester City, kami mencarter pesawat dan menerbangkan si pemain ke Manchester. Kami menyetujui syarat-syarat dengan pemain, dan nilai transfer pada klub.”

Malam ternyata lebih panjang dari yang dibayangkan. Spurs tiba-tiba meminta Fraizer Campbell, salah satu penyerang muda MU, sebagai bagian dari kesepakatan. Karena David Gill keberatan, Levy menaikkan nilai transfer Berbatov. Untuk menyelesaikan transfer, MU pun akhirnya meminjamkan Campbell ke Spurs dan membayar peningkatan biaya transfer tersebut.

“Kami terjaga hingga tengah malam dan mengirim surat-surat untuk memastikan semua dokumen yang dibutuhkan terkirim sebelum batas waktu berakhir,” kata Fergie.

Penuh Perhitungan

Sementara itu, agen sepakbola, Jon Smith menyebut kalau Smith adalah sosok yang melakukan semuanya dengan senyuman. Ia menyebut mungkin itu karena keuangan klub yang merupakan salah satu terbaik di Premier League.

Spurs saat ini tengah membangun stadion baru yang diperkirakan mencapai 750 juta paun. Ia amat cermat dengan pengeluaran klub terkait dengan biaya pembangunan stadion yang besar. Musim lalu, ia berhasil menjual Kyle Walker senilai hampir 50 juta paun ke Manchester City. Meski Spurs juga mendatangkan pemain yang tak kalah mahalnya, akan tetapi Levy melakukannya dengan penuh perhitungan.

Spurs mendatangkan Davinson Sanchez sebagai pemain termahal musim lalu. Namun, itu merupakan bagian dari investasi karena Sanchez merupakan pemain yang diincar sejumlah kesebelasan besar. Usianya juga masih 22 tahun.

Pun dengan Lucas Moura dan Serge Aurier. Keduanya adalah pemain yang matang dan siap ditempatkan dalam starting line-up kesebelasan besar. Usianya juga masih 25 tahun. Artinya, apabila para pemain ini bisa bersinar dengan Spurs, harganya bisa meningkat berkali-kali lipat. Apalagi, usia mereka akan mencapai usia emas pesepakbola dalam tiga-lima tahun ke depan.

Suasana Hati Sulit Ditebak

Levy memang senang menaikkan harga pemain, seperti Nabil Bentaleb senilai 16 juta paun, dan Kevin Wimmer senilai 18 juta paun, yang cuma bermain dalam 31 pertandingan di dua musim.

Pada 2011 misalnya, Spurs dua kali menolak tawaran 22 juta paun dan 27 juta paun dari Chelsea untuk Luka Modric. Padahal, pemain timnas Kroasia tersebut secara terbuka ingin bergabung bersama kesebelasan yang bermarkas di Stamford Bridge tersebut.

Seperti halnya Berbatov, dengan tegas Levy menyatakan kalau tak ada pemain kuncinya yang dijual pada bursa transfer musim panas itu. Ia mengaku tak siap menjual Luka Modric pada harga berapapun. Semusim kemudian, Levy menjual Modric 30 juta paun ke Real Madrid.

Ada anggapan kalau Levy enggan menjual pemainnya ke tim rival. Dalam kasus Berbatov, ia konon malah menawarkannya ke Manchester City. Pun dalam kasus Modric di mana ia enggan melepasnya ke klub Inggris.

Akan tetapi kasus berbeda terjadi pada Alderweirld. Usianya sudah 29 tahun. Menolak 55 juta paun bisa jadi akan merupakan kesalahan karena musim depan, belum tentu Alderweirld bisa dihargai dengan harga yang sama.

Kini, Manchester United ada di atas angin karena tampaknya tak akan ada klub lain yang menghargai Alderweirld setinggi itu. Lantas, apakah Toby akan segera merapat? Belum tentu. Karena semua, tergantung suasana hati Levy.