Beberapa waktu lalu, timbul kabar yang menyebut kalau Paul Pogba, siap untuk hengkang dari Manchester United. Hal ini tidak lepas dari komentarnya yang menyebut kalau Real Madrid adalah klub impian semua pesepakbola di dunia. Gelandang asal Prancis ini kebetulan masuk dalam target Florentino Perez dan diberitaka sudah melakukan negosiasi awal bersama sang agen, Mino Raiola.
Mendengar pernyataan Pogba tersebut, kubu Manchester United bersikeras untuk tidak melepas Pogba ke klub lain. Namun dilansir The Sun, ada syarat yang harus dipenuhi jika Pogba ingin bertahan di United yaitu nilai gajinya dinaikkan dua kali lipat. Saat ini, gaji Pogba adalah 290 ribu paun per pekan. Kubu gelandang asal Prancis tersebut menginginkan gaji senilai 500 ribu paun atau 9,3 miliar rupiah per pekan.
Sontak hal ini membuat berang para penggemar United. Mereka merasa kalau Pogba adalah pemain mata duitan yang hanya bermain di United demi uang. Banyak dari mereka yang meminta klub menjual Pogba karena sikapnya yang dianggap mata duitan tersebut. Hal ini belum ditambah dengan performa inkonsisten si pemain yang membuatnya tidak layak dihargai dua kali lipat dari kontraknya sekarang.
Mereka yang meminta Pogba untuk dijual adalah penganut jargon legendaris yaitu “tidak ada pemain yang lebih besar dari nama klub”. Slogan tersebut identik dengan Manchester United yang tidak ragu menjual bintang mereka yang mulai bermasalah bagi klub. Nama-nama seperti David Beckham, Ruud Van Nistelrooy, Roy Keane, hingga Cristiano Ronaldo adalah bintang-bintang yang tanpa ragu dijual oleh Setan Merah meski kontribusinya begitu signifikan bagi klub.
Meski begitu, jargon tersebut sudah tidak relevan lagi bagi kehidupan sepakbola sekarang. Itulah yang dilontarkan langsung oleh Paul Scholes yang kembali ke kursi pundit setelah tugasnya melatih Oldham yang berujung kegagalan. Menurutnya, sebuah kesebelasan tidak boleh lagi dengan entengnya menjual bintang mereka jika ingin mengincar gelar juara. Termasuk Manchester United.
Ketika ia ditanya mengenai siapa yang layak dipertahankan diantara Juan Mata, Ander Herrera, Antonio Valencia, dan Matteo Darmian, Scholes menjawab tidak ada satu pun dari mereka yang pantas dipertahankan. Akan tetapi, ketika nama Pogba yang diucapkan, Scholes menjawab kalau United harus mempertahankan Pogba.
“Tidak ada yang membuat saya khawatir jika pemain-pemain ini (Mata, Valencia, Herrera, dan Darmian) dilepas. United sudah biasa kehilangan pemain terbaiknya tidak peduli sebesar apa nama mereka. Beckham, Keane, dan Cristianoo, mereka semua pergi dan United tetap menjadi United. Bahkan saya tidak khawatir kehilangan Herrera,” kata Scholes.
“Namun saat ini situasinya berbeda. Akan ada dampak besar jika mereka menjual Paul Pogba. Ia memang tidak konsisten, namun dia masih bisa mencetak 15 gol dalam semusim, dan itu bukan catatan buruk. United perlu mengalihkan fokus mereka untuk mempertahankan pemain sepertinya.”
Di tengah musim 2018/19 yang berjalan buruk bagi United, nama Pogba memang menjadi sebuah sinar di tengah kegelapan. Penampilannya cukup positif jika tidak ingin dibilang spektakuler. Ia adalah top skor klub saat ini dengan 16 gol di semua kompetisi meski mayoritas dibuat dari titik penalti.
“Saya ingin melihat sinar Pogba kembali muncul seperti ketika Ole masuk menangani tim. Beberapa minggu terakhir memang sangat sulit baginya karena penampilannya mudah sekali terbaca. Dia perlu kembali ke tingkat permainan terbaiknya karena kita tahu kualitasnya seperti apa. Dia pemain kuat, bisa mencetak gol, dan dia adalah pemain yang dibutuhkan United di tim ini.”
Scholes seperti mengajak para pendukung United untuk melupakan istilah “pemain tidak boleh lebih besar dari klub”. Saat ini, United tidak lagi dipegang Sir Alex Ferguson yang bisa menjuarai liga dengan lini tengah Anderson dan Tom Cleverley. Salah satu cara yang bisa membuat Setan Merah kembali berjaya adalah mempertahankan serta membeli banyak pemain bintang.
Saat ini, kesebelasan-kesebelasan terbaik Eropa berlomba-lomba untuk memiliki pemain terbaik. Apalagi ditambah persaingan Liga Primer yang tidak hanya sebatas top two atau top four melainkan top six sehingga setiap kesebelasan wajib memiliki pemain bintang jika tidak ingin tertinggal. Termasuk United yang saat ini sulit untuk merangkak hanya demi posisi empat besar.
Berbicara soal empat besar, pemain yang identik dengan nomor 18 tersebut merasa tidak yakin mantan timnya bisa berada di zona Liga Champions. Hal ini tidak lepas dari penampilan tim yang semakin merosot dalam beberapa pekan terakhir. Ia menjagokan dua klub London, Tottenham dan Arsenal, yang akan mengisi posisi tiga dan empat.
“Melihat jadwal tersisa, Arsenal lebih diuntungkan. Tapi mereka lebih banyak menjalani laga tandang. Namun jadwal mereka tidak sesulit United. Mereka baik-baik saja melawan West Ham tapi mereka melawan Everton, Chelsea, dan City, mereka juga harus menang melawan Huddersfield dan Cardiff. Tottenham juga masih harus melawan City dan Chelsea masih bermain melawan Liverpool dan United. Namun Spurs nampaknya akan finis lebih kuat dibanding mereka.”