Foto: United In Focus

Paul Scholes dan Roy Keane kembali mengkritik mantan klubnya, Manchester United, setelah kalah di kandang dari Arsenal akhir pekan lalu. Scholes, mengkritik dari perspektif kualitas lini tengah United, dan sedangkan Keane, lagi-lagi menyebut bahwa Setan Merah masih kekurangan pemimpin di dalam timnya.

Di satu sisi, penampilan Fred dan Scott McTominay memang kurang baik di laga melawan Asenal. Mereka berdua menunjukkan kurangnya kualitas dan kinerja selama pertandingan yang dihelat di Old Trafford tersebut. Hal ini membuat United gagal membangun spirit kemenangan 5-0 di Liga Champions yang luar biasa atas RB Leipzig beberapa hari sebelumnya.

Maka Fred dan McTominay menjadi sasaran kritik oleh banyak suporter United karena keduanya dianggap gagal mengatasi permainan Arsenal. Keputusan Ole Gunnar Solskjaer untuk memainkan kedua gelandang itu pun malah menjadi bumerang. Melihat ini, Scholes lalu mengkritik bahwa kinerja seluruh tim menjadi tidak optimal akibat penampilan menyedihkan dari Fred dan McTominay.

“Penampilan mereka (Fred dan McTominay) seburuk yang perah saya lihat di Manchester United ketika bermain di Old Trafford. Jujur, itu buruk sekali. Anda harus memberikan kredit kepada Arsenal, mereka sangat bagus. Tetapi di sisi lain, Anda harus berharap lebih dari United dan dua pemain lini tengah mereka khususnya,” ujar Scholes kepada Premier League Productions.

“Saya sering katakana kepada United, jika Anda ingin mendapatkan yang terbaik seperti pemain paling kreatif yang bisa mencetak gol dengan bola, maka dua di lini tengah harus memiliki semacam penguasaan bola. Mereka harus mampu melakukan semacam kontrol. Tetapi dua pemain lini tengah itu kualitasnya hilang. Mereka bermain sebagai bek tengah, bukan pemain tengah.”

Selain itu, Paul Scholes juga mempertanyakan tekad United untuk kembali menjadi klub pesaing gelar di Premier League. Karena setelah anak asuh Solskjaer itu tertinggal dari penalti Pierre-Emerick Aubameyang di babak kedua, mereka malah tampil loyo. Scholes pun berpendapat bahwa pasukan Setan Merah saat ini sudah tidak memiliki semangat bertarung.

“Saya merasa United telah kehilangan semangat bertarung. Terdapat kurangnya tekad untuk memasukkan bola ke dalam kotak penalti lawan, atau menciptakan peluang seperti yang Anda harapkan dari 10 menit tersisa (saat melawan Arsenal). Mereka kehabisan ide, dan hanya memiliki dua tembakan tepat sasaran. United bermain sangat mengecewakan. Jadi mereka harus bisa bangkit kembali,” tutur Scholes.

Ole Gunnar Solskjaer sendiri sempat menyesalkan kurangnya agresi timnya setelah kekalahan kandang ketiga berturut-turut di Premier League musim ini. Hal inilah yang menyebabkan Arsenal akhirnya menang di Old Trafford untuk pertama kalinya sejak 2006. Kekalahan United ini pun menjadi sebab mereka harus duduk di urutan ke-15 dalam enam pertandingan awal Premier League.

“Di babak pertama, tidak ada tekel dan tidak ada pertarungan yang berarti. Padahal kami seharusnya bisa menciptakan atmosfer sendiri. Pertandingan melawan Arsenal ini selalu sengit. Tapi kami tidak memiliki tempo atau intensitas untuk itu. Tentu saja saya kecewa dengan penampilan di babak pertama,” pungkas Solskjaer dikutip dari MEN Sports.

“Di babak kedua kami bermain lebih baik, tapi sayangnya mereka mendapat penalti dan kami tidak bisa memberikan respon. Kami mempersiapkan diri dengan baik. Kami mempersiapkan para pemain untuk pertandingan besar. Arsenal selalu menjadi lawan yang kuat. Terkadang sulit untuk meneruskan apa yang pernah Anda dapatkan jika melawan tim kuat. Karena itu bukan cara kerja sepakbola.”

“Semua orang ingin melakukannya dengan baik, tentu saja. Kami tidak bisa pergi dari itu. Itulah mengapa kami memiliki skuat yang besar, skuad yang bagus, dan hari ini kami tidak dapat menghasilkan penampilan yang telah kami lihat sebelumnya. Itulah sepakbola. Kami bermain melawan pemain yang sangat bagus, tapi kami tidak berhasil mendapat hasil yang bagus.”

Padahal di satu sisi, United mempertahankan formasi efektif yang sempat membantu mereka menang saat melawan RB Leipzig di Liga Champions pada pertengahan pekan lalu. Namun itu semua ternyata tidak berpengaruh. Dan menurut Roy Keane, yang juga turut hadir di Old Trafford sebagai pundit, mengklaim bahwa sebab eks timnya itu kalah adalah karena mereka tidak memiliki pemimpin.

“Mereka tidak cukup konsisten. Bagi saya, dalam hal United menutup jarak dengan Liverpool dan City, itu adalah hal yang selalu saya perhatikan. Saya tidak terlalu tertarik dengan tim-tim di tengah klasemen. Karena mereka (United) sekarang harus bersaing dengan Liverpool dan City,” ungkap Roy Keane dilansir dari Sky Sports.

“Maka para pemain mereka harus punya ambisi. Banyaknya pertengkaran yang saya miliki ketika saya bermain di lini tengah atau dengan bek tengah, semua ini adalah masalah ambisi untuk melindungi tim. Tapi saya saat ini tidak melihat itu di tim United. Saya bahkan tidak melihat kepemimpinan di sana.”

“Padahal United membutuhkan lebih dari itu. Jika Anda berbicara tentang energi, Anda membutuhkan lebih dari sekedar energi untuk bermain di atas lapangan. Anda harus membutuhkan kreativitas, dan Anda harus menjadi pemain yang memiliki karakter, jiwa serta hati yang mapan. Itu akan membangun kepemimpinan di dalam sebuah tim sekelas United.”

“Saya memikirkan apa yang dikatakan Bill Shankly bertahun-tahun lalu. Terkadang para pemain tidak tahu apa yang akan mereka dapatkan dari tugas di atas lapangan. Itulah yang saya lihat dari para pemain United, khususnya Pogba. Mereka memang memiliki bakat yang baik, tapi itu tidak cukup untuk menopang ambisi besar United.”