Foto: AS Roma Calcio

Chris Smalling berhasil mencetak gol pertamanya di Serie A pada pertandingan melawan Udinese bberapa waktu lalu. Hal ini sebenarnya tidak ada yang istimewa, akan tetapi di pertandingan itu adalah momen yang pas untuk menghargai seorang pemain yang telah menemukan kembali bentuk spesial dari kariernya (dengan luar biasa di Italia) selama beberapa bulan terakhir.

Di sisi lain, kedatangan Smalling pada akhir Agustus lalu terasa seperti renungan. As Roma telah bekerja keras di seluruh jendela transfer musim panas ini untuk memperkuat sisi pertahanan mereka yang kebobolan 48 gol pada musim lalu, dan mereka juga ingin menutup celah yang ditinggalkan Kostas Manolas yang pindah ke Napoli setelah menebus klausul rilisnya.

Gianluca Mancini dari Atalanta, Toby Alderweireld dari Tottenham, dan Dejan Lovren dari Liverpool, adalah segelintir bek yang menjadi target Roma. Namun sayangnya semua tawaran mereka untuk mendapatkan servis ketiga bek tersebut ditolak. Pemain seperti Pezzella dan Daniele Rugani juga sempat dipertimbangkan, akan tetapi dalam kedua kasus ini, harga yang diminta terlalu tinggi.

Oleh sebab itu, beberapa situasi inilah yang menjadi alasan mengapa Roma memilih Chris Smalling sebagai opsi terakhir. Di satu sisi, harganya juga murah, dan mereka sendiri bisa merekrutnya dengan status pinjaman satu musim dengan harga hanya tiga juta paun. Siapa yang sangka, ternyata bentuknya bisa dengan cepat menjadi salah satu aset penting di skuat utama klub asal ibukota Italia tersebut.

Lebih dari itu, Smalling juga bermain sangat bagus. Melalui enam penampilannya di Serie A, tidak ada lawan yang mampu menggiring bola melewatinya, dan ia telah berhasil 100% dengan usahanya melakukan tekel. Pemain asal Inggris ini sangat cocok dengan gaya sepakbola yang disukai oleh sang manajer Paulo Fonseca.

Fonseca sediri sejauh ini berhasil membuat AS Roma seolah menjadi tim evolusi, meski di saru sisi, ia masih beradaptasi dengan ide-ide gaya melatih di Italia. Di awal musim, komitmen untuk memainkan skema dengan menekan lawan di dalam setengah lapangan berbatasan dengan hal sembrono, yang mengarah ke hasil yang kacau kala melawan Genoa dan Sassuolo. Namun, sekarang sudah terdapat keseimbangan yang lebih besar, meskipun itu juga dibantu oleh kecepatan pemulihan bentuk dari Smalling.

Smalling selalu menerima instruksi dari pelatihnya dengan jelas, dan bukan hanya dalam aspek taktik, tapi juga di bidang lain. Ketika Edin Dzeko mencetak gol pembuka Roma melawan Milan pada pekan kesembilan Serie A, prosesnya datang dari bantuan umpan silang yang dikoordinasikan dengan baik oleh Smalling. Momen seperti itu membuatnya mendapatkan banyak simpati dari para pendukung AS Roma.

Situasi-situasi semacam inilah yang akhirnya membuat Chris Smalling merasa nyaman berada di Roma. Ia juga bahkan sempat mengatakan kepada situs web klub Roma pada bulan Oktober lalu bahwa ia senang ditempatkan untuk berperan dalam duel individu. Menurutnya, peran tersebut merupakan peran yang sangat dinikmatinya karena dapat membuatnya berkembang lebih baik lagi.

“Di Inggris, saya cukup sering berurusan dengan hanya satu striker, sehingga setiap tim harus punya bek tengah yang bisa melindungi pertahanannya secara normal, sedangkan di sini (Serie A) saya bisa dibiarkan menghadapi dua striker sekaligus. Ada banyak lagi yang terjadi di posisi pertahanan. Saya menikmatinya, karena saya sangat suka tantangan yang membuat saya berkembang. Saya selalu dituntut bisa sprint untuk melawan striker. Ini pasti cocok dengan gaya saya,” ungkap Smalling dikutip dari The Guardian.

Maka dari itu, dikabarkan AS Roma siap untuk membuat tawaran sebesar 15 juta euro (12,9 juta paun) ke Manchester United guna menebus Chris Smalling secara permanen setelah serangkaian permainan impresifnya di musim ini. Roma juga sudah memiliki opsi kontrak lima tahun yang siap ditawarkan kepada sang pemain, dan sekarang akan menunggu untuk melihat apakah Manchester United akan menerima tawaran mereka atau tidak.