Manchester United dikritik karena memainkan sepakbola yang negatif bahkan buruk kala menghadapi Liverpool pada hari Sabtu (14/10) kemarin. Meski sama-sama berbagi poin, penguasaan bola dan kesempatan mencetak gol lebih banyak dipegang oleh tuan rumah di Anfield Stadium.

Lini serang United pada malam kemarin jua menjadi sorotan karena tidak dapat berbuat banyak. Dimana pada malam itu ujung tombak United adalah penyerang asal Belgia, Romelu Lukaku. Namun striker berusia 24 tahun tersebut mengklaim bahwa para pendukung United tak perlu ragu dengan kemampuan dirinya serta United untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya.

Berhadapan dengan Liverpool kemarin memang bisa dibilang menjadi ujian tersulit sejauh ini bagi Manajer United, Jose Mourinho. Di mana seperti kita tahu The Red Devils dalam enam laga terakhir selalu menang dan mampu mencetak total 20 gol. Mourinho sendiri seperti dilansir dari The Guardian mengatakan bahwa hasil seri kemarin disebabkan absennya sejumlah penggawa United, seperti Paul Pogba, Marouane Fellaini, dan Michael Carrick.

Alhasil mau tak mau Lukaku harus terisolasi dengan taktik Mourinho, yaitu lebih cenderung bertahan. Terbukti dengan Lukaku yang memegang bola lebih sedikit dibandingkan kiper lawan, Simon Mignolet 22 banding 27 sentuhan.

Julukan Buruk Bagi Lukaku

Selain permainan United yang cenderung negatif, faktor lain yang dianggap sebagai penghambat United mencetak gol adalah julukan yang disematkan untuk Lukaku. Julukan tersebut adalah flat track bully, yang memiliki arti bahwa Lukaku adalah pemain yang dominan kala berhadapan dengan klub-klub medioker saja. Namun tak berdaya berhadapan dengan klub-klub besar.

Statistik memang sejauh ini memihak para kritikus Lukaku tersebut, dimana selama masih berseragam Everton tersebut hanya mampu mencetak 11 gol dari 49 pertandingan dengan klub enam besar di Premier League.

“Saya sudah mendengar hal itu (julukan) dari orang-orang. Jelas ini berbeda saat saya bermain untuk Everton, mentalitas juga berbeda setiap saya masuk ke lapangan. Saya menikmati waktu saya di Everton dan belajar banyak di sana. Saya bersyukur selama empat tahun di sana,” kata Lukaku yang telah mencetak 7 gol di 7 pertandingan untuk United.

Namun Lukaku mengakui pada pertandingan kemarin dirinya kesulitan mencetak gol karena taktik Mourinho.

“Tapi memang lebih sulit ketika kamu bermain menghadapi tim-tim papan atas, bermain untuk tidak menang, dan juga tak kunjung membuat peluang. Sekarang saya berada di tim yang ingin menang terhadap klub besar dan ingin selalu menang tiap pertandingan, jadi saya pikir situasinya akan berubah,” lanjut Lukaku.

Gol ke gawang Real Madrid di laga Uefa Super Cup pada Agustus lalu dianggap Lukaku sebagai bukti untuk meruntuhkan julukan tersebut. Dimana di laga yang berakhir 2-1 tersebut menunjukkan bahwa Lukaku mampu mencetak gol ke tim papan atas atau kelas dunia.

“Saya pikir tekanan terbesar kepada saya terjadi saat melawan Madrid di Super Cup. Pada pertandingan tersebut saya rasa semua orang melihat diri saya dan berpikir apakah saya mampu mencetak gol di sini. Setelahnya saya merasa terbebaskan dari segala tekanan dan terus berkembang tiap minggunya.”

“Orang-orang akan terus mengatakan hal ini dan itu, tetapi rekor saya di Premier League cukup bagus dan saya berada di tim yang bermain baik sejauh ini, meski tetap ada beberapa hal yang harus ditingkatkan. Saya selalu mencoba untuk rendah hati dan melihat sisi mana yang bisa diperbaiki lagi.”

Lebih lanjut lagi Lukaku merasa dirinya mendapat kritikan yang tidak adil dari publik sejauh ini. Apalagi mengingat pada laga melawan Liverpool kemarin, kritikan seharusnya ditujukan kepada permainan negatif United.

“Mengetahui bahwa kamu akan mencetak gol dan akan melewatkan kesempatan adalah kekuatan terbesar seorang striker. Namun ketika saya tak berhasil cetak gol, orang-orang bereaksi terlalu berlebihan. Masih ada banyak striker di liga yang melewatkan banyak peluang, tapi lagi-lagi saya yang diserang.”

“Saya tidak tahu kenapa, sepertinya ini standar yang dibentuk orang-orang. Namun saya ikhlas menerimanya sebagai sebuah fakta dan saya akan selalu menanggapinya dengan santai saja.” tutup Lukaku.

Sumber : The Guardian