“Rashford seharusnya pindah.”

“Saya pikir Rashford tidak memiliki masa depan di United.”

“Demi satu tempat di skuad Piala Dunia, saya sarankan dia untuk pindah.”

Itulah ungkapan-ungkapan yang diucapkan ketika membahas penampilan Marcus Rashford pada musim ini. Tidak sembarangan orang yang mengungkapkan pendapat tersebut karena kalimat-kalimat tersebut keluar dari mulut-mulut legenda macam Denis Wise, Frank Lampard, hingga Thierry Henry.

Apa yang keluar dari mulut mereka menyimpulkan satu hal kalau Marcus Rashford sudah tidak punya masa depan lagi bersama Iblis Merah. Lantas apakah ungkapan tersebut masuk akal hingga Rashford benar-benar harus pindah untuk menyelamatkan karirnya?

Sudah dua tahun berlalu kita melihat penampilan sensasional Rashford saat mencetak dua gol dalam debut gemilangnya ketika mengalahkan Midtjylland. Ia melanjutkannya kembali saat bermain pertama kali di liga melawan Arsenal. Di akhir musim, ia mengangkat Piala pertamanya dan diganjar satu tempat di tim nasional.

Musim ini adalah musim ketiga Rashford bermain di United. Di usianya yang baru memasuki 20 tahun, ia sudah 68 kali bermain di Premier League. Jumlah ini bisa dibilang sangat banyak untuk pemain-pemain seusianya. Hanya saja di musim ketiganya ini, karir Rashford lebih banyak dihiasi hambatan dan cemoohan alih-alih gol dari kakinya.

Dua tahun debut apiknya langsung terhapus saat dirinya disoraki pendukungnya sendiri saat United mengalahkan Spurs, Oktober lalu. Setelahnya, karir Rashford naik turun dan belum kembali menjadi pilihan utama Jose Mourinho sejak boxing day melawan Burnley. Padahal, sebelum musim 2017/2018 bergulir, Mou berharap di musim ketiganya ini Rashford bisa jauh lebih baik ketimbang musim sebelumnya.

“Musim lalu, orang-orang mengatakan kalau saya sulit memainkan Marcus. Tapi dia adalah pemain terbaik di tim ini. Dia mau belajar dan punya sikap yang hebat. Musim lalu dia tidak mencetak banyak gol dan kehilangan banyak peluang. Tapi, kami tau dia akan mencetak banyak gol dibanding musim lalu,” ujar Mou awal musim ini.

Sayangnya, ucapan Mou tersebut tidak bisa diwujudkan dengan baik oleh Rashford. Ia baru mencetak empat gol di Premier League. Konversi golnya pun makin memburuk setiap tahun. Mou semakin tidak senang ketika ia terlalu egois saat melawan Leicester, Derby, dan Burnley. Kritikan pun kembali datang dari sang manajer.

Konversi Gol Marcus Rashford di Premier League

Musim Tembakan Gol Konversi Gol
2015/2016 16 5 31,3%
2016/2017 44 5 11,4%
2017/2018 47 4 8,5%

 

“Dia adalah kebalikan dari Lingard. Jika Lingard gagal mencetak gol di latihan, dia akan membayarnya saat pertandingan. Rashford justru sebaliknya, dia bisa mencetak gol indah dalam latihan tapi di pertandingan bola akan membentur tiang atau diselamatkan kiper,” ujarnya.

Rashford memang sempat mencetak gol ketika mereka mengalahkan Yeovil. Hanya saja, gol itu tidak cukup meyakinkan kalau performanya sudah kembali. Ia bahkan mengalami cedera saat United bersiap melawan Huddersfield pekan lalu.

Rashford memang menjalani musim yang sulit di Old Trafford. Di saat ia kekurangan pesaing pasca cederanya Ibrahimovic, ia justru mendapatkan lawan berat lain dalam diri Romelu Lukaku. Belum selesai pertarungannya menghadapi Lukaku, ia langsung kehadiran pemain yang tidak kalah hebatnya dalam diri Alexis Sanchez yang menggusur tempatnya di sayap yang menjadi posisi alternatif dari Rashford.

Lantas kalau situasi sudah sesulit ini, apakah Rashford harus pindah dari Manchester United? Tidak juga. Di awal kedatangannya, seorang Cristiano Ronaldo pun banyak dicibir alih-alih dipuji. Ia kerap tidak disenangi penonton karena penampilannya yang terkesan egois. Namun, apakah CR7 pindah? Tidak juga. Ia justru memperbaiki kemampuan finishingnya dan perlahan mulai menjadi sumber gol United. Hal ini yang mungkin harus dilakukan Rashford alih-alih terjebak dalam situasi yang ia hadapi sekarang ini.

Jika melihat tabel di atas maka yang seharusnya dilakukan Rashford adalah memperbaiki sekaligus meningkatkan aspek penyelesaian akhirnya yang masih kurang. Namun, satu hal yang positif, jumlah tembakannya meningkat setiap musim yang menandakan kalau ia mulai berani mengambil keputusan.

Terlebih lagi, United sangat jarang memiliki striker subur yang berasal dari akademinya sendiri. Mark Hughes bisa dibilang adalah striker terbaik terakhir yang pernah diproduksi akademi United. Dan Rashford masih memiliki peluang tersebut. Karirnya jauh lebih baik ketimbang Danny Welbeck maupun Will Keane yang tidak berjodoh bersama United. Rashford dapat mengikuti jejak Mark Hughes apabila dirinya ingin memperbaiki performanya.

Menyalahkan posisi Rashford yang lebih sering dimainkan di posisi sayap pun sebenarnya kurang begitu beralasan. Musim lalu, ia bisa mencetak 11 gol di semua kompetisi dengan mayoritas diantaranya saat ia dimainkan di sayap kiri. Musim ini, jumlah golnya masih berada di angka 10 di semua kompetisi.

Masih ada peluang baginya untuk bisa mencetak beberapa gol lagi mengingat United masih berkompetisi di tiga ajang. Akan tetapi, musim ini memang bukan musim terbaik dari seorang Marcus Rashford. Hanya saja, mengambil keputusan untuk pindah dari United juga bukan keputusan bijak mengingat ia masih punya masa depan di kota Manchester.