Foto: Kick Off

Siapa yang masih ingat dengan Quinton Fortune? Ia adalah mantan pesepakbola yang cukup dikenal di ranah sepakbola Inggris. Namun ada hal yang cukup mengejutkan darinya. Meski ia tumbuh di Apartheid (sebuah daerah khusus kulit putih) Afrika Selatan, tapi ia pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya lantaran dilecehkan secara rasial oleh rekan setimnya sendiri.

Di sisi lain, mantan pemain internasional Afrika Selatan ini juga pernah menghabiskan tujuh tahun di Manchester United, dan sekarang ia menjadi asisten manajer U-23 mantan timnya itu. Tetapi sebelum menjadi pemain United, Fortune mengungkapkan bahwa ia sempat menderita pelecehan rasis dari seorang pemain Real Mallorca. Dan kejadian ini membuatnya benar-benar terpukul.

Singkat cerita, ternyata Fortune mengalami momen paling berat bagi hidupnya. Ia seolah dilecehkan sebagai manusia, dan membuatnya sampai berdoa agar segera lepas dari masalah yang menimpanya itu.

“Saya belum pernah membicarakan terkait hal ini ke banyak orang. Akan tetapi saya pernah merasakan titik terendah dalam hidup saya. Dan hal ini terjadi ketika saya masih bermain di Spanyol. Masalah ini bukan hanya menimpa saya sebagai pemain sepakbola, tetapi juga sebagai manusia,” ungkap Quinton Fortune dalam wawancara eksklusif dengan Sky Sports News.

“Waktu itu saya menandatangani kontrak dengan Atletico Madrid, dan mereka meminjamkan saya ke Mallorca. Rekan setim saya sendiri di sana melecehkan saya dalam latihan. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya masih berusia 17 atau 18 tahun. Jadi saya tidak tahu harus mengadu kepada siapa. Saya tidak bisa berbicara bahasa yang dia ucapkan. Terlebih lagi manajer tidak berkomunikasi dengan saya.”

“Saya punya tidak ada dukungan, saya hanya disuruh duduk di sisi lapangan. Saya tidak pernah berdoa begitu banyak sepanjang hidup saya hanya untuk menjauh dari klub itu. Saya yakin banyak pemain mengalami pengalaman yang lebih buruk. Tetapi bagi saya itu adalah titik terendah karena saya tidak punya ibu, ayah, saudara atau siapa pun untuk menjadi tempat bersandar.”

Dilansir dari Sky Sports, Quinton Fortune juga mengatakan jika pemain yang melecehkannya secara rasial adalah pemain yang cukup senior di Mallorca. Oleh sebab itu ia merasa semakin tertekan lantaran ditambah dengan statusnya yang masih sebagai pemain junior. Sudahlah junior, Fortune juga tidak punya siapapun yang bisa menjadi penolong atau setidaknya tempat bercerita terkait masalah yang dihadapi.

Namun untungnya, ia hanya semusim saja di Mallorca. Ia kemudian kembali ke Atletico Madrid dan melanjutkan tiga musim kariernya di sana. Eks gelandang yang bisa berposisi sebagai bek kiri tersebut bahkan merasa seperti keluar dari belenggu penderitaan ketika ia keluar dari Mallorca.

“Pemain ini adalah pemain senior dalam tim dan dia mengatakan semua hal yang tidak elok untuk diucapkan kepada saya. Beruntung bagi saya, saya akhirnya bisa keluar dari sana. Ketika saya kembali ke Madrid, saya sangat bahagia, karena saya untuk pertama kalinya keluar dari lingkungan itu,” tutur Fortune.

“Saya menjalin pertemanan yang sangat baik dengan rekan saya di Madrid, dan saya melanjutkan karier sepakbola saya di sana.  Sekali lagi, saya yakin mungkin banyak pemain lain yang mengalami lebih banyak penderitaan serupa, atau bahkan lebih parah. Tetapi intinya, mereka semua membutuhkan dukungan. Dan situasinya perlu diubah. Seperti melalui pendidikan misalnya.”

Curhatan Fortune ini sendiri keluar akibat didorong oleh pekerjaan yang sedang dilakukannya bersama klub-klub Premier League lainnya dalam mendukung gerakan Black Lives Matter. Ditambah lagi ia juga masuk ke dalam kegiatan kampanye #allredallequal yang dilakukan oleh Manchester United.

Kendati memang di satu sisi, masih banyak prioritas lain yang harus dilakukan oleh sepakbola Inggris. Seperti salah satunya adalah meningkatkan jumlah pelatih dan manajer kulit hitam di setiap kompetisi sepakbolanya. Karena Fortune juga saat ini sedang dalam proses mendapatkan lisensi pro kepelatihannya, dan itu semua dilakukannya guna mewujudkan “impian utamanya” menjadi manajer Manchester United.