Manchester United bisa dikatakan beruntung bisa menang melawan Bournemouth akhir pekan kemarin. Mereka setidaknya masih bisa membawa pulang tiga poin meski bermain tidak terlalu menarik. Sorotan tajam pun kembali mengarah kepada lini depan dan Anthony Martial menjadi aktor utamanya.

Sehari setelah kemenangan United di Vitality Stadium, Trending Topic Twitter pribadi saya memunculkan nama Martial dalam daftar teratas topik yang paling sering dibahas. Setelah saya klik, isinya sudah pasti bukan pujian atau semangat melainkan cercaan dan hujatan kepada penyerang asal Prancis ini.

Semua karena gestur sang pemain saat ia diganti oleh Wout Weghorst pada laga tersebut. Martial menunjukkan raut wajah yang tidak bahagia saat berjalan menuju keluar lapangan. Yang lebih menyebalkan lagi, Martial sempat ingin keluar dari stadion dan langsung menuju ruang ganti sebelum akhirnya Erik ten Hag memberi konfirmasi kalau Martial akhirnya mau kembali duduk di bangku cadangan dan menonton rekan-rekannya bertanding.

Sontak, reaksi ini sudah pasti membuat suporter United tambah sebel dengan mantan pemain AS Monaco ini. Banyak yang menganggap kalau Martial tentu tidak pantas menunjukkan muka seperti itu karena sekali lagi ia tampil mengecewakan. Meski Weghorst juga tidak banyak membantu, tapi itulah konsekuensi ketika ia tampil sangat buruk.

Semalam, lini depan United kembali amburadul. Termasuk Martial. Ia membuat tiga percobaan ke arah gawang Neto tapi tidak ada satu pun yang mengarah ke gawang. Bahkan tiga percobaannya pun tidak masuk dalam kategori peluang berbahaya. Dua tendangan membentur lawan dan satu tendangan melambung. Di sisi lain, Weghorst hanya punya satu kali kesempatan menendang dan itu mengarah ke gawang meski bisa ditepis oleh Neto.

Satu lagi penampilan buruk dari Martial membuat suporter United semakin hakul yakin kalau dia memang layak dijual pada akhir musim nanti. Disaat Rashford kembali mengalami cedera, Martial seharusnya bisa mengambil alih sebagai striker nomor sembilan. Sayangnya, ia sendiri yang tidak bisa memaksimalkan kesempatan itu.

Sejak pekan ke-29 Martial selalu mendapat menit main. Bahkan tiga dari empat laga terakhirnya selalu dimulai sebagai starter. Tapi apa daya, Martial hanya sanggup membuat satu gol yaitu ketika melawan Wolverhampton. Bahkan komentator pertandingan melawan Bournemouth menyebut kalau Martial sudah tiga tahun belum pernah bisa mencetak gol dalam dua laga beruntun di liga. Menandakan betapa buruknya konsistensi dia di atas rumput hijau.

Laga melawan Bournemouth tampak menjadi penegas kalau pintu keluar untuknya semakin terbuka lebar. Sejak direkrut pada 2015 tidak ada perkembangan yang bisa dibilang signifikan dari pemain kelahiran 1995 tersebut. Delapan musim bermain, Martial lebih banyak tidak konsistennya ketimbang konsisten membobol gawang lawan. Sisanya, diisi dengan banyaknya drama seperti rebutan nomor punggung sembilan, konflik dengan Jose Mourinho, dan peminjaman yang tidak membuahkan hasil di Sevilla.

Dulu, banyak yang menyebut kalau Martial tidak berkembang di United karena ia tidak ditempatkan di posisi favoritnya yaitu di nomor sembilan. Ia lebih sering dipaksakan bermain di sisi sayap. Namun, ketika ia diberi kesempatan main sebagai penyerang tengah, Martial lebih suka memaksakan diri memainkan bola dengan dribel yang kerap ia mulai dari sisi kiri. Inilah yang membuktikan kalau Martial tetap tidak akan berkembang mau itu dimainkan di sayap atau sebagai striker tengah.

Semalam, ada beberapa momen ketika Martial memilih berlari lurus dan bergerak ke kiri alih-alih membuka ruang dengan bermain melebar ke kanan. Padahal pemain tengah United butuh opsi untuk merancang peluang. Sayangnya, Martial yang berlari dari tengah justru memilih bergerak ke kiri alih-alih ke kanan yang menyediakan banyak sekali ruang terbuka.

Martial bisa dibilang pemain yang beruntung bisa bertahan delapan tahun. Kariernya selalu selamat meski diharapkan pindah dengan cepat. Disaat dia tidak konsisten bersama Mourinho, Ole datang dan membuat kariernya kembali pulih hingga diberi perpanjangan kontrak. Lalu ketika ia kembali tidak konsisten dan tampil ala kadarnya bersama Sevilla, Erik ten Hag memilih mempertahankannya dengan alasan ia ingin melihat permainannya di atas lapangan.

Namun melihat performanya pada musim ini, bisa dibilang karier Martial di United telah berakhir.