Sesi latihan Manchester United sebelum Covid-19 melanda. Foto: UtdReport

Pandemi virus Corona membuat beberapa turnamen sepakbola tidak bisa berjalan dengan normal. Beberapa diantaranya bahkan harus diundur atau dibatalkan seperti yang dilakukan oleh Liga Belanda dan Liga Prancis. Berbeda dengan Belanda dan Prancis, Inggris masih berusaha untuk bisa menyelesaikan Premier League musim 2019/2020 sebelum memasuki musim kompetisi 2020/2021.

Sebuah program dengan tajuk Project Restart digaungkan oleh otoritas Premier League agar kompetisi 2019/2020 bisa diselesaikan. Rencananya, 8 Juni menjadi tanggal dimulainya kembali Premier League dan ditargetkan bisa selesai pada akhir Juli mendatang. Pertemuan antar pemegang saham akan digelar pada Jumat (1/5) ini untuk memastikan jadi atau tidaknya program tersebut.

Total ada 92 pertandingan tersisa yang akan diselesaikan dalam kurun waktu satu bulan lebih sedikit. Premier League juga akan menggelar pertandingan tersebut tanpa penonton dan akan dilakukan di tempat yang menurut mereka aman.

Sky Sports dan BT Sports dikabarkan sudah siap untuk menyiarkan 47 laga dan 45 laga sisa lainnya akan menunggu hasil diskusi antara otoritas Premier League dengan pihak-pihak lainnya.

Munculnya project restart tentu menjadi angin segar bagi para penggemar yang sudah rindu melihat klub kesayangannya bertanding. Meski begitu, program ini jelas harus dipersiapkan secara matang mengingat ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar wacana menggelar pertandingan pada 8 Juni ini bisa terealisasi.

Otoritas Premier League harus menyesuaikan jadwal 92 pertandingan tersebut dengan beberapa turnamen lain seperti Piala FA dan kompetisi Eropa, izin pemerintah agar laga bisa digelar, memperhatikan kesehatan para pemain khususnya yang datang dari luar negeri, hingga mencari tempat bermain yang dirasa sangat aman.

“Secara pribadi saya sudah bicara dengan otoritas Premier League, dengan maksud agar sepakbola bisa berjalan lagi secepat mungkin untuk mendukung komunitas sepakbola. Tapi tentu saja langkah apa pun harus konsisten dengan panduan kesehatan publik, kata Sekretaris Digital, Budaya, Media, dan Olahraga dari Kementerian Olahraga Inggris, Oliver Bowden.

Otoritas Premier League juga membuat beberapa peraturan baru apabila Premier League bisa kembali digelar. Beberapa diantaranya adalah larangan meludah, pemain yang harus menggunakan masker saat berlatih, tidak boleh ada pijat kecuali disetujui dokter klub, pembersihan alat-alat seperti bola, cone, rompi GPS, bendera sepak pojok, tiang gawang, dan beberapa alat lainnya menggunakan disinfektan yang akan disemprot oleh staf dengan pakaian khusus. Selain itu, Premier League juga meminta klub untuk melakukan tes kepada para pemain dan ofisial setidaknya dua kali seminggu, tergantung keputusan pemerintah.

Manchester United Siap Kembali

Tidak hanya para penggemar yang merasa gembira, para pemain sudah pasti senang mendengar kalau mereka akan bertanding lagi dalam beberapa minggu ke depan. Beberapa kesebelasan bahkan sudah ada yang membuka kembali tempat latihan mereka dan sedang mengatur waktu kapan latihan intensif akan dimulai.

Manchester United menjadi salah satu tim yang sudah menetapkan tanggal bagi para pemainnya untuk kembali ke Carrington. Dengan asumsi kalau liga akan bermain pada 8 Juni, maka United meminta para pemainnya untuk hadir kembali ke pusat latihan pada 18 Mei.

Selain itu, Manchester United meminta para pemainnya yang pulang kampung ke luar Inggris untuk kembali pada 4 Mei mendatang. Hal ini agar si pemain bisa dikarantina lagi selama dua minggu sebelum kembali berlatih pada tanggal 18. Sergio Romero adalah salah satu pemain United yang memutuskan pulang kampung ke Argentina dan sudah pernah merasakan dua pekan dikarantina.

Akan tetapi, para pemain United juga tidak boleh sembarangan ketika melangkah masuk ke Carrington. Mereka harus menaati beberapa peraturan demi menjaga keselamatan satu sama lain. Para pemain harus pergi ke Carrington sendirian, berlatih hanya dalam kelompok-kelompok kecil, jangan berkumpul terlalu ramai, dan diminta untuk membersihkan diri di rumah. Selain itu, para pemain juga diminta untuk mencuci perlengkapan mereka sendiri karena fasilitas laundry masih ditutup.

Hal ini disambut baik oleh salah satu penggawa United, Scott McTominay. Selain punya peluang untuk kembali ke lapangan hijau. Peraturan baru yang akan mereka terapkan ini juga menjadi sarana untuk refleksi diri dan menghargai pekerjaan-pekerjaan yang dianggap remeh dalam dunia sepakbola.

“Anda sering mendengar kalau pemain Manchester United kerap mendapatkan kehidupan mewah dan orang-orangnya hanya bisa dimanja melalui makanan yang ada di kantin, dan perlengkapan Anda yang sudah disiapkan setiap pagi.”

“Pada momen inilah kamu harus ingat dari mana kamu berasal dan Anda harus selalu menghargai apa yang orang lain lakukan untukmu,” kata pemain asal Skotlandia ini.

Ketakutan Dari Segelintir Pemain

Sekilas, munculnya project restart ini menguntungkan bagi para penonton maupun para pemain yang bisa kembali menjalani aktivitas mereka menyaksikan dan menjalani pertandingan yang sudah kurang lebih enam pekan meninggalkan mereka. Akan tetapi, ada juga beberapa pihak yang mengaku keberatan dan menganggap kalau wacana ini terlalu dipaksakan.

Salah satu sumber dalam dari sebuah klub berkata kepada ESPN kalau ada beberapa pemain klub Premier League yang tidak nyaman dengan gagasan Premier League untuk kembali bermain pada 8 Juni dan menganggap kalau otoritas Premier League tidak serius dalam hal ini. Sumber dalam tersebut berkata kalau petinggi liga baru akan membatalkan kompetisi jika sudah ada kasus meninggal di kalangan insan sepakbola.

Selain itu, kekhawatiran juga melanda para pemain yang istrinya sedang dalam kondisi hamil. Mereka takut, setelah pertandingan akan menularkan virus tersebut kepada istrinya yang bisa berpengaruh terhadap calon anaknya.

Kekhawatiran yang mereka rasakan tentu sangat wajar mengingat hingga tulisan ini dibuat, Inggris berada pada urutan keenam negara dengan kasus Covid tertinggi di dunia dengan catatan 166.463 kasus. Angka kematian di sana mencapai 26.168 yang merupakan catatan tertinggi ketiga di seluruh dunia setelah Amerika Serikat dan Italia.

Hal ini yang mungkin menjadi penghalang bagi Premier League untuk bisa kembali melanjutkan roda kompetisi mengingat sejak awal April lalu, Inggris mengalami lonjakan kasus kematian penderita Covid-19.