Gelandang Chelsea, N’Golo Kante dianugerahi gelar PFA Player of the Year atau pemain terbaik Liga Inggris musim ini. Sementara itu, gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli, mendapatkan gelar pemain muda terbaik. Kedua pemain ini berperan penting dalam keberhasilan duo London tersebut di peringkat kedua dan ketiga Liga Inggris musim ini.

Bagi Kante, gelar ini dapat dikatakan sebagai penghargaan yang tertinggi sepanjang karirnya. Selama 2017 ini saja, pemain berusia 26 tahun tersebut bahkan sudah mengantungi empat penghargaan. Sebelum memenangi PFA Player of The Year, Kante terlebih dulu memenangi sebagai pemain terbaik di kota London beberapa bulan lalu. Dikutip dari akun twitternya @nglkante mantan pemain Caen ini mempersembahkan kemenangan ini kepada rekan setimnya.

“Sangat bangga menerima penghargaan ini. Luar biasa. Saya selalu mengatakan ini adalah kerja keras tim. Terima kasih teman-teman setim, dan semua fans Chelsea,” tulis Kante.

Dua musim terakhir memang dapat dikatakan sebagai musimnya Kante. Datang dengan label pemain kurang terkenal ke Leicester City di musim lalu. Pemain kelahiran Paris ini langsung menjelma sebagai sosok vital dari keberhasilan Si Rubah menjuarai Liga Primer musim lalu.

Musim lalu saja ia mampu menjadi pemain yang memiliki jumlah tekel terbanyak di liga dengan 125 tekel sukses. Ia bahkan bisa mencetak sejarah sebagai pemain yang bisa menjuarai Liga Inggris dua kali berturut-turut dengan dua tim berbeda.*

Ketika hijrah ke Chelsea di awal musim ini, peran Kante pun perlahan-lahan sedikit berubah. Jika di Leicester ia berfokus dalam soal pertahanan, bersama Chelsea ia sudah mulai aktif untuk membantu timnya melakukan serangan.

Seperti dikutip dari Squawka, di musim ini saja jumlah umpan ke lini depannya jauh lebih banyak dibanding musim lalu yaitu 1196 umpan berbanding 906. Selain itu ia pun memenangi 74% dribel sukses dibanding musim lalu yang hanya 58%. Meski di beberapa aspek pertahanan angkanya cenderung menurun namun hal itu terbilang wajar mengingat di Chelsea peran menggalang lini pertahanan bisa dilakukan secara bergantian baik oleh Kante maupun Nemanja Matic.

Sementara itu selepas dikalahkan Chelsea 2-4, Dele Alli dinobatkan sebagai pemain muda terbaik. Ali mempertahankan gelar yang di musim sebelumnya juga ia raih. Ia juga menyingkirkan beberapa pemain lain seperti rekan setimnya Harry Kane, Romelu Lukaku, Jordan Pickford, Leroy Sane, dan Michael Keane. Mantan pemain MK Dons ini juga menjadi pemain keempat mampu yang meraih gelar tersebut dua kali beruntun setelah Wayne Rooney, Robbie Fowler, dan Ryan Giggs, beberapa tahun silam.

Seperti dikutip dari Sky Sports, Alli mengatakan, “Saya tentu saja bangga atas pencapaiannya ini. Apalagi saya melakukannya dua kali beruntun. Namun saya tetap harus bekerja keras dan tetap meningkatkan kemampuan saya,” tutur Alli.

Permainan Alli sendiri juga jauh meningkat dibanding musim lalu. Ia sudah berkontribusi dalam 21 gol yang telah dibuatnya di Spurs (16 gol dan lima asis). Bandingkan dengan musim lalu yang hanya berkontribusi dalam 19 gol (10 gol dan sembilan asis). Meski baru menjalani 31 pertandingan namun ia mampu membuat 39 kali dribel sukses dibandingkan dengan 30 kali dribel sukses dalam 33 pertandingan musim 2015/2016.

Selain Kante dan Alli, PFA juga memberikan penghargaan lain kepada para pesepakbolaperempuan. Pemain Manchester City, Lucy Bronze, menjadi yang terbaik di kategori ini. Ini merupakan penghargaan kedua bagi Bronze setelah tahun 2014. Sementara itu Jess Carter menjadi pemain muda perempuan terbaik. Selain itu PFA juga memberikan penghargaan kepada insan berpengaruh berupa Merit Awards. Dan musim ini penghargaan tersebut jatuh kepada legenda Manchester United, David Beckham.

*Mark Schwarzer sebenarnya pernah menjadi pemain yang mampu meraih gelar juara Premier League secara beruntun dengan dua tim berbeda. Ia melakukannya bersama Chelsea musim 2014/2015 dan Leicester City semusim kemudian. Namun ia tidak mendapatkan medali juara liga dikarenakan jumlah permainannya yang tidak mencapai batas minimal yaitu lima laga.