Foto: Oranews.tv

Paul Ince tampaknya ingin menjadi tokoh antagonis diantara para pundit-pundit eks Manchester United lainnya.

***

Pra-musim Manchester United pada 2019 ini berjalan dengan baik. Dalam tiga pertandingan yang sudah dijalani, Setan Merah selalu mengakhiri pertandingan dengan kemenangan dan tidak kebobolan. Meski masih sebatas uji coba, namun hasil ini adalah peningkatan dari tahun sebelumnya ketika United hanya meraih satu kemenangan.

Dalam pra-musim kali ini, Ole Gunnar Solskjaer menekankan pentingnya lini depan United untuk bergerak lebih cair. Hal ini semata-mata demi mengacaukan lini belakang lawan sekaligus mengakomodasi taktik pressing yang ditekankan manajer berkebangsaan Norwegia tersebut.

Terlihat dalam beberapa pertandingan, pertukaran ini terjadi. Pada laga melawan Perth Glory, Daniel James kerap bertukar-tukar posisi dengan Tahith Chong. Lalu pada pertandingan melawan Inter Milan, giliran Rashford dan Martial yang menjalankan peran ini.

“Buat saya, sangat luar biasa memiliki dua orang pemain yang bisa saling bertukar posisi. Menurut saya, kita tidak bisa membatasi mereka untuk bermain pada satu posisi saja. Kami punya Marcus (Rashford) di lini depan. Terkadang dia bisa bermain melebar ke kiri, begitu juga Martial. Keduanya bisa bermain sebagai nomor sembilan dan 11, atau duet sembilan dan 10,” tuturnya.

Skema ini terbilang cukup menarik karena akan membuat lini belakang lawan kesulitan untuk mengawal kedua pemain tersebut. Liverpool adalah salah satu contoh kesebelasan dengan lini depan yang selalu cair di setiap pertandingan. Trio Salah-Mane-Firmino kerap berada di seluruh posisi di lini depan dan mencetak gol dari mana saja. Inilah yang mungkin ditiru oleh Solskjaer.

Akan tetapi, taktik Ole ini dipandang miring oleh beberapa orang. Salah satunya adalah Paul Ince. Mantan gelandang United ini merasa kalau taktik ini tidak akan berjalan dengan baik. Alasannya sederhana yaitu performa para pemain depan United yang kerap tidak konsisten sepanjang musim lalu.

“Anda berbicara tentang bermain dengan cara front three (tiga pemain depan) dengan front front lainnya. Biasanya taktik seperti ini akan berguna dengan Romelu Lukaku. Namun nampaknya dia akan pergi ke Inter Milan,” tuturnya kepada BBC Radio 5.

“Anda lalu memiliki Marcus Rashford, yang musim lalu hanya mencetak 11 gol dan justru mendapat kontrak baru. Lalu ada Jesse Lingard yang musim lalu juga sama tidak konsistennya. Selain itu, ada Alexis Sanchez. United tidak mendapatkan apa-apa dari dirinya.”

“Seperti halnya kita berbicara tentang Maguire yang akan menggantikan Chris Smalling, maka kita juga harus melihat siapa yang akan bermain di lini depan. Kita harus memperhatikan itu karena lini depan United diisi pemain-pemain yang tumpul,” tuturnya.

Kritikan pedas lainnya mengarah kepada Anthony Martial. Jika Solskjaer dengan percaya diri menyebut kalau pemain Prancis ini akan menjadi “Anthony Martial yang baru”, Ince justru menyebut kalau mantan pemain AS Monaco ini tampil layaknya minuman bersoda yang hanya memberi sensasi sesaat.

“Cara menyerang mereka bagus, tapi kualitas mereka tidak hebat. Martial, dia seperti minuman bersoda. Hanya muncul sesekali, hanya hebat sesekali, lalu berikutnya dia tidak lagi menjadi pemain hebat. Anda tidak pernah tahu apa yang Anda dapatkan dari dirinya.”

“Martial punya segudang kemampuan tetapi dia sepertinya tidak terlalu menikmati bermain bersama United yang merupakan salah satu klub terbesar di dunia, dia terlihat tidak sedang menikmati sepakbola. Dia adalah sebuah teka-teki,” ujar Ince.

Untuk memperkuat lini depan mereka, United sendiri dirumorkan akan menambah satu lagi pemain depan dalam diri Nicolas Pepe. Pemain enerjik yang bermain untuk Lille ini diproyeksikan sebagai penyerang sayap kanan untuk mengakomodasi pola 4-2-3-1 yang akan dipakai. Namun untuk saat ini, United lebih memusatkan perhatian mereka untuk mendatangkan Harry Maguire.

Segala kritikan ini tentu harus dijawab oleh pasukan Solskjaer sepanjang musim ini. Mereka sudah pasti tidak ingin dicap sebagai pemain biasa-biasa saja mengingat mereka semua punya potensi untuk menjadi pemain hebat. Laga melawan Chelsea pada pekan pertama Premier League menjadi pembuktian bagi Ince kalau kualitas para pemain depan United tidak seperti yang dia bayangkan.