Manchester United tidak terkalahkan dalam 11 pertandingan terakhir mereka, dan tampaknya hal ini merupakan sebuah awal perubahan di tim utama Setan Merah. Ole Gunnar Solskjaer pasti merasa senang ketika melihatnya. Bagaimana tidak, ia seolah telah meletakkan cetak birunya di tim United saat ia terus mengadopsi filosofi permainannya sendiri selama ini.

Seperti yang bisa dilihat, Solskjaer kerap tertarik untuk membangun sisi taktik yang mampu mendominasi permainan lebih sering daripada lawannya. Tujuannya adalah agar United dapat mengendalikan permainan dan mengendalikan kepemilikan bola. Gambaran inilah yang telah dilakukan pasukan Setan Merah selama 11 pertandingan terakhirnya.

Penambahan Bruno Fernandes dan Odion Ighalo ke dalam skuat utama juga telah membantu menjadikan United lebih kompeten dalam kepemilikan bola. Dan tidak menuntut kemungkinan, saat Solskjaer mendapatkan lebih banyak jendela transfer, tim asuhannya akan jauh lebih kuat lagi. Bahkan mungkin, hasil dari visi jangka panjangnya akan mulai terbukti jelas.

“Saya akan selalu menuntut bahwa ketika kami mendapatkan bola, kami akan berusaha memanfaatkannya sebaik-baiknya. Kami harus terus maju, menyerang, dan jadilah tim sepakbola seperti itu. Waktu tim seperti City menyulitkan kami, kami berhasil melakukannya. Tapi tentu saja, jika mereka membiarkan kami memiliki kepemilikan bola 70 persen, saya akan menerimanya,” ujar Solskjaer dikutip dari MEN Sports.

“Tidak akan ada tim lawan yang membiarkan Anda menguasai mereka. Tetapi ada banyak tim lain yang akan membiarkan Anda memiliki kepemilikan bola 70 persen. Kami mendapatkan pemain yang bisa memainkan gaya itu. Misalnya, Anda dapat melihat Odion, dia adalah striker dengan gaya terbaik yang bisa melakukannya.”

Butuh waktu yang lama memang bagi Solskjaer agar ia bisa menerapkan filosofi permainannya di musim ini. Bayangkan saja, United sempat hanya memenangkan satu dari 12 pertandingan Premier League pertamanya. Padahal, mereka memiliki lebih banyak penguasaan bola daripada lawan. Tetapi anehnya mereka malah memenangkan lima dari enam pertandingan ketika mereka kalah dalam penguasaan bola.

Meskipun begitu, United sempat disematkan sebagai tim dengan filosofi serangan balik cepat dalam membobol gawang lawan mereka di musim ini. Pasukan The Red Devils seolah menjadi ancaman utama pada aspek ini. Dan sekarang, kualitas United (dalam filosofi serangan balik) sudah berhasil diperkuat dengan filosofi penguasaan bola yang mempuni.

Menyikapi hal ini, Ole Gunnar Solskjaer kemudian berharap jika momentum mengesankan (dari aspek filosofi permainan) ini tidak hilang selama jeda coronavirus. Karena ketika aksi momentum ini terus berlanjut, ia sangat yakin klau United akan menjadi tim yang sangat susah untuk dikalahkan.

“Tentu saja saya berharap agar momentum ini terus berlanjut. Sekarang kami sedang membentuk tim yang lebih baik dalam bentuk yang selama ini diinginkan. Tentu saja kami akan mewarisi tim yang kuat, tim yang memiliki banyak potensi, dan tim yang solid. Walaupun saya akui, bahwa kami masih memiliki kekurangan,” pungkas Solskjaer.

“Tapi kami telah bekerja bersama sepanjang musim ini. Kami bekerja melalui masa-masa sulit dan kami siap untuk memulai. Kami tidak senang dengan 11 pertandingan tak terkalahkan, jika pada akhirnya kami tidak bisa melanjutkannya. Karena saya tidak berpikir dalam 11 pertandingan mampu menaikan mentalitas kami. Kami harus terus menang di laga berikutnya.”

Di sisi lain, Ole Gunnar Solskjaer adalah pelatih yang selalu mendapat banyak kritik selama musim ini. Apalagi setelah ia membawa United berada di posisi terendah. Namun meskipun begitu, menurut MEN Sports Solskjaer tidak pernah merasa frustrasi terhadap apapun yang menghalanginya. Alih-alih furstasi, yang ada pria asal Norwegia tersebut malah semakin percaya pada kemampuan rencana dan kontribusi para pemainnya.

“Saya cukup yakin pada diri saya sendiri untuk tidak lepas dari apa yang sudah saya rencanakan. Tidak perlu khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain. Mengapa saya harus memusatkan perhatian pada hal itu? Dan mengapa saya harus mulai berbicara tentang mereka kepada diri saya sendiri? Itu bukan karakter saya,“ tutur Solskjaer.

“Saya harap saya tidak akan pernah mencapai titik frustasi. Saya hanya ingin para pemain berada di luar sana, mengekspresikan diri mereka, dan bermain sepakbola dengan cara yang mereka inginkan. Saya, Michael Carrick, Kieran McKenna, dan Mick Phelan ingin mereka fokus bermain. Jadi saya tidak akan terganggu oleh (kritikan-kritikan) itu.”