Foto: Express

Ed Woodward is a wanker, is a wanker

Gonna die, Gonna die, Ed Woodward he’s gonna die

Build a bonfire, build a bonfire

Put the glazers on top, put Ed Woodward in the middle and

We’ll burn the f*cking lot

Itulah tiga dari beberapa chant yang terdengar di stadion Old Trafford pada pertandingan Manchester United melawan Norwich City pekan lalu. Dari liriknya saja, kita semua sudah tahu untuk siapa nyanyian tersebut diarahkan.

Jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst, mengaku tidak menyangka kalau nyanyian untuk Ed Woodward dan manajemen United terdengar sangat lantang dan durasinya cukup panjang. Nyayian provokatif tersebut baru berhenti ketika Mason Greenwood sukses mencetak gol keempat yang mengubah suara pedas mereka menjadi sorakan kebahagiaan.

Akun Twitter @RedDevilBible mempertanyakan kelayakan chant tersebut. Yang paling disoroti jelas pemilihan katanya. Seperti pada chant kedua yang memiliki arti kalau penggemar United mendoakan Ed Woodward untuk secepatnya minggat dari kehidupan alias mati, atau pada chant terakhir yang bercerita tentang penggemar United yang sedang membuat api unggun untuk membakan Woodward dan keluarga Glazer.

Kelayakan chant tersebut memang patut dipertanyakan mengingat pemilihan katanya terkesan vulgar dan provokatif, sedangkan banyak anak-anak yang menyaksikan pertandingan tersebut. Namun di sisi lain, chant tersebut seolah sebagai titik kulminasi kekesalan penggemar United terhadap dua orang yang dianggap merusak citra klub dengan aktivitasnya di balik layar.

Baru-baru ini beredar kabar kalau Ed Woodward mendapatkan gaji sebesar 3,1 juta pounds per tahun. Angka yang dianggap cukup besar jika melihat dari anggapan suporter yang merasa kalau klub tidak berkembang saat ia menjabat sebagai wakil ketua eksekutif Manchester United. Meski gaji Woodward sudah turun 1 juta pounds, angka ini ternyata masih menjadi yang terbanyak dibanding direktur klub lainnya pada Premier League musim ini.

Apa yang dilakukan penggemar United kemarin merupakan aksi lanjutan dari serangkaian aksi anti Glazer yang pernah mereka lakukan beberapa tahun sebelumnya. Aksi paling signifikan terakhir terjadi ketika United menyanyikan lagu “Jose’s right, the board is shit” dan menerbangkan pesawat yang membawa spanduk “Ed Woodward, specialist failure” pada pertandingan melawan Burnley musim lalu.

Ungkapan Klise Solskjaer

Aksi penggemar United ini kemudian mendapat tanggapan dari manajer United, Ole Gunnar Solskjaer. Dia ditodong terkait peristiwa tersebut pada jumpa wartawan setelah pertandingan. Wajar jika Ole dimintai tanggapan mengingat manajer adalah orang yang bekerja jauh lebih sering dengan sosok dewan eksekutif di setiap kesebelasan. Di United misalnya, persoalan transfer pemain harus didiskusikan oleh kedua orang ini.

Ole bukannya tidak mendengar. Ia mengaku mendengar nyanyian provokatif tersebut. Namun ia tidak punya hak apa pun. Ia hanya bisa meminta para penggemarnya untuk tetap bersatu atau dengan kata lain menyerahkan segala aktivitas klub kepada sosok Woodward.

“Saya tidak yakin apakah para pemain mendapat chant tersebut, tetapi saya memang mendengarnya. Yang bisa saya katakan adalah sebagai klub, kami hanya harus tetap bersatu. Kami harus tetap bersatu karena kami semua adalah keluarga,” ujar Ole.

“Saya hanya bisa mengatakan kalau sejak saya di sini saya didukung oleh pemilik. Saya didukung oleh Ed Woodward dan mereka juga mendukung saya. Jadi bagi saya pribadi, saya ingin memastikan kalau mereka semua (suporter dan manajemen) tetap bersatu.”

“Kami masih bermain di semua kompetisi, kami juga masih berada di peringkat kelima, dan kami sedang berada dalam jalur memperbaiki posisi dari musim lalu. Mereka (suporter) percaya dan yakin kalau kami sudah melakukan banyak hal baik di balik layar. Kami sedang berada ke arah yang benar. Lihatlah pemain yang bermain hari ini, sikap dan kerja keras mereka adalah inti dari kelompok pemain ini yang akan maju,” tuturnya menambahkan.

Ungkapan Solskjaer ini jelas membuat penggemar United yang lain mejadi berang. Ketika mereka sedang bergembira dengan kemenangan 4-0 yang baru diraih, mood mereka kembali berubah ketika kembali mendengar ocehan Solskjaer yang terkesan mendukung manajemen United.

Apalagi ketika penggemar United kembali mengungkit-ungkit kejadian 2005 lalu. Saat itu, Solskjaer berdiri dan mengambil sikap dengan menentang masuknya keluarga Glazer untuk mengambil alih klub dan berpihak kepada suporter. Tentu saja mereka berang ketika 15 tahun kemudian, Solskjaer tampak menjadi boneka dari Glazer dan juga Woodward.

“Saya terhormat. Penting bagi klub untuk berada di tangan yang tepat. Saya berpihak kepada suporter dan berpikir kalau klub sudah berada di tangan yang baik seperti sekarang ini. Saya sendiri penggemar United dan hanya menginginkan yang terbaik untuk masa depan,” ujarnya ketika itu.

Memaklumi Ungkapan Klise Solskjaer

Manajemen sudah menjadi musuh abadi bagi para pendukung Setan Merah. Meski dicecar oleh orang-orang yang menganggap kalau aksi ini didorong dengan keengganan para penggemar menjalani proses, namun kebencian mereka kepada dua sosok tersebut (keluarga Glazer dan Woodward) tidak pernah padam. Kalau perlu api permusuhan semakin dibesarkan agar mereka bisa cepat hengkang dari Old Trafford.

Namun, mengharapkan Ole untuk kembali berdiri di pihak suporter layaknya pada tahun 2005 jelas sangat tidak memungkinkan. 20 tahun yang lalu, Ole hanya seorang pemain sepakbola. Urusan dibalik layar klub menjadi tanggung jawab Sir Alex Ferguson dan keluarga Glazer yang saat itu baru datang.

Jika Ole mendadak dengan santainya mengakui kalau ia mendukung chant tersebut, bukan tidak mungkin ia yang nantinya akan terkena masalah. Pemecatan di tengah jalan, atau transfer yang tidak akan dituruti mungkin akan dilakukan oleh Woodward jika ia berani ikut bersuara. Wajar jika ia kemudian memilih mengeluarkan komentar bernada diplomatis untuk berjaga-jaga agar kontrak tiga musimnya tidak diputus di tengah jalan. Beda ceritanya jika Ole tidak menjabat sebagai manajer MU. Ia pasti akan berkomentar sesuka hatinya karena ia tidak terkait dengan struktur internal tim.

Lagipula, manajer-manajer United sebelum Ole juga pernah melakukan tindakan serupa. Saat pesawat yang membawa spanduk “Ed Woodward, specialist failure” terbang di atas kandang Burnley, ia mengaku kalau tidak melihat pesawat tersebut.

“Saya tidak memandang ke langit saat pertandingan. Kecuali kalau saya meminta tolong kepada Tuhan untuk memberi saya bantuan. Saya tidak melihat adanya pesawat apa pun karena hari ini Ed menang dengan skor 2-0,” ujarnya.

Bahkan ketika LVG gagal mendapatkan Pedro Rodriguez dan Nicolas Otamendi manajer asa Belanda ini berdiri tegak di samping Woodward dan balik menuduh media-media yang saat itu menghakimi sang wakil dewan eksekutif karena tidak bisa memenuhi keinginan si pelatih.

“Mungkin Anda ingin membuat saya berjauhan dengan Woodward. Saya percaya padanya. Saya rasa para penggemar tidak harus meragukan kapasitas Woodward karena dia sudah terbukti selama bertahun-tahun. Ia adalah orang yang tepat di tempat yang tepat,” ujarnya memuji setinggi langit.

Baik Mourinho dan Van Gaal baru menyerang Woodward ketika keduanya sudah tidak lagi bersentuhan. Sewaktu mereka masih menjadi manajer, Mou dan LVG jelas harus bekerja bersama demi membawa Manchester United ke arah yang lebih baik lagi. Mereka jelas tidak ingin komentar secara frontal saat masih terikat kontrak karena wewenang memecat melatih ada di tangan Woodward dan keluarga Glazer sehingga keduanya harus berhati-hati dalam mengeluarkan komentar. Bahkan Mourinho rela menerima klausul untuk tidak boleh berbicara apa saja tentang United jika ia dipecat.

Banyak yang memberikan apresiasi kepada langkah penggemar United untuk mengeluarkan nyanyian bernada kebencian terhadap Woodward tersebut. Setidaknya masih ada yang konsisten untuk menjadikan manajemen sebagai kambing hitam klub terlepas manajer juga seringkali menjadi sasaran. Namun, mereka jelas tidak bisa berharap terlalu lebih kalau Solskjaer akan menjatuhkan Woodward karena itu berkaitan dengan masa depannya. Lebih baik ia dicap sebagai “boneka Woodward” atau “Yes Man” alih-alih kehilangan pekerjaan di tengah jalan.

“Saya tidak akan melindungi diri sendiri. Saya melakukan ini demi klub. Ini adalah Manchester United dan dalam kata Manchester tidak ada ‘I’ atau saya. Saya bekerja untuk Manchester United dan bukan bekerja untuk saya,”tuturnya.