Laga Manchester United melawan West Bromwich Albion pekan lalu menjadi debut bagi salah satu mantan pemain United, Nemanja Vidic. Akan tetapi, debut Vida tidak berlangsung di hamparan rumput stadion Old Trafford melainkan di studio televisi Sky Sports. Pekan lalu, Vida ditemani Thierry Henry menjadi pundit dalam tajuk Super Sunday.

Sayangnya, debut pundit Vida berakhir dengan pemandangan yang tidak mengenakkan. Mantan klubnya di luar dugaan takluk 0-1 yang membuat sang tetangga, Manchester City, meresmikan titel Premier League ketiga mereka sepanjang sejarah.

Mantan penggawa United dalam rentang waktu 2006 hingga 2014 tersebut turut memberikan pandangannya pasca pertandingan. Ia mengkritik kekalahan United disebabkan para pemainnya yang lambat dalam membuka ruang dan terlalu lama menyentuh bola sehingga membuat tempo menjadi lambat.

“Hari ini mereka tidak menunjukkan apa yang kami harapkan yaitu adanya energi di depan yang meledak-ledak. Bagi saya sangat mengecewakan melihat permainan mereka karena temponya terlalu lambat. Itulah yang menjadi kekhawatiran saya. Saya ingin melihat mereka bermain lebih cepat terutama ketika menguasai bola. Masalah mereka ketika melawan tim yang lebih kecil adalah terlalu seringnya mereka menyentuh bola,” ujar Vida dilansir dari Sky Sports.

Apa yang diucapkan oleh mantan pemain Serbia ini memang beralasan. Dalam pertandingan kemarin, United lebih dari 700 kali menyentuh bola namun hanya melepaskan empat tembakan ke gawang. Bandingkan dengan WBA yang hanya membutuhkan 300 sentuhan untuk membuat jumlah peluang yang sama. Dari angka tersebut, 25 diantaranya bahkan membuat Setan Merah kehilangan penguasaan bola.

Selain itu, yang menjadi catatan Vida dalam pertandingan kemarin adalah tidak adanya determinasi yang ditunjukkan para pemain di atas lapangan. Ketika temannya menguasai bola, para pemain United begitu lambat untuk membuka ruang yang akhirnya membuat serangan mereka gampang dipatahkan.

Beberapa kali terlihat ketika salah satu di antara Paul Pogba atau Alexis Sanchez menguasai bola, para pemain kebanyakan diam di tempat dan lebih banyak menunggu alih-alih lari membuka ruang. Terlihat tidak adanya determinasi dan hasrat untuk meraih kemenangan.

Sebaliknya, ketika dalam situasi sepak pojok koordinasi lini belakang United begitu amburadul yang membuat Jay Rodriguez terbebas untuk menyundul bola. Sebuah hasil yang membuat Vidic kecewa debutnya sebagai pundit ditandai dengan kekalahan mantan timnya.

“Mereka punya tim yang bagus, pemain yang bagus, tetapi terkadang saya pikir para pemain harus menunjukkan keinginan, energi, dan berlari lebih banyak dari tim lawannya. Mereka tidak bergerak dengan baik tanpa bola, mereka juga tidak cepat melakukan serangan. Para pemain tidak bermain seperti yang mereka inginkan. Saya sedih melihat United kalah dari kesebelasan yang hanya menang tiga kali sepanjang musim,” tuturnya menambahkan.

Selain mengkritik taktik United, Vida juga mengkritik sikap mental beberapa pemain United. Meski tidak menunjuk siapa yang menjadi sasaran kritik, namun ia meminta untuk para pemain agar tampil serius dan konsisten di setiap pertandingannya.

“Ada masalah dari mentalitas para pemain. Saya tahu para pemain menganggap pertandingan itu harus dimenangkan dan penting tapi ada yang salah dari mentalitas mereka. Akan selalu ada harapan tinggi dalam kubu United dan hasil seri maupun kalah tidak bisa diterima.”

“Saya teringat ketika memenangi Liga Champions 2008 dan kami hanya punya waktu dua jam untuk merayakannya. Setelah itu, kami langsung berlibur ke tempat liburan yang dipilih masing-masing pemain sementara manajer langsung berpikir “Siapa yang akan kami datangkan musim berikutnya untuk bersaing?” ujarnya.