Foto: Ronaldo.com

Sempat mengejutkan dan memberi harapan baru bagi perjalanan Manchester United musim ini, namun Daniel James tampak mulai kehabisan bensin dalam beberapa pertandingan terakhir.

Ada anekdot yang beredar di dunia maya terkait performa Daniel James yang berbunyi: “Daniel James adalah salah satu top skor United untuk sektor gelandang, dan gol terakhirnya dibuat pada bulan Agustus.”  Sebuah jokes yang kemudian bisa bermakna ganda. Torehan tiga gol menandakan kalau James cukup bagus dibanding gelandang United lainnya. Namun, gol terakhirnya dibuat pada bulan Agustus yang menandakan betapa minimnya kontribusi pemain asal Wales ini pada bulan-bulan selanjutnya.

Kedatangan James saat itu menimbulkan gairah bagi para pendukung United. Ia dinilai sebagai sebuah awal dari revolusi klub yang tidak akan lagi sembarangan mengeluarkan uang banyak untuk membeli pemain. Mereka ingin balik ke khitah mereka yang dulu yaitu membeli pemain murah lalu dikembangan menjadi pemain kelas dunia untuk dibentuk menjadi seorang legenda. Untuk itu mereka merekrut James.

Di sisi lain, James mendapat lompatan karier yang begitu besar dalam hidupnya. Sebelum pindah ke United, ia sebenarnya sudah resmi diperkenalkan sebagai penggawa Leeds United dan telah menjalani sesi foto sambil memegang kostum The Whites pada Januari 2019 lalu. Akan tetapi, transfer itu gagal dan membuat James dikembalikan lagi ke Swansea City. Disinilah United mengambil kesempatan dan merekrutnya hanya dengan uang 15 juta Pounds.

Kegairahan para pendukung United cukup beralasan. James dianggap sebagai kepingan puzzle yang hilang dari lemahnya serangan United khususnya di sisi kanan. Sebelum James datang, posisi itu kerap menimbulkan masalah karena tidak ada pemain yang cakap untuk bisa mengisi posisi tersebut. Juan Mata, Jesse Lingard, Marcus Rashford, Anthony Martial, Diogo Dalot, hingga Andreas Pereira bergantian mengisi posisi tersebut namun tidak ada satu pun yang piawai mengisi posisi tersebut.

Oleh karena itu, kedatangan James mendapat sambutan positif. Apalagi ia dibekali dengan kemampuan bermain di dua sisi sayap. Baik kiri maupun kanan sama baiknya. Yang paling disukai, James punya kecepatan di atas rata-rata. Dia juga beberapa kali disandingkan dengan Ryan Giggs yang sama-sama mengandalkan kecepatan. Atribut ini yang semakin membuat penggemar meriah tiap melihat James bermain.

Musim berjalan, saat itu pula James menunjukkan daya ledaknya. Empat laga berjalan, ia mencetak tiga gol. Torehan yang membuatnya sejajar dengan Dwight Yorke dan Marcus Rashford. Hanya Robin van Persie dan Zlatan Ibrahimovic yang bisa mencetak empat gol beruntun dari empat laga awal. Gol debut ke gawang Chelsea terbilang cukup spesial karena dibuat hanya tujuh menit setelah ia menggantikan Andreas Pereira. Bahkan kalau rekan setimnya tidak membuat kesalahan, maka James menjadi penyelamat melalui golnya ketika melawan Crystal Palace dan Southampton.

Catatan yang menunjukkan kalau ia bisa beradaptasi dengan cepat. Peralihan dari Swansea ke Man United tampak tidak membebaninya sama sekali. Sebaliknya, membuat penampilannya semakin meningkat. Tidak hanya itu, ia juga sangat efektif dalam memaksimalkan peluang. Tiga gol datang dari tiga tembakan ke gawang yang dilakukan.

“Dia datang ke sini dan langsung membuat dampak sejak hari pertama sesi latihan. Dia melakukan recovery ball beberapa kali, merebut bola beberapa kali, maju ke depan, dan beberapa hal lain. Kami tahu kualitasnya seperti apa. Dia beberapa kali membuat tendangan yang bagus. Dia menciptakan ruang bagi pemain lain dan dia memberikan dampak yang luar biasa bagi tim ini,” kata Solskjaer.

James tidak dituntut untuk terus mencetak gol. Akan tetapi, ia dituntut untuk bisa menjadi penyalur bola-bola enak kepada penyerang United dengan umpannya yang akurat dari sisi sayap. Dengan kecepatannya, ia memudahkan Ole untuk menjalankan strategi melalui serangan balik. Lawan gagal melakukan serangan, maka siap-siap bola akan dikirimkan ke James melalui umpan daerah yang akan ia kejar untuk kemudian sebisa mungkin dikonversikan menjadi asis.

Kecepatan larinya akan sangat merugikan bagi pemain lawan karena mereka tidak akan segan untuk melepaskan tekel-tekel keras untuk mematikan pergerakannya. Jika James berhasil melewatinya, maka kiamat bagi lini pertahanan lawan. Sekarang, ia sudah memiliki enam asis di Premier League dan sejajar dengan Sadio Mane, Mohamed Salah, Andy Robertson, dan sedikit lebih baik dari Willian, Felipe Anderson, dan Bernardo Silva yang merupakan jajaran pemberi umpan terbaik di Premier League.

Namun, performa James justru melempem memasuki pergantian tahun. Nol gol dan nol asis adalah torehan penggawa Wales ini ketika kalender berganti ke tahun 2020. Tidak hanya di Premier League, kontribusi nihilnya tersebut terjadi di semua kompetisi. Ia tidak bisa berbuat banyak dalam sembilan kesempatan yang diberikan oleh Ole Gunnar Solskjaer.

Bahkan jika ditarik dari awal bulan November, kontribusi James juga bisa dibilang tidak terlalu istimewa. Dari 18 pertandingan yang dimainkan di semua kompetisi, hanya empat asis yang bisa dibuat. Untuk berkontribusi dalam satu serangan yang menghasilkan gol atau asis, James butuh empat sampat lima laga. Indikasi kalau James mulai kehabisan bensin kini sudah terlihat.

Hal ini menunjukkan kalau James masih terjebak dalam masalah klasik yaitu inkonsistensi. Bisa dibilang, ini adalah masalah klasik dari seorang pemain sepakbola yang baru menjalani musim pertamanya di sebuah kesebelasan besar. Apalagi James datang dari Swansea yang tekanannya tidak sebesar United. Tuntutan untuk terus berkontribusi secara tidak langsung membuatnya menjadi lelah baik dari segi fisik dan mental yang kemudian merambat ke permainannya di atas lapangan.

Kehilangan Marcus Rashford mungkin menjadi penyebab lainnya. Empat dari asis James di Premier League semuanya ditujukan kepada pemain bernomor 10 tersebut. Hilangnya Rashford, secara tidak langsung menurunkan produktivitas lini depan United sekaligus membuat umpan-umpan James tidak mendapat target yang sesuai.

Anthony Martial tidak bisa diandalkan karena ia juga sama-sama terjebak dengan inkonsistensi. Pemain Prancis ini tidak memiliki pergerakan yang gesit layaknya Rashford. Mason Greenwood masih sangat muda dan penempatan posisinya lebih membuat dia terlihat seperti seorang winger alih-alih penyerang tengah.

Para penggemar United di Eropa sana merasa kalau merosotnya penampilan James berkaitan dengan meninggalnya sang ayah. Hal ini memang bisa memberi dampak karena mungkin ia sedang rindu dengan orang yang disayang. Akan tetapi, ayah James meninggal beberapa saat sebelum ia resmi pindah ke United. Ketika ia bisa tampil bagus pada pekan-pekan awal menunjukkan kalau masalah ini tidak membebaninya di atas lapangan.

Disinilah peran Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer dibutuhkan. Apa yang saya utarakan di paragraf sebelumnya hanya sebatas perkiraan saja. Ole yang jauh lebih tahu apa yang salah dari penampilan James dalam beberapa laga terakhir. Si pemain jelas butuh motivasi agar penampilannya bisa membaik dan itu datang dari manajernya yang paham akan permainannya di atas lapangan.

Kehadiran Odion Ighalo mungkin bisa membuat penampilan James membaik seperti di awal musim atau seperti pada bulan November. Kehadiran Ighalo membuat United kini memliki target man di kotak penalti lawan sehingga James punya target yang bisa ia berikan bola-bola matang. Tinggal Ole yang harus putar otak untuk membuat skema permainan agar kelebihan James bisa dimaksimalkan oleh penyerang asal Nigeria tersebut sekaligus menghilangkan kritik yang mulai ia dapat akibat performanya yang menurun.