Foto: All My Sports News

Pemain muda Manchester United, Mason Greenwood, mengakui bahwa dirinya sangat senang dengan statusnya saat ini. Ia sangat menghargai perjalanan kariernya yang dimulai dengan baik. Selain itu ia juga mengingat tentang masa-masa awal debutnya satu tahun lalu di Paris. Di mana ketika itu ia merasakan jantungnya berdebar begitu kencang saat memasuki lapangan.

Waktu itu –tepatnya pada Maret 2019– Ole Gunnar Solskjaer sedang mengamati perkembangan Greenwood di akademi. Dan kemudian ia mengatakan kepadanya bahwa ia akan mengirimnya sebagai pemain pengganti di laga leg ke-2 Liga Champions melawan PSG. Tawaran ini tentu saja menjadi debut professional pertamanya.

Kalau dipikir-pikir, Greenwood bisa dikatakan sangat beruntung dengan tawaran seperti itu. Karena dibutuhkan manajer yang berani untuk membuat keputusan memainkan pemain muda sepertinya. Selain itu, pada saat yang sama, dibutuhkan juga pemain khusus yang memang pantas mendapatkan kepercayaan seperti itu.

Pasti masih banyak yang ingat bagaimana United tampil begitu memukau di kandang PSG pada leg ke-2 Liga Champions musim 2018/2019. Di mana penalti di waktu tambahan –yang dianggap kontroversial– dari Marcus Rashford membawa United lolos dengan kemenagan gol tandang. Dan hasil itu pula yang menjadi faktor Solskjaer diangkat menjadi manajer secara permanen.

Namun, hal yang mungkin dilupakan oleh banyak orang adalah di pertandingan itu Mason Greenwood sedang mengawali kisah kariernya. Sangat sedikit sekali situasi semacam ini dimiliki oleh pemain muda yang bermain untuk tim besar di era sepakbola modern.

“Saya mengambil banyak keyakinan dari debut saya itu. Saya sangat percaya diri untuk mengatakan bahwa manajer telah mempercayai saya. Buktinya, dia menempatkan saya dalam kondisi pertandingan, di mana kami (United) sedang kalah agregat di Liga Champions,” tutur Mason Greenwood dilansir dari The Guardian.

“Saya senang dia melakukannya karena itu membantu karier saya dan segalanya menjadi lebih tenang sekarang. Saya sudah terbiasa sekarang lantaran tekanan tinggi dalam pertandingan debut itu. Tidak banyak orang yang bisa mengatakan dan merasakan bahwa mereka melakukan debut di pertandingan spesial seperti itu.”

Selain soal debut, Mason Greenwood sebetulnya dapat mengatakan banyak hal luar biasa lainnya. Ia punya catatan statistik yang luar biasa. Dan itu semua terkait hasil angka-angka dari terobosannya di sepanjang musim lalu.

Pemain berusia 18 tahun itu mencetak 10 gol di Premier League, dan hanya satu pemain dalam sejarah kompetisi yang mencetak lebih banyak gol dalam satu musim pada usia yang sama. Yaitu Michael Owen ketika masih berseragam Liverpool pada musim 19971998 dengan catatan 18 gol yang fenomenal.

Bahkan tidak sampai di situ. Greenwood juga mengoleksi lima gol lagi di Europa League. Catatan inilah yang menjadi alasan mengapa Gareth Southgate harus memberinya panggilan pertama untuk bermain bersama timnas Inggris guna melawan Islandia dan Denmark. Seperti yang dikatakan Southgate, bentuk dan kedewasaan Greenwood membuatnya “tidak mungkin terhiraukan dari kesempatan”.

Di pertandingan melawan PSG, mungkin Greenwood masih gugup. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi, ada aspek yang paling mencolok dari prosesnya sampai sekarang. Aspek itu adalah ketenangannya, terutama di depan gawang. Striker kelahiran Bradford ini tidak pernah panik atau menyambar tembakannya dengan gegabah. Sebaliknya, ia justru memberi kesan bahwa finishing adalah hal paling alami baginya.

Tekniknya sangat halus dan mudah dilihat. Namun tajam dan mematikan. Solskjær menyebut dirinya sebagai “salah satu yang terbaik, jika bukan yang terbaik, maka finisher apik yang pernah ditangani dan dilihat”. Selain Solskjaer, Wayne Rooney juga mengatakan jika Greenwood “mungkin sudah menjadi finisher terbaik di United sejak datang dan bermain sebagai pemain inti.”

Pujian-pujian itu mungkin menyenangkan untuk didengar. Namun ternyata bagi Greenwood, yang paling penting adalah tetap membumi. Karena respon pujian seperti itu bisa memberikan dampak pada mentalnya. Dengan sifat membumi, ia justru menjadi punya mental yang baik di tengah tekanan yang muncul di usianya yang masih tergolong muda.

“Hal terbesar yang saya pelajari dari musim pertama saya adalah menjadi berkepala dingin, kalem, dan pikir panjang. Jangan biarkan hal-hal lain mempengaruhi Anda, selalu berkonsentrasi dan siap ketika Anda berada di lapangan. Karena bagi saya, setelah kehilangan konsentrasi, maka segalanya bisa terjadi,” ujar Greenwood.

“Perlu pembiasan untuk itu. Tapi untuk saya saat ini sangat mudah. Para pemain di United diajarkan untuk mengabaikan hal tidak penting. Kami harus melakukan itu karena di sini kami dituntut untuk fokus dengan baik. Mungkin suatu saat Anda berbuat buruk, tapi tidak banyak orang yang akan mendukung Anda. Maka dengan fokus, Anda akan tetap tenang.”

Dengan keadaanya yang sekarang, Mason Greenwood menganggap dirinya sangat beruntung. Ia juga bersyukur bisa memiliki manajer seperti Solskjaer dan rekan setim seperti Rashford. Menurutnya, mereka berdua adalah sosok yang menjadi pengaruh terbesar dalam kariernya.

“Saya akan mengatakan saya adalah representasi Marcus. Karena dia telah melalui jalur yang sama dengan saya. Selain itu dia banyak membantu saya. Dia ada di posisi saya dan tahu bagaimana rasanya. Tentu itu juga pasti dirasakan oleh Scott McTominay, Jesse Lingard dan Paul Pogba. Saya yakin itu,” tandas lulusan akademi Manchester United tersebut.

Mason Greenwood, terlepas dari bagaimana ia di musim depan, memang pantas mendapatkan tawaran karier profesional di atas segala apa yang dimilikinya sebagai pemain muda potensial. Ia juga pantas masuk ke tim utama United karena ia punya segala yang dibutuhkan. Dan semoga saja, kariernya pun akan turut berjalan baik ke depannya.