Foto: Manchester Evening News

Pada bursa transfer musim panas lalu, Manchester United memilih untuk fokus membenahi lini pertahanannya. Keputusan itu membuahkan hasil dengan datangnya Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire. Namun kedatangan dua pemain ini tampak belum bisa menyelesaikan masalah lini belakang United yang gampang kebobolan.

Sebenarnya, lini belakang United masuk dalam kategori cukup baik pada musim ini. Untuk urusan jumlah kebobolan paling sedikit di Premier League, Setan Merah berada dalam urutan nomor enam dengan 25 kebobolan. Hanya Liverpool, Leicester, Sheffield United, Crystal Palace, dan Manchester City yang memiliki catatan lebih baik dari United.

Akan tetapi, hal itu tidak membuat lini belakang United bisa dibilang jauh lebih baik. Pasalnya, meski angka kebobolan mereka baru 25 gol, namun mereka baru meraih tiga clean sheets saja hingga pekan ke-21 Premier League. Hanya Norwich dan Tottenham Hotspur yang angka nirbobolnya lebih sedikit dibanding United. Singkatnya, lini belakang United masih mudah kebobolan meski terkadang cuma satu gol saja yang bersarang ke gawang De Gea selaku penjaga gawang utama.

Keputusan untuk mendatangkan Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire dimaksudkan untuk membuat lini belakang United menjadi lebih solid dalam waktu yang singkat. Hal ini tidak lepas dari kedua pemain yang sudah paham dengan gaya permainan tim-tim Premier League sehingga mereka tidak perlu lagi beradaptasi dengan situasi di Manchester United. Sayangnya, hal itu belum terjadi mengingat betapa mudahnya lini belakang United dieksploitasi oleh lawan.

Sorotan kepada lini belakang United memang tidak bisa dielakkan. Selain karena mereka baru saja memecahkan rekor bek termahal dan merekrut pemain yang baru bermain bagus selama satu musim dengan harga yang sangat tinggi, kuartet lini belakang mereka adalah yang termahal dibanding tim-tim top enam lainnya. Jika harga Wan-Bissaka, Maguire, Lindelof, dan Shaw disatukan, maka United memiliki kuartet pemain belakang dengan nilai 186 juta paun. Ditambah dengan usia mereka yang sudah masuk kategori matang sebagai pemain sepakbola, tentu sangat disayangkan apabila United memiliki lini belakang yang wah secara harga tapi tidak konsisten dari segi permainan.

Masalah besar dari lini belakang United yang masih mudah kebobolan adalah kolektivitas. Jika bicara soal kemampuan individu, pemain belakang United memang tidak ada obatnya. Wan-Bissaka musim ini masih di posisi tiga besar soal pemain yang paling sering melepaskan tekel, Maguire dan Lindelof adalah dua bek tengah yang disebut-sebut sebagai ball playing defender yang cukup bagus. Begitu pula dengan Luke Shaw yang sempat mengejutkan Premier League ketika masih bermain untuk Southampton. Namun jika keempat pemain ini disatukan sebagai unit, mereka belum bisa tampil sebaik seperti saat mereka bermain secara individu.

“Manchester United memiliki lini belakang yang sangat mahal, tetapi mereka bermain sebagai empat individu alih-alih satu lini belakang yang kolektif. Mereka memang masih bisa berkembang dan butuh waktu, tapi terlalu sering rasanya melihat empat pemain ini tampil layaknya manusia mahal daripada sebagai mesin yang nilainya 186 juta paun,” kata Tyrone Marshall, jurnalis Manchester Evening News.

Laga terakhir Premier League melawan Arsenal menjadi contoh bagaimana lini belakang United bermasalah dari sisi kolektivitas sebagai sebuah unit. Wan-Bissaka terlalu ke depan sehingga menimbulkan celah yang dimaksimalkan oleh Kolasinac. Sisi kiri yang diisi Luke Shaw juga dengan mudah diacak-acak Nicolas Pepe. Kombinasi Maguire-Lindelof juga masih kecolongan dalam menutup ruang tembak atau mengatasi pergerakan pemain yang tidak menguasai bola. Dua nama terakhir menjadi sorotan karena dianggap bukan sebagai pasangan yang bisa memberikan rasa aman kepada David de Gea.

“Saya suka dua pemain ini, mereka berdua membaca permainan dengan baik. Akan tetapi, apakah mereka pasangan bek tengah kelas atas yang bisa memenangkan gelar bagi United atau membawa mereka meraih Liga Champions? Saya tidak yakin,” kata Gary Neville.

Persoalan belum padunya lini belakang United bukan barang baru. Masih ingat proses gol Jordan Ayew ketika Lindelof dan Maguire berada sangat jauh. Atau ketika dua pemain ini saling memberi komando untuk menjaga Jannik Vestergaard yang ujung-ujungnya Vestergaard tetap bisa mencetak gol juga. Selain itu,lini belakang United hanya bengong dan membiarkan Adam Lallana membuyarkan kemenangan mereka. Masalah koordinasi ini belum ditambah dengan proses kebobolan lainnya seperti penalti, situasi sepak pojok yang menjadi kelemahan mereka saat ini, pemain yang terlambat naik untuk membuat jebakan offside, atau gol dari kesalahan pemain United sendiri. Hal ini yang membuat para analis di luar negeri sana menyebut kalau United kerap kebobolan melalui gol yang seharusnya bisa mereka atasi.

United sendiri sebenarnya tidak kekurangan stok pemain belakang. Saat kuartet pemain utama tersebut bermain, ada nama Axel Tuanzebe, Ashley Young, Marcos Rojo, Phil Jones, dan Brandon Williams yang mengincar tempat keempat rekan setimnya tersebut. Namun peluang mereka untuk bermain sangat kecil karena berbagai alasan. Mulai dari cedera, masih terlalu muda, hingga status si pemain yang siap dijual seperti dalam kasus Rojo.

Bahkan ketika keempat pemain belakang ini tampil buruk sekalipun, Solskjaer terkadang cenderung tetap mempertahankan komposisi ini. Sudah banyak yang menginginkan Victor Lindelof dan Luke Shaw untuk diistirahatkan dan memberi kesempatan kepada Tuanzebe dan Williams bermain dalam beberapa laga Premier League. Namun Solskjaer tampak masih nyaman dengan kombinasi AWB, Lindelof, Maguire, dan Shaw.

Persoalan kolektivitas ini mau tidak mau harus cepat dicari jalan keluarnya oleh Solskjaer. Hal ini demi memberikan rasa nyaman dan aman kepada para penjaga gawang sekaligus membangun lini belakang United yang dikenal memiliki kuartet pemain belakang hebat seperti Parker-Bruce-Pallister-Irwin pada awal 90-an, Gary-Stam-Johnsen-Irwin pada akhir 90 dan awal 2000-an, hingga Brown-Ferdinand-Vidic-Evra saat menjuarai Liga Champions 2008.

Dengan lini belakang yang kuat, maka lini tengah dan depan bisa dengan nyaman membangun serangan dan membuat gol demi gol. Tentu kita tidak lupa dengan quotes terkenal Sir Alex Ferguson yang menyebut ‘Attack wins you games, defense wins you title.’ Sebuah kutipan yang menegaskan betapa pentingnya lini belakang sebagai kunci untuk meraih kesuksesan.

***

Ada sebuah kutipan menarik yang pernah keluar dari mulut salah satu pandit terkenal Indonesia, Justinus Lhaksana. Direktur Teknik timnas Futsal Indonesia ini seringkali berkata: “kebobolan dua atau tiga gol itu tidak masalah. Jika lini depannya bisa mencetak tiga sampai empat gol, maka tiga poin tetap didapat.’ Maksud dari pernyataan itu sudah jelas, selagi sebuah tim bisa mencetak gol lebih banyak dari lawannya, maka tim tersebut tetap keluar menjadi pemenang.

Namun hal itu tampaknya belum berlaku bagi United. Selain mereka belum bisa terhindarkan dari yang namanya kebobolan, para pemain depan mereka juga sangat kesulitan untuk mencetak gol.

Sudah Lini belakangnya masih keropos, lini depannya juga kerap didera kemandulan.